ANALISIS INTENSITAS CURAH HUJAN WILAYAH BANDUNG PADA AWAL 2010 ANALYSIS OF THE RAINFALL INTENSITY IN BANDUNG IN EARLY 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

UJI KECENDERUNGAN UNSUR-UNSUR IKLIM DI CEKUNGAN BANDUNG DENGAN METODE MANN-KENDALL

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS KEJADIAN BANJIR BANDANG

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

ANALISIS CURAH HUJAN SEPUTAR JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DAN LONGSOR

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM TANGGAL 9-14 DESEMBER 2016

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

I. INFORMASI METEOROLOGI

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

I. INFORMASI METEOROLOGI

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

ANALISIS VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA DI DAERAH KOTOTABANG PERIODE

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

I. INFORMASI METEOROLOGI

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA TANGGAL DESEMBER 2016

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2012

LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN BIMA, DOMPU DAN KOTA BIMA, JANUARI 2015

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

ANALISIS TREN INDEKS CURAH HUJAN DAN PELUANG CURAH HUJAN UNTUK PENENTUAN AWAL TANAM TANAMAN PANGAN DI LAMPUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

DAMPAK EL NIÑO SOUTHERN OSCILLATION DAN INDIAN OCEAN DIPOLE MODE TERHADAP VARIABILITAS CURAH HUJAN MUSIMAN DI INDONESIA

Analisis Kejadian Curah Hujan... (Sartono Marpaung et al.)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR TANGGAL 7 MARET 2018 DI LEMBANG TUMBANG DATU SANGALLA UTARA KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN HUJAN LEBAT DI AMBON TANGGAL 29 JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

DISTRIBUSI DAN ANALISIS KONDISI HUJAN EKSTRIM DI SEMARANG (STUDI KASUS TANGGAL 11 DESEMBER 2010)

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL NOVEMBER 2017

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya

ANALISIS PENGARUH SERUAK DINGIN DAN MJO DALAM KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS TANGGAL 16 DAN 18 DESEMBER 2014) Abstrak

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA TERKAIT BANJIR DI KECAMATAN ALOK WILAYAH KABUPATEN SIKKA, NTT (15 FEBRUARI 2018)

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

KAJIAN DAMPAK GELOMBANG PLANETER EKUATORIAL TERHADAP POLA KONVEKTIFITAS DAN CURAH HUJAN DI KALIMANTAN TENGAH.

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Stasiun Meteorologi kelas III Nangapinoh-Melawi,Kalimantan Barat 2

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

PREDIKSI AWAL MUSIM HUJAN MENGGUNAKAN PARAMETER SEA SURFACE TEMPERATURE DI PANGKALPINANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA S STASIUN METEOROLOGI MARITIM KENDARI

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Kasus Tanggal 29 Desember 2017)

ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN TMC PENANGGULANGAN BANJIR JAKARTA JANUARI FEBRUARI Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

DAFTAR PUSTAKA. American Geology Institute Glossary of Geology and Related Sciences, American Geological Institute, Washington, D.C., hal.

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM TERKAIT HUJAN LEBAT, BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KOTA BALIKPAPAN DAN PENAJAM PASIR UTARA (PPU) TANGGAL 17 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI DUSUN WAYARENG DESA MULYOSARI KEC.BUMI AGUNG KAB. LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 18 Februari 2018)

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang

Stasiun Klimatologi Pondok Betung

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

Transkripsi:

