BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Murabahah PT. Bank

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan, yaitu: (i) murabahah, (ii) salam dan salam paralel (iii) istishna

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Keadaan dunia usaha yang berkembang pesat mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Ketika sektor perbankan terpuruk maka akan berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian saat ini tidak lepas dengan dunia perbankan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an,

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. atau penyedia dana bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem bunga, walaupun masih banyak negara yang mengalami kemakmuran

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan operasional perbankan syariah adalah memberikan pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah memberikan pengertian mengenai pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah yaitu penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Dari segi pembiayaan inilah bank syariah dipergunakan oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang merupakan alternatif yang tidak dapat diberikan oleh bank konvensional. Setelah itu, diharapkan bank syariah dapat memberikan dukungan kepada stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Tingginya porsi pembiayaan berbasis bagi hasil menurut Beik (2006) mempunyai beberapa keunggulan, yaitu : Pertama, Pembiayaan musyarakah dan mudharabah akan menggerakkan sektor rill karena pembiayaaan ini bersifat produktif yakni disalurkan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja. Jika investasi di sektor riil meningkat tentunya akan menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kedua, Nasabah akan memiliki dua pilihan, apakah akan mendepositokan dananya pada bank syariah atau bank 1

2 konvensional. Nasabah akan membandingkan antara expected rate of return yang ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional. Dimana selama ini, kecenderungannya rate of return bank syariah lebih tinggi daripada suku bunga bank konvensional. Dengan demikian diharapkan akan menjadi pendorong peningkatan jumlah nasabah di bank syariah. Ketiga, Peningkatan persentase pembiayaan bagi hasil akan mendorong tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai inovasi baru yang akan meningkatkan daya saing bank syariah. Keempat, Pola pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah pola pembiayaan berbasis produktif yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan sektor riil sehingga kemungkinan terjadinya krisis keuangan akan dapat dikurangi. Selain itu, dengan mengoptimalkan pembiayaan bagi hasil bank syariah dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship nasabah yang pada akhirnya dapat meningkatkan distribusi pendapatan dan memberdayakan ekonomi masyarakat. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam sistem perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank Umum Syariah. Dalam sistem

3 perbankan syariah, BPR Syariah merupakan salah satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah. Ada beberapa karakteristik dan ciri khas yang menjadi keunggulan BPR Syariah, yaitu : Pertama, skala usaha yang kecil memungkinkan untuk beradaptasi dengan cepat dan responsive terhadap lingkungan bisnis yang bergejolak. Kedua, lebih fleksibel, sehingga memiliki lebih banyak peluang untuk berinovasi dan bereksperimen. Ketiga, memiliki banyak sumber keunikan yang berbasis budaya setempat. Keempat, dapat memanfaatkan peluang kecil yang ada. Kelima, mudah untuk bangkit kembali, bila menghadapi kondisi bisnis yang kurang menguntungkan. Pembiayaan merupakan salah aktivitas BPR Syariah karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Pembiayaan dibagi menjadi tiga prinsip yakni prinsip jual beli, bagi hasil, dan jasa. Dari ketiga prinsip pembiayaan tersebut, pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu ciri pokok yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dan konvensional. Selain itu, pembiayaan bagi hasil juga merupakan produk yang berpotensi sangat besar dalam menciptakan keseimbangan sektor moneter dan syariah, karena produk ini melibatkan dua pihak yang sedang bergerak mengelola usaha yang tidak diragukan memberikan nilai tambah pada gerakan ekonomi secara langsung dan melakukan pembinaan terhadap manajemen dan operasional. Oleh karena itu, produk ini sangat mendorong sektor riil untuk berkembang. Pembiayaan bagi hasil didasarkan pada prinsip mudharabah dan musyarakah.

