SNI. Delineator di jalan wilayah pertambangan. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Spesifikasi geometri teluk bus

PETUNJUK LOKASI DAN STANDAR SPESIFIKASI BANGUNAN PENGAMAN TEPI JALAN

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Rambu evakuasi tsunami

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

Rancangan Standar Nasional Indonesia SPU Rambu-rambu jalan di area pertambangan

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Daftar isi SNI

Manajemen tanggap siaga untuk keadaan darurat di kegiatan usaha pertambangan

FINAL KNKT

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Penempatan marka jalan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

MENGENAL RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Disunting oleh : EDI NURSALAM

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Pemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB II STUDI PUSTAKA

Tata cara pengukuran pola aliran pada model fisik

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

maksud tertentu sesuai dengan kegunaan dan pesan yang akan disampaikan, berupa

BAB II STUDI PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam)

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

Petunjuk Praktis. KESELAMATAN JALAN PADA ZONA KERJA DI JALAN dalam mendukung proyek-proyek EINRIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

SNI Standar Nasional Indonesia Delineator di jalan wilayah pertambangan ICS 73.120 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... Prakata... Pendahuluan... 1 Ruang lingkup... 2 lstilah dan definisi... 3 Delineatordi jalan wilayah pertambangan... 3.1 Kegunaan... 3.2 Jenis-jenis tandar penuntun (delineator)... 3.2.1 Tanggul pengaman... 3.2.2 Tonggak penuntun (guide post)... 3.2.3 Pagar pengaman (guardrail) untuk kendaraan ringanltruk kecil... 3.2.4 Reflektor pada tanda penuntun (delineator)... Bibliografi......... i ii iii 1 1 2 1 2 2 2 3 3 4

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7167-2006, Delineator di jalan wilayah pertambangan ini disusun oleh Subpanitia Teknik Standar Keselamatan Kerja dan Kesehatan (K3) Panitia Teknik Standar Keselamatan Kerja dan Kesehatan (K3) dan Lingkungan HidupiTambang. Standar ini telah disepakati oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait, yaitu perusahaan tambang selaku produssn, perguruan tinggillembaga peneliti, instansi teknis terkait, dan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Tujuan dari penyusunan Standar Nasional lndonesia Delineator di jalan wilayah pertambangan ini, untuk menyeragamkan tanda penuntun (delineator) sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman di wilayah pertambangan. SNI ini merupakan hasil forum konsensus yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 13-15 Desember 2004.

Pendahuluan Pengoperasian kendaraan di jalan wilayah pertarnbangan rnerniliki risiko, antara lain kendaraan keluar dari jalur jalan dan bertabrakan. Statistik kecelakaan yang rnelibatkan alat transportasi di jalan wilayah pertarnbangan rnenunjukan angka yang cukup tinggi. Sebagian kecelakaan tersebut disebabkan oleh kurang rnemadainya tanda penuntun (delineator). Untuk rnencegah terjadinya kecelakaan seperti di atas, diperlukan delineator berupa tanggul pengarnan (safety berm), pagar pengarnan (guard rail), dan tonggak penuntun (guide post). Tanda penuntun (dellneator) berfungsi untuk menandai batas badan jalan, rnenuntun kendaraan berada pada jalur jalan, dan rnencegah kendaraan keluar dari jalur jalan. Tanda penuntun (delineator) harus dapat terlihat dengan rnudah pada mala-rn hari sehingga perlu d~lengkapi reflektor dengan warna yang berbeda di kedua sisi jalan. Dengan rnasih beragarnnya pernasangan delineator di wilayah pertarnbangan rnaka diperlukan suatu standar tanda penuntun (delineator). iii