ANALISIS INTENSITAS CURAH HUJAN WILAYAH BANDUNG PADA AWAL 21 ANALYSIS OF THE RAINFALL INTENSITY IN BANDUNG IN EARLY 21 1) 2) Annie Hanifah, Endarwin 1) Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung, Jl.Cemara 66 Bandung 2) Subid Cuaca Ekstrim BMKG, Jl. Angkasa 1 No.2, Jakarta Pusat 172 Email : stageof.bandung@bmkg.go.id ABSTRAK Pada awal 21 di wilayah Bandung telah terjadi hujan dengan intensitas yang sangat tinggi serta berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Kondisi ini telah mengakibatkan kerugian materil dan immateril akibat terjadinya beberapa bencana seperti banjir, tanah longsor, serta meluapnya bendungan. Berdasarkan hasil analisis intensitas curah hujan diketahui bahwa jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan Januari, Pebruari dan Maret 21, seluruhnya berada di atas normal demikian pula dengan jumlah hari hujannya. Tingginya intensitas curah hujan yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut dengan kondisi di atas normal jarang sekali terjadi di wilayah Bandung. Berdasarkan catatan yang dimiliki oleh BMKG Stasiun Geofisika Bandung hal serupa pernah terjadi pada tahun 1952 dan 1966, namun demikian intensitas curah hujan bulanan yang terjadi pada awal 21 tersebut yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut merupakan yang tertinggi dari yang sebelumnya pernah terjadi. Kata kunci : curah hujan, hari hujan, normal hujan ABSTRACT In Early 21 occurred rainfall with very high intensity and long duration in Bandung and its surrounding. This condition has caused material and immaterial losses caused by floods, landslides and overflow of dam. Based on analysis, it is known that the rainfall intensity in January, February, and March 21, was above normal as well as the total rainfall days. These conditions are very rare in Bandung. Based on BMKG's record, conditions such that occurred in 1952 and 1966, however the rainfall intensity in the early 21 was the highest. Keywords : rainfall, rainfall day, rain normal Naskah masuk : 5 Juli 211 Naskah diterima: 13 September 211 I. PENDAHULUAN Kejadian curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada suatu wilayah yang sedang memasuki masa musim penghujan merupakan 1) suatu hal yang wajar terjadi, mengingat pada masa tersebut potensi untuk terjadinya hujan memang cukup besar. Demikian pula dengan yang terjadi di wilayah Bandung Jawa Barat, dimana pada setiap awal tahun tingkat intensitas curah hujan akan selalu meningkat seiring dengan aktifnya Monsun 2),3) 4) Barat atau Monsun Barat Laut yang merupakan pendukung utama bagi terjadinya 5) musim hujan. Seiring dengan meningkatnya intensitas curah hujan, biasanya selalu ada dampak negatif 145

