SPESIFIKASI PENGUATAN TEBING NO. 11 /S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

TATA CARA MENYUSUN RPL DAN RKL AMDAL JALAN PERKOTAAN NO. 07/T/BNKT/1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG JALAN PADA DAERAH KEREB PERKERAS DAN SAMBUNGAN NO. 006/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

STANDAR SPESIFIKASI KEREB NO. 011/S/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

PETUNJUK LOKASI DAN STANDAR SPESIFIKASI BANGUNAN PENGAMAN TEPI JALAN

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi

DAFTAR ISI. Bekerja untuk menjaga agar jalan kita tetap dalam kondisi yang baik BUKU PANDUAN 2

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

PENDEKATAN BIOTIK DALAM PENGUATAN LERENG

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

BAB IX JALUR TRANSMISI DAN UTILITAS

Perencanaan Geometrik Jalan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

Stabilitas lereng (lanjutan)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

DINDING DINDING BATU BUATAN

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

BAB VII METODE PELAKSANAAN

PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STABILISASI TANAH HIDROLIS

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

PANDUAN SINGKAT STANDAR TEKNIS JALAN DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

Pokok Bahasan Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Tapak. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

Struktur dan Konstruksi II

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Peningkatan arus bongkar muat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

C A C A T DAN KEGAGALAN KONSTRUKSI Ir Sumardjito, MT.

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

BAB 3 METODOLOGI. sehingga akan menghasilkan biaya konstruksi dan perawatan perkerasan lentur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

PERKERASAN LAPISAN JALAN, TEMPAT PARKIR DAN HALAMAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015

Transkripsi:

SPESIFIKASI PENGUATAN TEBING NO. 11 /S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan U.U. no. 13/1980 tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah. Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, maupun Metoda Pengujian, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien, dan seragam. Sambil menunggu terbitnya buku-buku standar dimaksud, buku " Spesifikasi Penguatan Tebing " ini dikeluarkan guna memenuhi kebutuhan intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Menyadari akan belum sempurnanya huku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari. Jakarta, Februari 1992 DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA SUBAGYA SASTROSOEGITO i

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman... i DAFTAR ISI... ii I. DESKRIPSI... 1 1.1. Maksud dan Tujuan... 1 1.2. Ruang Lingkup... 1 1.3. Fungsi... 1 1.4. Pengertian... 1 II. SPESIFIKASI... 4 2.1. Bentuk dan Jenis Lereng... 4 2.1.1. Lereng Tanah... 4 2.1.2. Lereng Material Batuan... 4 2.2. Kriteria... 5 2.3. Metoda Stabilisasi Lereng... 6 2.3.1 Perkuatan Lereng Dengan Bahan Konstruksi... 6 2.3.2 Perkuatan Lereng Dengan Tanaman... 7 2.2.3 Perkuatan Lereng Dengan Material Lain... 15 2.4. Persyaratan..... 16 IV. LAMPIRAN ii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Perkuatan Lereng Blok Beton... L-1 2. Jenis dan Penepatan Perkuatan Lereng Pada Jalan...L-2 3. Perkuatan Lereng Abutmen Dengan Blok Terkunci (Inter Blok) Beton... L-3 4. Detail Konstruksi Perkuatan Lereng... L-4 5. Tampak Atas Blok Beton Tak Bertulang...... L-5 6. Lapisan Beton Bertulang... L-6 7. Perkuatan Lereng Dengan Konstruksi Batu Kali...L-7 8. Potongan Perkuatan Lereng Dengan Konstruksi Batu Kali Pada Jembatan... L-8 9. Perkuatan Lereng Dengan Tanaman... L-9 iii

I. DESKRIPSI. 1.1. Maksud dan Tujuan Buku Spesifikasi ini dimaksudkan untuk dijadikan pegangan bagi Pembina Jalan dalam merencanakan perkuatan lereng timbunan dan galian pada Jalan Perkotaan, dengan tujuan agar dapat dihasilkan jalan yang lebih baik sesuai fungsinya. 1.2. Ruang Lingkup. Spesifikasi ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan : (1) Fungsi perkuatan lereng (2) Jenis perkuatan lereng (3) Material yang digunakan (4) bentuk perkuatan lereng 1.3. Fungsi Perkuatan lereng dengan tanaman mempunyai beberapa fungsi dan manfaat, antara lain: (1) Melindungi lapisan permukaan lereng terhadap pengaruh erosi dan gangguan lain dari luar. (2) Menambah kestabilan lereng. (3) Menambah estetika. (4) Tidak berfungsi sebagai penahan beban. 1.4. Pengertian. 1) Perkuatan Lereng Perkuatan Lereng adalah suatu bentuk bangunan konstruksi non struktrural dan atau tanaman yang digunakan untuk melindungi permukaan lereng galian atau timbunan akibat 1