4 Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang modalnya berasal dari bank syariah 100% dan keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Mudharib dalam pelaksanaan pembayaran angsuran sangat variatif, sehingga dalam praktiknya pembiayaan ini mudah mengalami atau rentan terhadap penyimpangan, karena sering kali pihak mudharib tidak melengkapi diri dengan akuntabilitas yang memadai dengan laporan keuangan yang auditable. Selain itu, dalam pembiayaan mudharabah menuntut persyaratan kejujuran dan keterbukaan. Oleh karena itu, pembiayaan mudharabah memiliki rasio lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Sedikit berbeda dengan pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan yang modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, dan rugi ditanggung bersama sesuai dengan proporsi modal. Akan tetapi, walaupun dalam pembiayaan musyarakah memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah merupakan jenis pembiayaan yang proporsi penyaluran kepada masyarakat lebih kecil. Hal ini dikarenakan dalam pembiayaan musyarakah juga sebagaimana pembiayaan mudharabah bisa terjadinya konflik keagenan yang timbul karena adanya asymmetric information. Asymmetric information adalah kondisi yang menunjukkan sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak memilikinya. Asimetri informasi yang dilakukan agen (pengusaha/debitur) dalam kontrak keuangan

5 biasanya berbentuk moral hazard dan adverse selection. Akan tetapi, dalam pembiayaan musyarakah antara kedua belah pihak mempunyai hak yang lebih wajar dalam monitoring bahkan intervensi operasi. Sehingga secara tidak langsung akan mengurangi asymmetric information tersebut. Walaupun demikian, tetap saja pembiayaan musyarakah masih kalah dengan pembiayaan murabahah, yang merupakan pembiayaan dengan persentase terbesar yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah. Walaupun belum banyak penelitian tentang pembiayaan musyarakah, karena pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan yang memilki rasio terendah diantara pembiayaan lainnya. Namun, penelitian tentang musyarakah sudah mulai dilakukan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Fuadah (2008) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan investasi mudharabah dan musyarakah di Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian Martini (2010) menunjukan adanya hubungan yang positif dan pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan musyarakah. Semakin besar DPK yang terkumpul, maka akan semakin besar pembiayaan musyarakah yang disalurkan. Faktor yang dianggap berpengaruh dalam penelitian ini yaitu dana pihak ketiga (DPK), modal sendiri, tingkat pendapatan bagi hasil, kas, dan inflasi. Sementara itu, pembiayaan yang dilemparkan ke masyarakat oleh bank syariah juga sangat ditentukan oleh perolehan DPK. Berbagai macam kebijakan yang dilakukan bank untuk menarik dana dari masyarakat. Dana yang diperoleh dari masyarakat akan dilemparkan ke masyarakat yang

6 membutuhkan dalam bentuk piutang dan pembiayaan. DPK disinyalir menentukan besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh BPR Syariah, karena jika tidak ada dana yang terhimpun dari masyarakat, maka BPR Syariah tidak bisa melakukan fungsi intermediarynya. Oleh karena itu, DPK dimasukkan dalam variabel pengaruh pembiayaan musyarakah. Hasil penelitian Martini (2010) mengatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan musyarakah. Peningkatan jumlah DPK akan menambah jumlah dana yang dapat disalurkan bank untuk pembiayaan. Hal ini berarti, semakin bertambah jumlah DPK maka semakin bertambah pula penawaran pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh bank. Sama halnya dengan dana pihak ketiga (DPK), modal sendiri juga berpengaruh terhadap pembiayaan musyarakah karena modal pemilik dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif yaitu disalurkan untuk pembiayaan sebagaimana dana pihak ketiga (DPK). Hasil penelitian Martini (2010) menyimpulkan bahwa modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan musyarakah. Selain DPK, peningkatan jumlah modal sendiri akan menambah dana yang disalurkan oleh BPR Syariah untuk pembiayaan. Tingkat pendapatan bagi hasil merupakan pendapatan yang akan didapat oleh BPR Syariah jika menyalurkan pembiayaan, sehingga bisa meningkatkan kegiatan operasional BPR Syariah. Oleh karena itu, tingkat pendapatan bagi hasil juga dimasukkan dalam variabel penelitian ini.