yang timbul. Seperti terjadinya banjir dan longsor dimana faktor meteorologis dalam hal ini curah hujan diketahui menjadi penyebab utama terutama bila dilihat dari intensitas, durasi serta 6) distribusinya. Khusus untuk kejadian banjir, terjadinya kerusakan lingkungan dan perubahan fisik permukaan tanah juga menjadi faktor penting yang dapat menunjang terjadinya banjir dimana akibat hal tersebut kemampuan dari daya tampung dan daya simpan terhadap air hujan menjadi 7) berkurang. Hal seperti ini terjadi di wilayah Bandung pada awal tahun 21 dimana telah terjadi beberapa peristiwa seperti terjadinya banjir besar 8) yang melanda kawasan Bandung Selatan, tanah longsor di wilayah Ciwidey yang mengakibatkan 9),1) banyak korban jiwa, meluapnya Bendungan 11) Jatiluhur, serta beberapa peristiwa lainnya 12) dengan skala yang lebih kecil. Rangkaian peristiwa tersebut terjadi dalam kurun waktu 3 bulan pertama pada tahun 21 dan hampir terjadi secara berururutan. Kondisi seperti ini tidak pernah terjadi pada waktu-waktu sebelumnya meskipun intensitas curah hujan yang turun masuk ke dalam katagori yang tinggi. Adanya peristiwa tersebut memberikan indikasi bahwa curah hujan yang terjadi pada awal 21 tersebut berbeda dari biasanya. Oleh karena itu guna mengetahui "perbedaan" tingkat intensitas curah hujan yang terjadi pada awal tahun 21 tersebut, pada kesempatan ini akan dilakukan analisis terhadap kejadian hujan yang terjadi di wilayah tersebut dengan memanfaatkan data dari 2 titik pengamatan yang ada. Melalui analisis ini juga diharapkan dapat diketahui kondisi dari curah hujan yang terjadi pada masa tersebut serta perbandingannya, baik terhadap kondisi normal pada setiap bulannya maupun terhadap kondisi di waktu yang lalu. Beberapa batasan yang terdapat dalam analisis ini, diantaranya : 1. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data jumlah curah hujan bulanan, data curah hujan normal bulanan serta data jumlah hari hujan 2. Jumlah titik pengamatan yang digunakan dalam melakukan analisis terdiri atas 2 titik yakni titik pengamatan Cemara dan Lembang dengan koordinat masing-masing ditunjukkan pada tabel 1 3. Waktu dilakukannya analisis adalah 3 bulan yaitu untuk bulan Januari, Pebruari, dan Maret 21. Tabel 1. Posisi 2 titik pengamatan hujan di Bandung Nama Titik Cemara Lembang Lintang (LS) 6 53',8 6 49'35,6 Sumber:BMKG Stasiun Geofisika Bandung Bujur (BT) 17 35'5,4 17 37'3,6 Data dari 2 titik pengamatan yang digunakan dalam melakukan analisis dianggap dapat mewakili kondisi wilayah Bandung secara keseluruhan. II. METODE PENELITIAN Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan dari data yang diperoleh selama 3 bulan pengamatan di awal tahun 21 terhadap data normal maupun terhadap data rekaman kejadian di masa lampau pada titik pengamatan yang bersangkutan. Adapun perbandingan dilakukan terhadap : 1. Data normal jumlah hari hujan 2. Data normal curah hujan bulanan 3. Data rangkaian curah hujan dengan intensitas tinggi Perbandingan terhadap data tersebut dilakukan untuk kondisi dari 2 titik pengamatan di wilayah Bandung yang memiliki rekaman data cukup lengkap yakni Cemara dan Lembang. Melalui perbandingan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran dari kondisi hujan yang terjadi pada saat terjadinya rangkaian bencana di wilayah Bandung tersebut. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kondisi Hari Hujan Jumlah hari hujan riil yang terjadi pada bulan Januari, Pebruari, dan Maret 21 dibandingkan terhadap kondisi normalnya. Perbandingan antara keduanya untuk 2 titik pengamatan yang berbeda ditunjukkan dalam bentuk grafik pada Gambar 1 dan 2 berikut: JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 211: 145-149 146

Diketahui bahwa jumlah curah hujan normal bulanan untuk titik pengamatan Cemara dan Lembang hingga awal 21 adalah seperti ditunjukkan pada tabel 2. Bila kondisi curah hujan normal bulanan tersebut dibandingkan dengan kondisi riill curah hujan bulanan yang terjadi pada awal tahun 21, maka gambaran perbandingan yang diperoleh adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4. Gambar 1. Perbandingan jumlah hari hujan di titik pengamatan Cemara Gambar 3. Perbandingan curah hujan bulanan di titik pengamatan Cemara Gambar 2. Perbandingan jumlah hari hujan di titik pengamatan Lembang, Dari perbandingan jumlah hari hujan di kedua titik yakni Cemara dan Lembang, dapat diketahui bahwa jumlah hari hujan di kedua titik pengamatan tersebut seluruhnya berada di atas dari kondisi normalnya. Selanjutnya dengan memperhatikan jumlah hari hujan yang terjadi pada bulan Januari, Pebruari, dan Maret 21, yang berada pada kisaran 25-27 hari untuk Cemara dan 21-27 hari untuk Lembang, maka dapat dipastikan bahwa hujan yang terjadi di wilayah Bandung hampir terjadi setiap hari. Jadi selama 3 bulan tersebut wilayah Bandung hampir setiap hari diguyur hujan. 3.2. Kondisi Curah Hujan Bulanan Tabel 2. Curah hujan normal bulanan untuk 2 titik pengamatan di Bandung Titik Hujan Normal Bulanan (mm) Januari Pebruari Maret Cemara 223,1 21,7 262 Lembang 229,3 194,6 243,8 Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Bandung Dari perbandingan jumlah curah hujan bulanan terhadap kondisi normalnya di kedua titik pengamatan, dapat diketahui bahwa kondisi curah hujan yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut di kedua titik pengamatan berada di atas kondisi normal. Menurut batasan yang dikeluarkan oleh Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kondisi di atas normal untuk sifat hujan ditentukan bila kenaikan yang terjadi mencapai 9) lebih dari 115 %. Gambar 4. Perbandingan curah hujan bulanan di titik pengamatan Lembang, Bandung Dengan memperhatikan prosentase kenaikan curah hujan di setiap bulannya seperti ditunjukkan pada tabel 3, maka dapat dinyatakan bahwa tingginya curah hujan yang terjadi selama 3 bulan 147