erosi tanah karena air dan angin. Tetapi, perkuatan lereng tidak difungsikan untuk menahan beban. 2) Pipa Sulingan Air Pipa Sulingan Air adalah suatu bentuk pipa yang terbuat dari bahan PVC, bambu, besi, tanah liat dan lain-lainnya yang dapat digunakan untuk mengalirkan air yang berada di balik konstruksi perkuatan lereng. 3) Peralihan Lereng Peralihan Lereng yaitu suatu bentuk lereng yang terdapat pada kaki dan ujung atas timbunan atau galian yang berfungsi sebagai berikut: (1) Memberikan keselamatan bagi pengemudi yang lepas kontrol ke luar jalan. (2) Memberikan aliran air dan hembusan angin yang lebih baik sehingga akan mengurangi kerusakan perkuatan lereng. 2

4) Sudut Lereng Sudut Lereng yaitu sudut yang dibentuk oleh garis horizontal dengan kemiringan lereng timbunan atau galian dan dinyatakan dalam angka perbandingan, dimana angka pertama menunjukkan skala horizontal dan angka kedua menunjukkan skala vertikal. 5) Terasering Terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertanggatangga yang dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi untuk: (1) Menambah stabilitas lereng (2) Memudahkan dalam perawatan (3) Dapat digunakan untuk landscaping 3

II. SPESIFIKASI 2.1. Bentuk dan Jenis Lereng Lereng yang baik, alami, dan stabil pada galian atau timbunan konstruksi jalan sangat diperlukan di dalam perencanaan jalan di perkotaan. Lereng galian atau timbunan dibuat selandai mungkin dan pada daerah peralihan antara lereng dengan bagian datar dibuat berbentuk lengkung. Kelandaian dari lereng galian dan timbunan dipengaruhi oleh jenis materialnya yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) Material tanah (2) Material batu (3) Material pilihan 2.1.1 Lereng Tanah Jenis tanah sangat mempengaruhi kelandaian dan stabilitas lereng galian dan timbunan. Komposisi tanah yang didominasi oleh lempung (clay) dan lanau (silt) umumnya rawan terjadi erosi, untuk itu disarankan perencanaan lerengnya lebih landai dari 3:1 Tabel 2 di bawah ini dapat dipakai sebagai pedoman perencanaan lereng, dimana angka yang tercantum adalah persyaratan maksimal. 2.1.2 Lereng Material Batuan Perencanaan lereng batuan sangat beragam yang dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan untuk penggaiian dan kekerasan batuannya dalam hal ini umumnya dipakai kelandaian 1 : 2. Apabila dalam pelaksanaan digunakan metoda seperti "pre splitting", maka kelandaian lereng bisa dibuat lebih terjal yaitu antara 1/6 : 1 sampai dengan 1/12 : 1, dengan catatan hanya pada jenis batuan yang keras. 4

Tabel 1. Kelandaian Lereng Yang Disarankan. Tinggi galian/ Kondisi Topografi timbunan Daftar/Rolling Cukup Terjal Terjal Keterangan 0 1.2 1.2 3 3 4.5 6 : 1 4 : 1 4 : 1 4 : 1 2 : 1 2.5 : 1 4 : 1 2 : 1 1.75 : 1* * Tidak berlaku untuk tanah lempung dan lanau 4.5 6 2 : 1 2 : 1 15 : 1* 6 > 2 : 1 1.5-1 1.5 : 1* 2.2. Kriteria Pada material yang sejenis kelandaian lereng timbunan akan lebih rendah dari pada galiannya. Bentuk peralihan lereng di kaki lereng pada material tanah dianjurkan untuk kelandaian lereng 4 : 1 sampai dengan 2 : 1. Fungsi utama dari bentuk peralihan lengkung adalah untuk : (1) Memberikan keselamatan bagi para pengemudi yang lepas kontrol ke luar dari jalur lalu-lintas. (2) Memberikan aliran air dan hembusan angin yang lebih baik sehingga akan menambah kestabilan lereng. Bentuk peralihan bulat berlaku juga pada ujung atas dari galian atau timbunan. Apabila ketinggian timbunan atau galian tidak dapat memberikan jaminan keselamatan bagi pengendara maka sisi jalan harus di pasang rel pengaman(guard rail). Kondisi timbunan atau galian lebih besar 3.5m atau konstruksi galian atau timbunan dibuat dari material yang labil, maka lereng harus dibuat terasering. 5