7 Hasil penelitian Martini (2010) menyatakan bahwa tingkat pendapatan bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan musyarakah dan bertolak belakang dengan penelitian Maryanah (2008) yang menemukan pengaruh positif signifikan antara profit dan pembiayaan bagi hasil. Semakin besar bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan, maka akan memperbesar tingkat profitabilitas BPR Syariah, sehingga akan semakin besar juga pembiayaan musyarakah yang disalurkan. Setiap perusahaan memerlukan kas dalam menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang atau jasa maupun sebagai investasi dalam perusahaan tersebut, tidak terkecuali dengan bank. Pengertian kas menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 85) adalah sebagai berikut : Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Pengertian lain dari kas adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk kegiatan umum perusahaan. Dalam laporan arus kas para pemakai dapat mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan termasuk likuiditas dan solvabilitas dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Likuiditas mengacu kepada kedekatan pada kas dari aktiva dan kewajiban-kewajiban. Solvabilitas mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk melunasi utangnya pada saat jatuh tempo. Dan fleksibilitas keuangan mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk bereaksi dan beradaptasi

8 terhadap memburuknya keuangan serta keutuhan dan peluang yang tak terduga. Data tersebut akan lebih berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dianalisa lebih lanjut. Idealnya laporan arus kas dapat menunjukkan sampai seberapa jauh efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan telah dicapai manajemen. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai keutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Hasil penelitian Octavina (2011) menyimpulkan bahwa kas tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Hal tersebut dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya Idle cash, dimana terjadi penumpukan kas menganggur pada bank syariah. Kas tidak digunakan untuk penyaluran dana seperti pembiayaan musyarakah, mudharabah bahkan murabahah. Sedangkan penelitian Ma arif (2006) mempunyai hasil bahwa kas berpengaruh positif terhadap pembiayaan. Semakin tinggi kas yang dimiliki oleh bank syariah maka akan semakin tinggi pula jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. Sebaliknya, jika kas yang dimiliki bank syariah rendah, maka akan menyebabkan penurunan tingkat pembiayaan yang disalurkan bank syariah kepada masyarakat. Inflasi juga berpengaruh terhadap BPR Syariah, karena jika terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikan bunga kemudian berdampak pada penaikan bunga oleh bank-bank umum yang akhirnya juga berdampak pada

9 bank syariah sehingga bagi hasil BPR Syariah ikut naik, juga dikarenakan jika terjadi inflasi dunia usaha akan mengalami kelesuan sebab permintaan agregat akan turun. Hasil penelitian Leovyati (2011) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Inflasi dapat menyebabkan tingginya resiko default. Resiko ini akan meningkatkan non performing financing (NPF) perbankan syariah. Sehingga ketika tingkat inflasi dalam keadaan tinggi, maka pihak bank akan sangat berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan, baik jenis pembiayaan musyarakah, mudharabah bahkan murabahah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengangkat dan membahas permasalahan dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMBIAYAAN MUSYARAKAH. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Martini (2010). Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Martini (2010). Perbedaan yang pertama adalah periode penelitian yaitu 2010-2012. Perbedaan yang kedua adalah sampel penelitian. Perbedaan yang ketiga merujuk pada penelitian Octavina (2011) dan Leovyati (2011) dengan menambah variabel independen yaitu kas dan inflasi. Sehingga penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian-penelitian tersebut diatas.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah? 2. Apakah modal sendiri berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah? 3. Apakah tingkat pendapatan bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah? 4. Apakah kas berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah? 5. Apakah inflasi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan musyarakah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk menguji apakah dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah. 2. Untuk menguji apakah modal sendiri berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah. 3. Untuk menguji apakah tingkat pendapatan bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah. 4. Untuk menguji apakah kas berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah.

11 5. Untuk menguji apakah inflasi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan musyarakah. D. Manfaat Penelitian 1. Bidang Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang ilmu syariah di Indonesia, khususnya tentang pembiayaan musyarakah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menyediakan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Bidang Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan pemberian pembiayaan musyarakah dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi BPR Syariah tentang pembiayaan mereka dalam menghadapi berbagai masalah baik dari dalam manajemen tersebut maupun berbagai ancaman dari luar demi perkembangan dan keberlangsungan BPR Syariah.