BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN KASTI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI KEMBANGSONGO TAHUN AJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain guru, siswa,

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kesehatan yang dimiliki oleh

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan kipers hampir sama

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

I. PENDAHULUAN. kekuatan, kecepatan, kelenturan dan daya tahan. Oleh karena itu, tidaklah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup sehat sehari-hari yang mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aziz Fera Isroni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. Permainan adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. permainan beregu, maka kerjasama yang baik dalam melakukan Passing (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan.

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS IV - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

olahraga permainan kasti merupakan gerak dasar bagi cabang lainnya, karena hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

Mansur Zakaria. Kata kunci : Keterampilan dasar memukul bola, metode berpasangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan dan akan selalu berdampingan dengan manusia seiring dengan perkembangannya karena pendidikan berkenaan dengan proses pendewasaan, pengalaman tanpa batasan umur. Hal tersebut bisa terjadi baik secara sengaja maupun terjadi akibat dari pengaruh lingkungan serta dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehubungan dengan itu pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo. 2003:16). Selain itu Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002:263) Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya yang direncanakan guna mempengaruhi suatu individu, kelompok maupun masyarakat untuk proses pengubahan sikap dan 1

2 perilaku dalam upaya pendewasaan diri melaui pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sehingga secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara melalui proses belajar dan proses pembelajaran. Aktivitas jasmani terjadi pada proses belajar dan pembelajaran, karena aktivitas jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Pada hakekatnya aktivitas jasmani merupakan proses yang diarahkan guna mendorong, membimbing, mengembangkan, serta membina kemampuan jasmani, rohani dan perilakunya melalui pendidikan jasmani. Serta mempunyai jasmani dan rohani yang sehat melalui pendidikan jasmani. Menurut Daner dan Pangrazi 1989 (dalam Sulaeman 2011;03) mengungkapkan bahwa: Pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran psikomotor, afektif dan kognitif. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas gerak dan merupakan suatu fase dimana menggunakan program pendidikan secara keseluruhan yang memberikan kontribusi melalui pengalaman gerak yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara utuh. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial serta tumbuh dan berkembang secara sehat dan dapat mengembangkan kepribadiannya agar dapat meningkatkan kualitas hidup

3 pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Aspek afektif yang dapat terbentuk secara positif melalui pendidikan jasmani diantaranya adalah sikap disiplin, kerjasama, fair play dan saling menghargai. Aspek ini dapat dikembangkan melalui materi-materi olahraga dan permainan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah yang telah di tetapkan. Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal serupa di kemukakan oleh Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang memiliki komponen saling berkaitan yang mana dalam pendidikan memiliki beberapa komponen yaitu tujuan, isi/materi, media (sarana dan prasarana), strategi dan proses belajar mengajar. Sehubungan dengan itu komponen-komponen dalam kurikulum tidak terlepas dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan yang mana standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan pedoman untuk melaksanakan proses belajar

4 pembelajaran. sehingga materi yang diberikan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan. Salah contoh standar kompetensi yang ada di sekolah dasar yaitu mempraktikan berbagai variasi gerak dasar kedalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sedangkan Kompetensi dasarnya yaitu memperaktikan variasi teknik ke dalam modifikasi permainan bola kecil, serta nilai kerja sama, sportivitas dan kejujuran. Satu materi yang akan diberikan yaitu permainan Bola Kasti. Permainan Bola Kasti termasuk permainan Bola kecil yang diajarkan di sekolah, selain itu permainan bola kecil juga banyak diminati anak-anak remaja karena dalam permainan kasti meningkatkan ketangkasan dan kekompakan regu atau pemain. Sehingga melalui permainan kasti dapat menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang baik. Pada prinsipnya permainan kasti merupakan salah satu jenis permainan Bola Kecil beregu, bentuk permainannya tradisional yang mengutamakan beberapa unsur kekompakan, ketangkasan dan kegembiraan. Agar dapat bermain kasti dengan baik kita dituntut memiliki beberapa keterampilan yaitu memukul, melempar, dan menangkap bola serta kemampuan berlari. Permainan kasti ini dimainkan oleh 2 regu, yaitu regu pemukul dan regu penjaga. Selain itu, ada 3 teknik dasar dalam permainan kasti yaitu melempar bola, menangkap bola, dan memukul bola. Permainan ini sering diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah, yang pada umumnya permainan ini sering di mainkan oleh siswa SD. Permainan ini bisa bersifat terstruktur, memiliki hasil yang dapat diprediksi dan siswa harus mempunyai tujuan dalam melaksanakan permainan. Dalam pembahasan materi permainan menggunakan Bola Kecil, siswa sudah menerapkan peraturan yang sangat mengikat dimana semua siswa harus mengikuti peraturan-peraturan permainannya dan anak dituntut untuk lebih tertib mengikuti sistem yang telah ditentukan sehingga rasa egois tidak akan tumbuh. Sebagai media pendidikan, pembelajaran permainan kasti harus diupayakan pada usaha