Delineator di jalan wilayah pertambangan 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, dan tanda penuntun (delineator) di jalan wilayah pertambangan. 2 lstilah dan definisi 2.1 tanda penuntun (delineator) tanda dan atau konstruksi yang dibangun di pinggir jalan maupun di tengah jalur pemisah jalan yang berfungsi untuk menandai batas badan jalan, menuntun kendaraan berada pada jalur jalan, dan mencegah kendaraan keluar dari jalur jalan tanda penuntun (delineator) berupa tanggul, tonggak penuntun, dan pagar pengaman 2.2 wilayah pertambangan area yang berada di dalam izin usaha pertambangan yang menjadi tanggung jawab kepala teknik tambang 2.3 tanggul pengaman (safety berm) kontruksi yang dibuat dari tanah, beton atau jenis lainnya dengan ukuran dan dimensi tertentu (sesuai peruntukannya) yang dibangun di sepanjang sisi jalan atau pada pemisah jalur jalan yang berfungsi untuk menahan kendaraan keluar dari jalur jalan 2.4 tonggak penuntun (guide post) tonggak yang dibuat dari kayu, beton, besi atau jenis lainnya dengan ukuran dan dimensi tertentu yang dilengkapi dengan reflektor dan dibangun di sepanjang sisi jalan yang berfungsi untuk menuntun dan mengarahkan kendaraan agar tetap berada pada jalur jalan 2.5 pagar pengaman (guard rail) konstruksi yang dibuat dari besi, beton, kayu atau jenis lainnya dengan ukuran dan dimensi tertentu yang dilengkapi dengan reflektor dan dibangun di sepanjang sisi jalan yang berfungsi untuk menahan kendaraan keluar dari jalur jalan 3 Delineator di jalan wilayah pertambangan 3.1 Kegunaan Tanda penuntun (delineator) sangat diperlukan sebagai panduan bagi pengemudi agar tidak menyimpanglkeluar dari batas jalur jalan. Tanda penuntun (delineator) harus dirancangldibangun agar terlihat dengan jelas terutama pada malam hari supaya dapat menuntun pengemudi agar kendaraan tetap pada jalurnya. 1 dari 4

3.2 Jenis-jenis tanda penuntun (delineator) 3.2.1 Tanggul pengaman a) di setiap sisi jalan dan pemisah jalur jalan yang mempunyai resiko kendaraan keluar dari jalur jalan harus dibangun tanggul pengaman. b) tanggul dibuat berbentuk segi tiga atau segi empat (trapezoidal), c) kemiringan tanggul tidak kurang dari 45 derajat dengan kaki tanggul agak tegak untuk mencegah kendaraan menaiki tanggul dan dapat berfungsi mengalihkan arah gerakan roda d) tinggi tanggul minimal '/2 diameter roda terbesar dari kendaraan yang beroperasi di area itu 3.2.2 Tonggak penuntun (guide post) a) tonggak penuntun terbuat dari kayu balokldolken, beton, besi, pipa pvc atau bahan lain yang dicat dengan warna putih; b) tonggak penuntun berukuran minimal 10 cm x 5 cm atau berdiameter 10 cm untuk jalan pengangkutan yang relatif permanen; c) untuk jalan yang dilalui alat berat, tinggi tonggak 250 sampai 350 cm di atas permukaan bahu jalan, sedangkan untuk jalan yang hanya dilalui kendaraan ringan atau truk kecil, tinggi tonggak minimal 90 cm di atas permukaan bahu jalan; d) tonggak penuntun pada sisi jalan dipasang dengan ketinggian yang sama mengikuti permukaan terendah pada jalan (dengan memperhatikan superelevasi dan kontur bahu jalan); e) jarak antar tonggak penuntun pada jalan lurus adalah 50 m dengan posisi yang sejajar antara patok di kiri dan kanan jalan. jarak ini dikurangi menjadi 30 m pada lokasi yang sering berkabut dan berdebu. jarak ini bisa disesuaikan berkenaan dengan adannya ujung gorong-gorong (culvert) dan obyek tak bergerak lainnya; f) pada jalan yang terdapat gorong-gorong atau jembatan yang tidak dilengkapi pagar pengaman, tonggak penuntun dipasang pada kedua sisi ujung; g) pada setiap tikungan, tonggak penuntun harus dipasang minimal 3 tonggak yang dapat dilihat secara bersamaan; h) tonggak penuntun yang dipasang pada tanjakan (crest) minimal kelihatan '/2 bagian tonggak dan jumlah minimal yang dapat dilihat bersamaan 3 buah tonggak pada kedua sisi jalan; i) tonggak penuntun harus dipasang pada ujung gorong-gorong (culvert) lujung jembatan yang tidak memakai pagar pengaman atau pada ujung tanggul pemisah jalan dan benda tak bergerak lainnya; j) pada jalan yang ada tanggul pengaman, tonggak harus dipasang di atas tanggul dan pada jalan yang tidak memakai tanggul maka tonggak sedapat mungkin dipasang pada gundukan tanahlposisi yang aman sehingga terhindar dari resiko tertabrak; k) tonggak pemandu dicat putih dan dilengkapi dengan reflektor pada sisi yang lebar dengan warna merah pada sisi kiri dan warna putih pada sisi kanan; I) sisi yang paling lebar dari tonggak penuntun harus dipasang menghadap pengemudi; 2 dari 4

