BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional yang dilaksanakan

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Rencana kerja (Renja) 2014

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. otonomi, masyarakat diberikan kewenangan yang seluas-luasnya untuk mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan kegiatan negara yang berkenaan dengan kepentingan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal menitik beratkan pada pemerintah daerah. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. public goods and services disebut governance (pemerintahan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kampar Nomor 06 Tahun 2012 tanggal 18 Juni 2012 tentang Susunan


MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 44 TAHUN TENTANG URAIAN TUGAS UNIT BADAN PENGAWASAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat pembukaan Undang-undang Dasar 1945, dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersama dengan itu jumlah penduduk terus bertambah, dan sejalan dengan semakin meningkatnya pembangunan dan hasilhasilnya maka semakin meningkat dan beragam juga kebutuhan penduduk. Termasuk dalam kegiatan Pembangunan nasional adalah pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan kepentingan umum ini harus terus diupayakan pelaksanaanya seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan semakin meningkatnya kemakmuran. Penduduk yang semakin bertambah dengan tingkat kemakmuran yang semakin baik tentunya akan seiring dengan pertumbuhan berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum. Berdasarkan jurnal yang di publish di www.ekonomirakyat.org yang diakses pada tanggal 7 mei 2011, Mardiasmo mengatakan bahwa dampak dari sistem yang selama ini kita anut menyebabkan Pemerintah Daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi masyarakat daerah. Banyak proyek pembangunan daerah yang tidak menghiraukan manfaat yang dirasakan masyarakat, karena beberapa proyek merupakan proyek titipan yang sarat dengan petunjuk dan arahan dari Pemerintah Pusat. Dengan adanya Otonomi Daerah sebagaimana diatur dalam Undang undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah maka setiap Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengurus rumah tangganya dan diharapkan dapat mengembangkan inisiatif dan kreatifitas daerah dan sumberdayanya untuk mendorong ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu unsur kunci untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) adalah pengelolaan/administrasi keuangan yang baik dan sehat. Sejalan dengan itu, maka

dalam kerangka reformasi penyelenggaraan pemerintah secara umum, pemerintah telah mengambil sejumlah inisiatif untuk mereformasi manajemen (pengelolaan) keuangan negara. Hal ini antara lain ditunjukan dengan diajukannya satu paket Rancangan Undang-Undang di bidang keuangan negara. Dua Undang-Undang dari paket RUU tersebut saat ini telah resmi berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sebelum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 ini, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, telah lahir sejumlah Undang-Undang, peraturan pemerintah dan peraturan-peraturan pelaksanannya mengenai otonomi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Semua peraturan tersebut pada dasarnya didasari oleh semangat yang sama yaitu dalam rangka memperbaiki pengelolaan pemerintahan secara menyeluruh sejalan dengan tuntutan good governance, dan pengelolaan keuangan negara/daerah (sektor publik) pada khususnya. Semua peraturan ini merupakan acuan formal (legal) dalam pengelolaan keuangan di sektor pemerintahan (publik). Dengan perkataan lain, pengelolaan atau administrasi keuangan negara/daerah harus tunduk pada ketentuan-ketentuan yang terkandung di dalam peraturan-peraturan tersebut. Salah satu sasaran dari good governance ini ialah pelaksanaan pembangunan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel baik secara administratif maupun riil. pembangunan dalam hal ini baik yang bersifat jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Berkaitan dengan pembangunan daerah yang dilaksanakan secara otonomi daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung pun dalam rangka upaya meningkatkan kerja aparatnya maka telah melakukan penataan kelembagaan yang telah disesuaikan dengan konsep otonomi daerah tersebut yaitu dengan dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor. 20 tahun 2007 tetang Pembentukan Organisasi Dinas Bina Marga Daerah Kabupaten Bandung serta Peraturan Bupati Nomor.5 tahun 2008 tetang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas daerah Kabupaten untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan pada pasal 38 peraturan daerah, Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung mempunyai fungsi operasional dibidang kebinamargaan yang meliputi