berturut-turut di wilayah Bandung sifatnya berada di atas normal. Tabel 3. Prosentase kenaikan curah hujan di Bandung Titik Prosentase Kenaikan (%) Januari Pebruari Maret Cemara 158.4 239.7 173 Lembang 18.6 221.2 195.5 Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Bandung 3.3. Kejadian Hujan Intensitas Tinggi Memperhatikan data hujan bulanan wilayah Bandung, maka dapat diketahui bahwa kejadian hujan dengan intensitas tinggi yang mencapai nilai ambang batas di atas nomal pernah beberapa kali terjadi, terutama pada masa-masa musim hujan. Namun demikian kejadian tersebut jarang sekali terjadi secara berurutan. Artinya hujan dengan intensitas tinggi mungkin hanya terjadi pada satu bulan tertentu saja dan tidak terjadi pada bulan yang lain, atau ada juga yang terjadi secara selang-seling. Khusus untuk kejadian hujan bulanan dengan sifat hujan di atas normal dimana terjadinya kondisi di atas normal tersebut terjadi secara berurutan, dalam hal ini 3 bulan berturut-turut yakni Januari, Pebruari, dan Maret, maka kejadian seperti ini setidaknya sudah 3 kali terjadi di wilayah Bandung. Seperti ditunjukkan pada Gambar 5, diketahui bahwa kejadian hujan dengan intensitas tinggi yang berurutan tersebut pernah terjadi pada tahun 1952, 1966, dan 21. Namun secara keseluruhan dapat dilihat bahwa intensitas curah hujan bulanan yang terjadi pada tahun 21 jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya pernah terjadi. 3.4. Pembahasan Berdasarkan perolehan dari hasil-hasil analisis, maka dengan jelas dapat diketahui bahwa ternyata kejadian hujan yang terjadi pada awal 21 di wilayah Bandung memang berbeda dari biasanya. Perbedaan ini setidaknya bisa dilihat dari tingkat tingginya frekuensi kejadian hujan yang terjadi hampir tiap hari selama 3 bulan serta tingginya tingkat intensitas hujan yang turun yang berada di atas normal (intensitas yang tinggi). Gambar 5. Kejadian hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Bandung Dengan memperhatikan kondisi wilayah Bandung yang cukup luas, kemudian cukup jauhnya jarak antara titik pengamatan dengan daerah bencana, serta peranan distribusi hujan terhadap tejadinya bencana, maka dapat diketahui bahwa hujan tidak hanya terjadi di titik pengamatan dan sekitarnya saja namun juga hampir merata di wilayah Bandung. Dari seluruh penjelasan di atas dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingginya intensitas, lamanya durasi, serta luasnya distribusi curah hujan yang terjadi di wilayah Bandung pada awal tahun 21 tersebut seluruhnya telah terpenuhi. Oleh karenanya hal tersebut memungkinkan memberikan dampak negatif yang sangat signifikan pada wilayah tersebut. Dan kejadian hujan yang terjadi pada awal 21 ini dapat dikatakan yang paling tinggi intensitasnya dibanding dengan yang pernah terjadi di tahun 1952 dan 1966. IV. KESIMPULAN Kesimpulan dapat yang diperoleh dari analisis ini adalah : ŸIntensitas curah hujan yang terjadi pada bulan Januari, Pebruari, dan Maret 21 adalah sangat tinggi dan berada jauh di atas kondisi normalnya. ŸHujan yang terjadi di wilayah Bandung pada bulan Januari, Pebruari, dan Maret 21 hampir terjadi setiap hari yang ditandai dengan jumlah hari hujan yang berada di atas normalnya. ŸKondisi hujan selama 3 bulan berturut-turut yang terjadi di wilayah Bandung pada awal 21 merupakan kondisi yang paling tinggi intensitasnya dari yang sebelumnya pernah terjadi di tahun 1952 dan 1966. JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 211: 145-149 148

