GURU PROFESIONAL SEBAGAI FAKTOR PENENTU PENDIDIKAN BERMUTU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ir. A. Hasbi Noor, M.M.Pd. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Undang-Undang. mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

PROFESI GURU DALAM KENYATAAN DAN HARAPAN OLEH: H. MOHAMAD SURYA

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Sistem Pendidikan Nasional

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

Transkripsi:

GURU PROFESIONAL SEBAGAI FAKTOR PENENTU PENDIDIKAN BERMUTU Bambang Dalyono 1), Dwi Ampuni Agustina 1) 1) Staf Pengajar FKIP UT UPBJJ Semarang bambangd@ecampus.ut.ac.id, dwiam@ecampus.ut.ac.id ABSTRAK Pengembangan kompetensi profesional dalam menghadapi era Indonesia emas mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Tanpa pengembangan profesionalisme, proses pembelajaran dan mutu pendidikan hanya akan jalan di tempat. Tidak ada inovasi, dan tidak ada pula kreatifitas serta tidak ada pembelajaran yang efektif.paradigma pendidikan sudah seharusnya menggunakan paradigma baru, yaitu mutu.pendidikan yang bermutu lahir dari guru yang bermutu dan professional. Guru profesional dapat berpengaruh terhadap pendidikan bermutu. Di sisi lain Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dengan demikian guru profesional sebagai faktor penentu pendidikan bermutu adalah guru yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kreteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Dari pembahasan dapat disimpulkan, bahwa : 1).Guru yang profesional harus disiapkan oleh lembaga pendidikan tinggi kependidikan (LPTK) yang berkualitas dan terstandar; 2). Guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 3). Guru profesional sebagai faktor penentu pendidikan bermutu adalah guru yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kreteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Kata kunci : Guru profesional, pendidikan bermutu. PENDAHULUAN Pada masa sekarang diperlukan guru yang profesional. Guru yang profesional mengedepankan mutu dan akan menghasikan lulusan yang bermutu pula. Namun di era persaingan yang ketat ini agar para pengelola lembaga pendidikan dapat mampu menjadikan lembaganya berdaya saing, maka guru profesional merupakan salah satu faktor untuk membangun lembaga pendidikan bermutu. Dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan guru sangat penting sekali untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Perlu sadari, bahwa peran guru sampai saat ini masih eksis, sebab sampai kapanpun posisi atau peran guru tersebut tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin sehebat apapun. Guru sebagai seorang pendidik juga membina sikap mental yang menyangkut aspek-aspek manusiawi dengan karakteristik yang beragam dalam arti berbeda antara satu siswa dengan lainnya. Banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh seorang guru semata-mata ingin melihat anak didiknya bisa berhasil dan sukses kelak. Tetapi perjuangan guru tersebut tidak berhenti sampai disitu, guru juga merasa masih perlu meningkatkan kompetensi profesionalnya agar benar-benar Majalah Bangun Rekaprima 13