pembangunan dan pemeliharaan, jalan dan jembatan, peralatan dan pembekalan, pengendalian dan pemanfaatan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas, serta pelayanan pelaksanaan teknik seketariat. Jalan ialah salah satu bentuk nyata pembangunan daerah yang mana merupakan prasarana transportasi yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dimana fungsi jalan adalah menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya serta peningkatan wilayah secara menyeluruh baik daerah maupun pusat. Hak dan kewenangan yang luas dari adanya Pembangunan dalam otonomi daerah itu harus di pertanggung jawabkan kepada masyarakat sehingga timbul transparansi dalam mengelola pemerintahan daerah maka dibentuklah Undang- Undang nomor. 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. untuk itu dibutuhkan badan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan daerah terutama mengenai keadaan fisik jalan, badan pengawasan itu dikenal sebagai Inspektorat dalam pertanggung jawaban tersebut maka inspektorat sebagai auditor mengaudit jalannya pelaksanaan pemerintahan dalam meningkatkan pembangunan di beberapa tempat. Inspektorat adalah lembaga teknis daerah berbentuk badan yang melaksanakan unsur pemerintahan dibidang pengawasan yang secara struktur berada dibawah Sekretaris Daerah dan bertanggung jawab langsung terhadap Bupati, adapun dasar pembentukan Inspektorat Kabupaten Bandung yaitu berdasarkan Peraturan Daerah Nomor. 21 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas juga dibutuhkan informasi yang handal yaitu informasi yang akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Laporan keuangan merupakan sarana informasi keuangan yang dapat dikomunikasikan, dengan bantuan pengawasan dari aparatur Inspektorat sebagai internal auditor Pemerintah Daerah maka laporan keuangan itu dapat menghasilkan informasi yang handal. Juga dapat mewujudkan transparansi dan akuntanbilitas sehingga segala bentuk penyimpangan bisa dihindarkan.

Berdasarkan Uraian diatas penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Internal Audit Pemerintah dengan judul: TINJAUAN PELAKSANAAN AUDIT FISIK PROYEK PENINGKATAN JALAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan pokok dari penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana Rencana Kerja Inspektorat Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan Audit Fisik pada proyek peningkatan jalan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung? 3. Faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Audit Fisik Proyek peningkatan jalan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung? 1.3 Maksud dan Tujuan Tugas Akhir Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan audit fisik yang dilaksanakan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung serta telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan tidak. Ada pun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Rencana Kerja Inspektorat Kabupaten Bandung 2. Untuk mengetahui secara jelas tahapan pelaksanaan audit fisk pada proyek peningkatan jalan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi kendala bagi Inspektorat Kabupaten Bandung dalam melaksanakan audit fisik pada proyek peningkatan jalan di wilayah Kabupaten Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Tugas Akhir Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: 1. Penulis Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan penulis mengenai pelaksanaan Audit Fisik pada proyek peningkatan jalan di Pemerintah Daerah. 2. Instansi Pemerintah Sebagai bahan masukan untuk mengkaji kembali pelaksanaan Audit Fisik pada proyek peningkatan jalan agar lebih efektif dan efisien. 3. Pihak lain. Kegunaan bagi pihak lain yaitu berbagai tema bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan audit fisik serta memberikan gambaran untuk melakukan lebih lanjut penelitian dan pengetahuan mengenai pelaksanaan audit fisik proyek peningkatan jalan yang dilakukan oleh instansi pemerintah 1.5 Metodologi Tugas Akhir Penyusunan tugas akhir ini menggunakan peninjauan deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan, menjelaskan dan menganalisa data yang diperoleh pada lokasi penelitian ( praktek kerja lapangan ) dan kemudian membuat kesimpulan untuk melengkapi data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sabagai berikut: 1. Studi kepustakaan (Library Reaseach) Tujuan kepustakaan ini adalah mengumpulkan data referensi untuk melakukan penelitian dan pembuatan Laporan tugas akhir ini dengan data yang diperoleh dari: a. Data primer Yaitu data yang didapat langsung dari objek kerja praktek. Data tersebut didapat dengan cara memantau langsung terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan atau badan yang berhubungan dengan praktek kerja.

b. Data Sekunder Yaitu data diperoleh dari buku-buku relevan dengan masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai dasar penunjang dalam menganalisa masalah-masalah yang berkaitan dengan kerja praktek. 2 Studi lapangan (Field Reaseach) Studi lapangan adalah peninjauan secara langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data dilapangan secara nyata. Selanjutnya penulis melaksanakan pengumpulan data sesuai dengan judul kerja praktek. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: a. Wawancara (Interview) Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan bagian yang terkait sesuai dengan judul yang penulis teliti. b. Pengamatan (Observation) Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan audit fisik. 1.6 Lokasi dan Waktu Tugas Akhir Untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, maka penulis mengambil lokasi di Inspektorat pemerintah kabupaten bandung yang beralamat di Jalan Raya Soreang Km.17 Soreang. Tugas Akhir ini dimulai pada bulan 2 Mei 2011 sampai dengan 2 September 2011