V. DAFTAR PUSTAKA 1) Tjasyono, B. H. K., Lubis, A., Juaeni, I., Ruminta, & Harijono, S. W. B. (28). Dampak Variasi Temperatur Samudera Pasifik dan Hindia Ekuatorial Terhadap Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Sains Dirgantara, 5(2), 83-95. 2) Tjasyono, B.H.K. (27). Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia, Prosiding Lokakarya Meteorologi Geofisika dan Klimatologi untuk Media dan Pengguna Jasa, Jakarta : BMKG 3) Marganingrum, B., Narulita, I., Yudawati, S., & Maria, R. (29). Studi Korelasi Pola Distribusi Curah Hujan dan Indeks ENSO di Cekungan Bandung, Prosiding Peran Puslit Geoteknologi dalam Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Mitigasi Kebencanaan di Indonesia. Bandung : Puslit Geoteknologi, LIPI 4) Aldrian, E. & Susanto, R. D. (23). Identification of Three Dominant Rainfall Regions Within Indonesia and Their Relationship To Sea Surface Temperature, Internatonal Journal of Climatology, 23, 1435-1452 5) Tukidi. (21). Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Geografi, 7(2), 136-145 6) Tjasyono, B. H. K., & Harijono, S. W. B. (28). Meteorologi Indonesia 2 Awan dan Hujan Monsun. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika. 7) Tjasyono, B. H. K., Juaeni, I., & Harijono, S. W. B. (27). Proses Meteorologis Bencana Banjir Di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 8(2), 1-13 8) Haryanto, A. (21). Banjaran Terendam Banjir, 1 5 K K D i u n g s i k a n, (http://bandung.detik.com/read/21/2/18 /2437/132444/486/banjaran-terendambanjir-15-kk-diungsikan), diakses tanggal 22 Pebruari 211. 9) Gandapurnama, B. (21). Longsor di Ciwidey : Empat Warga Ditemukan Tewas. (http://bandung.detik.com/read/21/2/23 /163411/135237/486/empat-wargaditemukan-tewas), diakses tanggal 22 Pebruari 211 1) Haryanto, A. (21). Longsor di Ciwidey : Proses E v a k u a s i D i h e n t i k a n. (http://bandung.detik.com/read/21/3/1 /131823/13851/486/proses-evakuasidihentikan), diakses tanggal 22 Pebruari 211 11) Widjaya, I. (21). Bendungan Jatilihur Meluap. (http://nasional.vivanews.com/news/read/1 3835-bendungan_jatiluhur_meluap), diakses tanggal 22 Pebruari 211 12) Yulianti, T.E. (21). 3 Bulan pertama di 21, 36 Bencana Terjadi di Bandung. (http://bandung.detik.com/read/21/4/2 /123435/133818/486/3-bulan-pertama- di- 21-36-bencana-terjadi-di-bandung), diakses tanggal 22 Pebruari 211 BMKG Bandung. (211), Bulletin Data I k l i m Tahun 21, BMKG. 149