menjadi guru yang lebih baik dan lebih profesional terutama dalam proses belajar mengajar sehari-hari. Oleh sebab itu, diperlukan guru memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara berkesinambungan guru dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional.permasalahannya : bagaimanakah guru profesional yang dapat berpengaruh terhadap pendidikan bermutu? PARADIGMA PENDIDIKAN BARU Sudah diketahui bersama bahwa, tujuan umum pendidikan Indonesia terangkai dalam tujuan pembentukan negara Republik Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Rumusan tujuan pembentukan negara RI ini adalah cita-cita yang menjadi arah sekaligus basis pengukuran berbagai upaya dan kinerja kebangsaan, terutama masalah pendidikan. Menurut TIM PGRI (2014:13), penyeleggarakan pendidikan nasional sudah seharusnya menggunakan paradigma baru, yaitu mutu. Perubahan paradigma ini bukan semata-mata masalah lama yang masih tersisa diabaikan, tetapi dibawa keranah dan cara pandang baru. Perubahan cara pandang penyelenggaraan pendidikan merupakan masalah terpenting dalam mengubah secara sistemik desain pendidikan kita. Diantara perubahan itu adalah dari cara pandang keluar (outward looking) ke cara pandang kedalam (inward looking). Dengan demikian, rancangan pendidikan nasional mesti bertolak dari kebutuhan, masalah, dan situasi serta kondisi kebangsaan dewasa ini. Lebih lanjut dalam menyusun kembali sistem pendidikan nasional harus dimulai dari apa yang telah dimiliki oleh bangsa sendiri. Bangsa Indonesia telah mempunyai tujuan bernegara mencerdaskan kehidupan bangsa yang semestinya menjadi sumber normatif pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa. Negara telah memiliki UUD 1945 Pasal 31, UU Sisdiknas, UU Guru dan Dosen, dan UU Pendidikan Tinggi yang layak dielaborasi dan diimplementasikan dengan baik dan benar. Melalui cara pandang seperti ini memungkinkan dapat menetapkan kebermutuan secara tepat sebab mutu tidak pernah dapat dilepaskan dari relevansi, efisiensi, dan efektifitas. MENCIPTAKAN BERMUTU PENDIDIKAN Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakkejujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan. Pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good Majalah Bangun Rekaprima 14

planning system) dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (Goodgoverenance system) dan disampaikan oleh guru yang baik (good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu, khususnya guru. Menurut Prof. Dr. Dedy Mulyasana, M.Pd (2011 : 122), Pendidikan yang bermutu lahir dari guru yang bermutu. Guru yang bermutu paling tidak menguasai materi ajar, metodologi, sistem evaluasi, dan psikologi belajar : 1) Guru yang baik bukan sekadar guru pintar, tapi guru yang mampu memintarkan peserta didik, 2) Guru yang baik bukan sekedar guru yang berkarakter, tapi guru yang mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta didiknya.c).guru yang baik bukan hanya guru yang mempunyai teladan dan integritas, tapi guru yang diteladani oleh sesama. d).guru yang memerankan dirinya sebagai pelayan belajar yang baik yang tugas utamanya bukan sekedar mengajar dalam arti menyampaikan sejumlah konsep dan teori ilmu pengetahuan, tapi tugas utama guru adalah membantu kesulitan belajar peserta didik. Di sisi lain sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah kreteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka Standar Nasional Pendidikan meliputi berbagai standar yang meliputi : standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian. Dengan demikian guru profesional sebagai faktor penentu pendidikan bermutu adalah guru yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kreteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat. Untuk menjaga konsistensi dari fungsi dan tujuan tersebut, maka kurikulum, proses pembelajaran (oleh guru profesional), maupun sistem tata kelola secara keseluruhan harus merujuk dan berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan. GURU PROFESIONAL Guru merupakan salah satu term yang banyak dipakai untuk menyebut seorang yang dijadikan panutan. Penggunaan istilah ini tidak hanya dipakai dalam dunia pendidikan, tetapi hampir semua aktivitas yang memerlukan seorang pelatih, pembimbing atau sejenisnya.dari sosok guru menyiratkan pengaruh yang luar biasa terhadap muridmuridnya. Sehingga baik tidaknya murid sangat ditentukan oleh guru ( Mujtahid, M.Ag, 2009 : 33). Majalah Bangun Rekaprima 15