2.3 Metoda Stabilisasi Lereng Untuk melakukan pekerjaan stabilisasi lereng dapat dipergunakan beberapa jenis material perkuatan lereng seperti : (1) Bahan konstruksi (2) Tanaman / tumbuhan (3) Material lain 2.3.1 Perkuatan Lereng Dengan Bahan Konstruksi Yang dimaksud dengan bahan konstruksi adalah semua material keras dan tidak lapuk oleh pengaruh cuaca serta lingkungan dalam waktu yang lama, antara lain : (1) Beton (blok beton) (2) Batu (batukali, batu marmer) (3) Batu bata Beberapa contoh cara penempatan bahan konstruksi pada perkuatan lereng. 6

2.3.2 Perkuatan Lereng Dengan Tanaman Tanaman (tumbuhan) yang dipergunakan harus mampu menahan erosi pada lereng secara effektif. Tanaman penutup tanah atau tanaman konservasi tanah tersebut dapat berupa 1) Tanaman Rumput Perkuatan lereng dengan tanaman rumput dapat dilakukan pada kemiringan 0 0-60 0. Penanaman rumput ada 2 cara yaitu : a. Penanaman biji atau tunas rumput dianjurkan untuk daerah dengan kemiringan 0 0-30 0 b. Penanaman lempengan/ gebalan rumput a) Penanaman rumput dengan biji atau tunas ("Sprigging") - bersihkan lereng dari rumput-rumput liar dan kotoran kotoran lainnya, kemudian ratakan kembali permukaan lereng; - persiapkan media tanam yaitu dengan mencampur tanah yang banyak mengandung bahan organik ("top soil") dengan pupuk kandang dengan perbandingan pupuk = 1 dan tanah = 2, pupuk : tanah = 1 : 2; - untuk tanah yang berpasir dapat digunakan pupuk buatan (NPK) sebanyak 450-680 kg per hektar dengan perbandingan N : P : K = 4 : 8 : 4 atau 5 : 10 : 5; - ganti tanah yang tidak memenuhi syarat("subsoil") dengan tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) di sekitar daerah penanaman; - buat lubang berselang-seling, untuk menghindari erosi yang terjadi pada lereng tersebut, khususnya sebelum rumput tumbuh menutupi permukaan seluruh permukaan tanah; 7

- buat lubang dengan kedalaman 7 cm, dengan jarak antar lubang 15 cm; - potong tunas rumput setinggi 5 cm dan tanam biji atau tunas ke dalam lubang. 8

b) Penanaman Lempengan Rumput(Gebalan Rumput/ "Sodding") - siapkan lempengan rumput dengan ukuran 25 cm x 25cm; - buat lubang dengan ukuran 25 cm x 25 cm dengan kedalaman 20 cm; - buat jarak antar lubang 45 cm, bila akan dilakukan penanaman dengan cara lempengan berjarak dan bila akan dilakukan penanaman dengan cara lempengan menyeluruh, jarak antar lubang 30 cm;. - isi lubang dengan media tanam dengan komposisi yang sama dengan media untuk rumput dengan biji/tunas, setinggi 8 cm, kemudian tanam lempengan rumput; - pasang pasak bambu dengan diameter 1 cm, panjang 30 cm, pada ke empat sudut lempengan untuk menghindari jatuhnya lempengan rumput tersebut selama perakaran belum kuat. 2) 9

2) Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah dapat dilakukan dengan memperhatikan pola bertanam sebagai berikut : - tanah dibersihkan dari segala kotoran dan telah digemburkan. - media tanam telah disesuaikan dengan perbandingan top soil dan pupuk 2 : 1. - menentuan titik tanam. a. Dengan pola penanaman rapat. Titik tanam dibuat bersilang untuk tanaman dengan pertumbuhan tidak cepat. Contoh : Althernantera amoena Krokot 10

b. Dengan pola penanaman berbaris. Titik tanam dibuat berjajar untuk tanaman untuk tanaman dengan pertumbuhan cepat. Contoh : Widelia trilobata - Widelia /Seruni Calopogonium mucunoides - Kacang-kacangan - ukuran lubang tanaman 11

3) Tanaman Berakar Serabut Tanaman ini dapat ditanam pada tebing dengan pembuatan teras agar memperkuat tebing dan memberi kesan estetika. Pembuatan teras dapat dilakukan sesuai dengan tanaman yang akan ditanam. 12

Tanaman berakar serabut ini dapat ditanam sebagai tanaman pada tebing dengan perlakuan sebagai berikut : - permukaan tanah yang ditanami harus dalam keadaan bersih dan gembur. Ketebalan lapisan olah cukup untuk perakarannya. - dibuat guludan yang mendatar untuk penahan longsor tanah. Pada tanah guludan digunakan "top soil". - lebar dan dalam lubang (a) max selebar tajuk optimum tanaman. - perakaran sebaiknya tidak melebihi batas kemiringan tanah asal. - pada lubang tanaman dimasukkan campuran "top soil" dan pupuk yaitu dengan perbandingan 2 : 1. - setelah ditimbun tanah dipadatkan. 13