5 merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai individu yang utuh, terutama pada anak-anak atau remaja yang peka terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan. Pembelajaran tidak hanya terpaku pada pencapaian tujuan meningkatkan keterampilan bermain kasti semata melainkan perkembangan emosi, sosial, fisik gerak, dan intelektual anak juga harus diperhatikan sehingga bentuk kreatifitas guru dalam merancang suatu pembelajaran penting untuk diwujudkan. Sehubungan dengan kreatifitas guru sangat berperan mengingat pada siswa SD sering menemukan kendala-kendala, kendala kurangnya keterampilan dasar yang dikuasai oleh siswa salah satunya yaitu kendala dalam cara memukul sehingga hasil pukulannya tidak begitu baik. Hal tersebut menjadi bahan pemikiran bagi guru guna memperbaiki dan mengembangkan keterampilan siswa. Dalam proses belajar faktor penting yang harus diperhatikan guru guna meningkatkan keterampilan siswa, yaitu tujuan, materi, metode, evaluasi dan berbagai sarana prasarana pendukung seperti peralatan olahraga. Salah satu usaha lain yang dapat diberikan oleh guru dalam upaya memperhatikan kepentingan siswa tersebut yaitu dengan cara memberikan metode pembelajaran pendidikan jasmani, karena suatu metode dapat mengatasi karakteristik siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti yang dijelaskan Supandi (1992:107) : Ketidak berhasilan suatu proses belajar mengajar disebabkan antara lain karena siswa tidak sanggup mengatasi tugas gerak dan peraturan yang komplek. Untuk mengatasi kesulitan tersebut biasanya dilakukan modifikasi kegiatan atau peraturan yang bersangkutan. Yang dimaksudkan dengan modifikasi itu ialah pengulangan atau pergantian unsur-unsur tertentu. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ketidak berhasilan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang harus lebih diperhatikan oleh guru, antara lain karena siswa tidak mampu mengatasi tugas gerak dan peraturan yang komplek. Maka dengan itu guru harus mampu

6 mengatasi kesulitan siswa dengan cara memodifikasi kegiatan dan peraturan sesederhana mungkin agar siswa tidak mengalami kesulitan, salah satunya yaitu dengan cara memberikan pengulangan atau pergantian unsur-unsur tersebut. namun disamping itu guru harus lebih selektif dalam memberikan pemahaman materi kepada siswa untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar. Selain itu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah metode atau suatu cara yang dilakukan guru terhadap siswa didiknya agar lebih mudah dipahami dengan mudah, dengan ini baik siswa maupun guru akan lebih efektif dalam upaya meningkatkan keterampilan gerak siswa dan leluasa dalam penyajian materi dan akan lebih memotivasi kreativitas dalam proses belajar mengajar, sehingga dengan berbagai metode mengajar seorang guru mampu memecahkan masalah pada proses pembelajaran siswanya. Dalam proses pembelajaran di sekolah, metode belajar mengajar merupakan unsur yang mutlak dan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat diberikan oleh guru akan mempunyai pengaruh kepada siswa untuk lebih mudah memahami dan mengerti isi materi yang disampaikan oleh guru. Tujuan belajar mengajar akan tercapai dengan baik apabila metode yang diberikan oleh guru sesuai dengan keadaan siswa dan akan menampilkan suasana belajar yang lancar. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat berbeda-beda, metode distribusi dan metode padat beberapa metode yang dapat digunakan guru, seperti contoh: misalnya, dalam suatu pembelajaran ada dua orang guru yang menugaskan kepada siswa nya melakukan keterampilan memukul Bola Kasti sebanyak 10 kali pukulan. Guru A menggunakan metode distribusi dalam mengajarkan kepada siswanya dan menugaskan melakukan 10 kali pukulan dengan pelaksanaan 2 kali pukulan kemudian istirahat selama 30 detik kemudian dilanjutkan kembali dengan pengulangan yang sama dan waktu istirahat yang sama sampai tugas praktek 10 kali pukulan selesai dilaksanakan. Sedangkan dipihak lain, seorang guru B menggunakan metode padat dalam mengajarkan keterampilan pukulan dalam

7 permainan Bola Kasti kepada siswanya melakukan 10 kali pukulan berturut-turut setiap pengulangannya hanya diberikan waktu istirahat 5 detik atau tidak istirahat sama sekali. Melihat dari pemaparan di atas Yunyun (2007:349) mengemukakan bahwa: Metode padat adalah prinsip pengaturan giliran pemberian materi latihan, dimana siswa melakukan gerakan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat diantara gerakan demi gerakannya sedangkan, Metode distribusi adalah prinsip pengaturan giliran pemberian materi dalam pembelajaran dilakukan melalui pengaturan waktu istirahat yang diselang seling, waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu belajar Sehubungan dengan itu dapat dilihat bahwa penggunaan metode distribusi dan metode padat memiliki perbedaan pada waktu istirahat dalam setiap pengulangannya. Metode distribusi mempunyai istirahat yang lebih panjang sedangkan metode padat biasanya mengurangi waktu istirahat atau tanpa istirahat sama sekali. Penggunaan kedua metode ini diharapkan akan mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah terutama pada pembelajaran permainan Kasti. Hal lain yang perlu diperhatikan guru adalah perbedaan kemampuan individu dan cara mereka belajar dalam proses pembelajaran kasti. Setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan awal, kemampuan fisik, bentuk, ukuran tubuh, bakat minat, motivasi, cita-cita. Dalam konteks pendidikan, perbedaan ini tidak boleh diabaikan begitu saja, siswa yang lambat atau kurang cekatan tidak boleh dibiarkan begitu saja tetapi harus diberi perhatian yang khusus. Begitu juga anak yang memiliki tingkat kemampuan yang baik perlu diberi tugas tertentu yang dapat mendorong mereka untuk meningkatkan apa yang telah mereka miliki sebelumnya. Berdasarkan pemaparan di atas dalam permasalahan penggunaan metode dalam proses pembelajaran disekolah, penulis akan melakukan sebuah penelitian