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (DEPDIKNAS, 2001:288).Sedangkan menurut A. Malik Fajar (1998: 211), guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik, dan membimbing. Dengan demikian, jika ketiga sifat mengajar, mendidik dan membimbing tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru. Guru adalah pendidik professional, sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bab 1 pasal 1, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dimaksud berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan maupun pendidikan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional itu dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Profesionalisme adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada keahlian tertentu. Seorang profesional memahami apa, mengapa, dan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Mengetahui upaya dan langkah strategis serta memahami akibat dan risiko dari suatu pekerjaan yang diembannya.oleh karena itu, seorang profesional bukan hanya dibekali keahlian tertentu, tetapi juga ditopang oleh mental dan kepribadian yang mendukung bidang keahlian dan pekerjaannya. Menurut Pasal 2 PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru (Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen) kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputi kompensasi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Saat ini, penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup : (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru dengan tugas Majalah Bangun Rekaprima 16

tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas. Sementara itu, perwujudan unjuk kerja professional guru ditunjang dengan jiwa profesionalisme yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan diri sebagai guru professional. Menurut Zainal Aqib Elham Rohmanto (2007 : 146), kualitas professionalism ditunjukkan oleh lima unjuk kerja sebagai berikut : a) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. b) Meningkatkan dan memelihara citra profesi. c) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembamgan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilan. d) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.e) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Dengan demikian, keefektifan guru professional dapat diwujudkan melalui pemberdayaan potensi dan prestasi para guru. PENDEKATAN KEPALA SEKOLAH DAN MODEL PENGEMBANGAN GURU PROFESIONAL Pendekatan kepala Sekolah dalam Pengembangan Guru Profesional Dewasa ini berbagai upaya peningkatan mutu sekolah terus dilakukan banyak pihak. Dalam kontek bangsa, peningkatan mutu sekolah merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia (guru) secara menyeluruh. Selanjutnya menurut PP Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru pada Bab II Kompetensi dan Sertifikasi Pasal 2, disebutkan bahwa:guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, Kompetensi, Sertifikasi pendidik, Sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan: a).kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. b).kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompensasi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.c).kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah mempunyai pengaruh yang dominan dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar (mutu sekolah) dan merupakan orang yang bertanggungjawab terhadap keberhasilan sekolah yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Salah satu tugas pokok kepala sekolah yang sangat berpengaruh pada proses dan hasi belajar adalah manajemen sumber daya manusia (guru). Menurut Terry dalam Umiarso Majalah Bangun Rekaprima 17

dan Gojali, I. (2011 : 348) mengemukakan empat fungsi manajemen yang sering disingkat POAC, yaitu: Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), dan Controlling (Pengawasan/Pengendalian). Sedangkan indikator Manajemen Sumber Daya Manusia adalah : 1) Unsur perencanaan berhubungan dengan fungsi-fungsi MSDM : Menurut Sutrisno, E. (2010: 41-42) unsur perencanaan adalah : Analisis jabatan, Penarikan / Rekrutmen tenaga kerja, Seleksi, Perencanaan karier, Kompensasi, Pelatihan, 2) Unsur pengorganisasian: Menurut Handoko,T.H. (2011 : 24) unsur pengorganisasian adalah Penentuan sumber daya - sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan, Penugasan tanggung jawab tertentu, Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. 3) Unsur pelaksanaan (Implementasi Perencanaan) : Pada dasarnya perencanaan dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan. Actuating berfungsi untuk menggerakkan orang lain agar dapat melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan, 4) Unsur Pengawasan/Pengendalian: Menurut Sutrisno, E. (2010 : 10) unsur pengawasan merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan perbaikan dan/atau penyempurnaan. Pengendalian/pengawasan pegawai, meliputi : kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerjasama, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. Oleh karena itu dalam pengembangan guru professional, kepala sekolah sebagai manajer di instansi pendidikan, tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa terlepas dari indikator manajemen sumber daya manusia di atas. Menurut Mujtahid, M.Ag. (2009: 66-70) ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru yaitu : 1) Pendekatan Struktural : Untuk meningkatkan kemampuan professional guru, kepala sekolah dapat menempuh jalur sebagai berikut: a) Melakukan pemetaan bidang keahlian guru yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Kepala sekolah bertindak sebagai supervisor langsung terhadap para guru yang ada di lingkungan sekolahnya untuk dilihat apakah selama ini mereka sudah sesuai atau belum dengan bidang studi keahlian yang diajarkan. Kalau sekiranya belum sesuai, maka tugas kepala sekolah dapat melakukan tindakan untuk menugasi mereka supaya menempuh studi lagi atau studi lanjut yang sesuai dengan bidang yang diajarkan, b) Kepala sekolah dapat menciptakan suasana edukatif yang mendorong kepada semua guru bahwa profesi pendidik merupakan tugas mulia dan berwibawa. Kepala sekolah dapat menginstruksikan kepada guru untuk berkarya misalnya, membuat perangkat pembelajaran, alat dan Majalah Bangun Rekaprima 18