SNI 19-7167.2006 3.2.3 Pagar pengaman (guardrail) untuk kendaraan ringanltruk kecil a) pagar pengaman dibuat permanen pada lokasi yang berbahaya jika tanggul pengaman tidak memungkinkan dibuat. b) pagar pengaman harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) memberi peringatan bahwa ada potensi bahaya (tikungan, jurang dll) 2) meredam energi benturan bertahap 3) membuat kendaraan tidak terpantul kembali ke jalur arus lalu lintas atau titik lain yang membahayakan. 4) dibuat dengan posisi sedemikian sehingga ban depan dari mobil yang menabrak pagar pengaman tsb tidak terjepit. 5) pada tempat yang memiliki potensi bahaya tertentu maka pagar pengaman hams dibangun berdasarkan persyaratan sebagai berikut : - pagar pengaman dibuat dari plat baja bergelombang berbentuk "w" yang dipaku pada tonggak yang tertanam kokoh - tonggak dan pagar pengaman memakai kayu - tonggak terbuat dari betonlsemen 3.2.4 Reflektor pada tanda penuntun (delineator) a) reflektor pada tanda penuntun (delineator) harus dapat dilihat pada waktu malam hari; b) reflektor yang direkatkan pada tonggak penuntun berukuran minimal 6 cm x 15 cm dengan posisi tegak pada tonggak penuntun dengan jarak 5-10 cm dari ujung tonggak penuntun; c) reflektor dapat direkatkan pada tonggak pipa pvc, beton, atau dapat diganti dengan cat pantul cahaya dengan ukuran seperti di atas; d) tanda penuntun (delineator) penunjuk batas ujung jembatanlgorong-gorong atau lokasi yang berbahaya dicat miring ke dalam 3 strip warna merah selebar 10 cm dengan kerenggangan 5 cm, berjarak sekitar 5-10 cm dari ujung tiang; e) warna reflektor adalah merah dan putih untuk delineator batas jalan; f) semua reflektor betwarna merah harus dipasang pada tonggak pemandulpagar pengaman sebelah kiri: g) semua reflektor yang betwarna putih harus dipasang pada tiang sebelah kanan pengemudi; h) reflektor harus selalu dapat memantulkan cahaya secara optimal 3 dari 4

Bibliogafi Australian Standards AS 3678 Structured Steel Plates, Floorpieces and Slabs Australian Standards AS 3679, Structured Steel Bars and Sections Departernent of Transportation Manual of Standard Drawing Road AS1340,1342, 134 7, 1348. BHP Engineering Brisbane - Road Furniture. Queensland Transport Drawing : Corrugated Steel Beam Guardrail Undang Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4 dari 4