8 yang dapat membantu guru sebagai pengajar untuk menggunakan metode belajar mengajar dalam aktivitas jasmani. Disini penulis akan mengkhususkan pada penggunaan metode distribusi dengan metode padat terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola pada pembelajaran permainan Bola Kasti dan mana yang lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari kedua metode di atas, penulis ingin meneliti tentang Perbandingan metode distribusi dengan metode padat terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola pada permainan Bola Kasti di SD Negeri Nagreg III Kabupaten Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan peningkatan penggunaan metode distribusi dengan metode padat terhadap keterampilan dasar memukul bola pada permainan Bola Kasti di SD Negeri Nagreg III Kab. Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan dan memperoleh hasil nyata oleh peneliti tentang efektifitas metode distribusi dan padat terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola pada permainan Bola Kasti di SD Negeri Nagreg III Kabupaten Bandung. Ingin mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat keberhasilan metode padat dengan metode distribusi terhadap peningkatan keterampilan dasar memekul bola pada permainan Bola Kasti di SD Negeri Nagreg III Kabupaten Bandung. D. Manfaat Penelitian

9 1. Dengan hasil penelitian ini, diharapkan berguna untuk menyikap metode mana yang lebih efektif dalam pemberian materi pelajaran memukul bola pada permainan Bola Kasti dari kedua jenis metode yang digunakan. 2. Dengan hasil penelitian ini, SD Negeri Nagreg III dapat meningkatkan pemberdayaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani agar prestasi belajar siswa lebih baik. 3. Sebagai bahan masukan bagi guru terhadap peningkatan mutu pendidikan dibidang pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga. 4. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan cara belajar yang sudah diajarkan dalam rangka meningkatkan hasil belajar. E. Batasan Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup penelitian penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Objek yang dijadikan penelitian adalah siswa kelas V di SD Negeri Nagreg III Kabupaten Bandung. 2. Variabel yang diteliti adalah perbandingan metode distribusi dengan metode padat terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola pada permainan Bola Kasti di SD Negeri Nagreg III Kabupaten Bandung. 3. Cara yang dimaksudkan dalam peneltian ini tentang memukul bola dalam permainan Bola Kasti dengan menggunakan metode: a. Metode Distribusi adalah pelaksanaan belajar atau latihan memukul bola yang berkesinambungan, kontinu dengan penugasan 50 kali pukulan dan pelaksanaannya setiap 10 kali pukulan bola kemudian diselingi istirahat selama 1 menit dan dilanjutkan kembali sampai siswa melakukan tugas pukulan bola tuntas. b. Metode Padat adalah pelaksanaan belajar atau latihan memukul bola yang berkesinambungan, kontinu dengan penugasan 50 kali memukul bola tanpa adanya istirahat sampai tuntas.

10 F. Definisi Istilah Berkaitan dengan masalah yang diajukan, beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai berikut: 1. Perbandingan menurut Poerwadarminta (1989:219) mengungkapkan bahwa Perbandingan adalah perbedaan selisih kesamaan. Dengan demikian menurut penulis yang dimaksud dengan perbandingan disini yaitu penelitian yang membandingkan dua metode belajar yang tepat yaitu metode distribusi dengan metode padat terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan Bola Kasti. 2. Metode distribusi, menurut Supandi dan Seba (1985:31) adalah praktek dalam waktu yang pendek dan diselingi waktu yang pendek pula. 3. Metode Padat, menurut Supandi dan Seba (1985:33) adalah praktek suatu keterampilan olahraga yang dipelajari secara berkesinambungan dan konsisten tanpa adanya waktu istirahat. 4. Permainan kasti merupakan salah satu jenis permainan Bola Kecil beregu. Kasti merupakan bentuk permainan tradisional yang mengutamakan beberapa unsur kekompakan, ketangkasan dan kegembiraan. Permainan ini biasa dilakukan dilapangan terbuka. Pada anak-anak usia sekolah dasar, permainan ini bisa melatih kedisiplinan diri serta memupuk rasa kebersamaan dan solidaritas antar teman. Agar dapat bermain kasti dengan baik kita dituntut memiliki beberapa keterampilan yaitu memukul, melempar dan menangkap bola serta kemampuan lari.