media pembelajaran, serta menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendukung kualitas program pendidikan di sekolah. Jika cara ini mampu diimplementasikan, maka tugas kepala sekolah selanjutnya hanya cukup memberi semangat, penghargaan, dan pengakuan yang layak, c) Menciptakan budaya kerja dan disiplin yang tinggi. Untuk menjadikan guru profesional perlu peran pemimpin yang kuat mengajak warganya agar memiliki jiwa bekerja dan penuh disiplin. Budaya bekerja dan penuh disiplin merupakan cerminan seorang guru profesional yang memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. 2) Pendekatan Psikologis. Dalam pendekatan psikologis, dapat ditelusuri bahwa setisp orsng pasti memiliki karakter dan fitrah bawaan yang kadarnya tentu tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Dengan pendekatan psikologis, upaya sekolah dalam memberikan sebuah rangsangan dan stimulus kepada guru untuk membangkitkan motivasi baru dan mengembangkan profesionalismenya. Secara umum, mayoritas sekolah banyak menggunakan pendekatan ini dari pada struktural. MODEL - MODEL PENGEMBANGAN PROFESI GURU Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru Untuk menjaga mutu pembelajaran maupun sekolah, lembaga pendidikan harus berupaya memberikan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Upaya ini dilakukan ntuk memberikan dorongan para guru agar tetap memberi semangat dan motivasi yang sama dalam mengemban tugasnya sebagai tenaga pendidik. Peningkatan mutu pembelajaran memang bukan semata-mata menjadi tugas guru, namun sesungguhnya menjadi tugas dan tanggung jawab semua komunitas di lingkungan sekolah.sehingga komitmen ini juga dilakukan dengan merekrut tenaga guru baru minimal harus berstatus atau berjenjang sarjana (S-1), dan harus memiliki keahlian dan kompetensi pada satu bidang tertentu yang ditekuninya. Kualitas tenaga guru memang menjadi kunci utama menujusuksesnya mutu sekolah, sehingga kalau dimulai dari gurunya maka nuansa akademis yang tampak di sekolah akan menjadi harapan dan kebanggaan para siswa yang belajar. Untuk itu, pembinaan dan pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan cara antara lain : 1) Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah : Para pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah dimaksudkan disini adalah kesluruhan kegiatan yang berkaitan dengan profesi guru, seperti pengembangan wawasan kependidikan, keterampilan guru, materi kurikulum, administrasi sekolah, dan lain sebagainya. Bentuk kegiatan ilmiah tersebut anttara lain misalnya : Program lokakarya, workshop, Seminar, 2) Mengaktifkan Guru dalam Organisasi Profesi : yaitu cara pimpinan untuk mengaktifkan para guru dalam berbagai kegiatan, Majalah Bangun Rekaprima 19

seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kerja Guru (KKG). Keterlibatan guru dalam forum tersebut merupakan tahapan penting bagi guru untuk membangun sikap profesionalnya dalam bidang materi (Mujtahid,M.Ag, 2009:70-73). SUPERVISI PERKEMBANGAN KINERJA GURU Supervisi Perkembangan Dalam dunia pendidikan, supervisi selalu mengacu kepada kegiatan memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini sudah tentu berkaitan dengan kegiatankegiatan yang lain, seperti upaya meningkatkan pribadi guru, meningkatkan profesinya, kemampuan berkomunikasi dan bergaul, baik dengan warga sekolah maupun dengan masyarakat, dan upaya membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Kegiatan-kegiatan di atas juga tidak bisa terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah, Orientasi yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Walaupun uraian di atas mencakup sejumlah kegiatan, namun kegiatan utamanya adalah meningkatkan proses pembelajaran, termasuk penguasaan materi pelajaran. Menurut Prof. DR. Made Pidarta (2009:143), supervisi perkembangan adalah supervisi yang dilakukan mengikuti dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan kinerja guru. Masing-masing tingkat kinerja memakai pendekatan dan metode supervisi sendiri-sendiri Dasar yang dipakai untuk memeriksa (supervisi) perkembangan kinerja guru adalah abstraksi guru dan komitmen guru : 1) Abstraksi yaitu kemampuan seorang dalam membayangkan sesuatu yang sudah pernah diamati. Tingkat kemampuan mengabtraksi pada guru dipandang cerminan tingkat kemampuan umum guru, 2) Komitmen guru, yaitu suatu sikap yang disertai dengan realisasi sikap itu dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Komitmen guru disamping dipengaruhi oleh kepribadian, bakat, dan watak, juga ditentukan oleh masa kerja atau lamanya terlibat dalam organisasi. Kategori Guru Kemampuan guru dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disebut kategori. Kategori itu dibuat berdasarkan tingkat kemampuan mengabstraksi dan tingkat komitmennya, kalau dibuat bagannya sebagai berikut : GURU KONSEPTOR GURU LEMAH GURU PROFESIONAL GURU ENERGIK 0 Gambar 1.Bagan Kategori Guru Majalah Bangun Rekaprima 20

Dari bagan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Guru lemah : Guru lemah mempunyai tingkat abstrasi yang rendah dan tingkat komitmen juga rendah. Cirinya bermotivasi rendah untuk mengembangkan profesinya merasa tidak perlubantuan dari pihak lain, cukup puas dengan kegiatan rutin, 2) Guru energik : Guru yang mempunyai tanggung jawab dan komitmen tinggi, tetapi tingkat abstraksinya rendah. Guru ini energik, penuh dengan kemauan keras, dan antusias dalam bekerja. Tetapi kemauan besar dan niat baik ini terganjal oleh kemampuan guru yang kurang bagus, yang mengakibatkan jarang sekali dapat mewujudkan niat baiknya, 3) Guru konseptor : Guru yang pandai membuat konsep-konsep baru tentang pembelajaran maupun sekolah, tetapi tidak mampu mewujudkan konsepnya, 4) Guru profesional : Guru pemikir dan sekaligus pelaksana. Hal ini disebabkan ia punya kemampuan mengabstrasi tinggi dan komitmennya juga tinggi (Made Pidarta Prof. Dr., 2009:144-147). KESIMPULAN Dari uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan, bahwa : 1) Guru yang profesional harus disiapkan oleh lembaga pendidikan tinggi kependidikan (LPTK) yang berkualitas dan terstandar. 2) Guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru profesional sebagai faktor penentu pendidikan bermutu adalah guru yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kreteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. DAFTAR PUSTAKA A.Malik Fajar.1998.Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Balai Pustaka. Danim, S. Dan Khairil. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Handoko, T.H. 2011. Manajemen.Yogyakarta: BPFE UGM.. Mujtahid. 2009. Pengembangan profesi guru. Malang: UIN- Malang Press. Mulyasana Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentangsistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pidarta Made, Prof.Dr.2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno, E. 2010.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sutrisno,E. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Majalah Bangun Rekaprima 21

TIM PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).2014. Pendidikan Untuk Transformasi Bangsa. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Umiarso dan Gojali, I. 2011. Manajemen Mutu Terpadu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD. Zainal Aqib Elham Rohmanto.2007.Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Majalah Bangun Rekaprima 22