4) Tanaman Berakar Dalam dan Panjang Tanaman berakar dalam dan panjang membutuhkan pembuatan teras (sengkedan) terlebih dahulu yang disesuaikan dengan kemiringan tanah. Contoh jenis tanaman yang dapat dipergunakan : - Calliandra sp - Caliandra - Cassia siamea - Johar - Sesbania grandiflora - Kemlandingan a. Kemiringan 3% - 10%. Pada kemiringan ini dibuat teras kridit. Pembuatan teras ini dimulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi. Jarak antar jalur 5-12 m. Kemudian dibuat guludan dengan ukuran dalam lebih kurang 30 cm dan lebar 20 cm. b. Kemiringan 10% - 50%. Pada kemiringan ini dibuat teras pematang/guludan. Jarak antara guludan 2-3 m. 14

c. Cara lain membuat teras untuk tanaman berakar dalam dan panjang, dengan kelandaian 1 : 1,5 jarak teras 1,5 m menggunakan penahan teras dari pasangan batu. 2.3.3 Perkuatan Lereng Dengan Material Lain Yang dimaksud dengan material lain adalah dengan mulsa (Mulch), yaitu menutupi permukaan tanah dengan serasah yang berkemampuan menahan erosi. - Menutupl permukaan tanah dengan menaburi atau menghamparkan serpihan kayu atau gabus dengan penggarukan menyilang pada permukaan lereng terlebih dahulu. 15

2.4 Persyaratan Persyaratan untuk penggunaan tanaman/tumbuhan sebagai perkuatan lereng harus memehuhi ketentuan sebagai berikut : (1) Lokasi yang cukup sinar matahari (2) Kelandaian lereng yang memenuhi syarat (3) Perawatan yang memadai (4) Jenis tanah 16

L A M P I R A N

PERKUATAN LERENG BLOK BETON PERKUATAN LERENG DENGAN RIPRAP (PASANGAN BATU KOSONG)

JENIS DAN PENEMPATAN PERKUATAN LERENG PADA JALAN

PERKUATAN LERENG ABUTMEN DENGAN BLOK TERKUNCI (INTER BLOCK) BETON

UNTUK TIMBUNAN PASANGAN BATU KALI UNTUK GALIAN DETAIL KONSTRUKSI PERKUATAN LERENG

TAM PA K ATAS BLOK BETON TAK BERTULANG L 5

PLAN STRAIGHT BRIDGE LAPISAN BETON BERTULANG L 6

L 6 PERKUATAN LERENG DENGAN KONSTRUKSI BATU KALI L 7

L - 7 PERKUATAN LERENG DENGAN KONSTRUKSI BATU KALI PADA JEMBATAN L 8

PERKUATAN LERENG DENGAN TANAMAN

DAFTAR BUKU STANDAR DIREKTORAT PEMBINAAN ALAN KOTA NO JUDUL BUKU NO.REGISTRASI 1. Produk Standar Untuk Jalan Perkotaan Februarl 1987 2. Peta Klasifikasi Fungsi Jalan Seluruh Indonesia (Tentative) Desember 1991 3. Panduan Survai dan Perhitungan Waktu 01/T/BNKT/1990 Perjalanan Lalu lintas Panduan Survai Wawancara Rumah 4. 02/T/BNKT/1990 5. Petunjuk Perambuan Sementara Selama 03/T/BNKT/1990 6. Pelaksanaan Pekerjaan Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan 04/T/BNKT/1990 7. Petunjuk Pelaksaan Pemasangan Utilitas 06/T/BNKT/1990 8. Petunjuk Pelaksanaan Pelapisan Ulang 06/T/BNKT/1990 9. Jalan Pada Daerah Kereb Perkerasan dan Sambungan Petunjuk Perencanaan Trotoar 07/T/BNKT/1990 10. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan 08/T/BNKT/1990 11. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku 09/T/BNKT/1990 12. (Baton Semen) Panduan Penentuan Klasifikasi Fungal Jalan di Wilayah Perkotaan 10/T/BNKT/1990 13. Standar Spesifikasi Kereb 11/S/BNKT/1990 14. Petunjuk Perencanaan Marka Jalan 12/S/BNKT/1990 15. Petunjuk Lokasl dan Standar Spesifikasl 13/S/BNKT/1990 Bangunan Pengaman Tepl Jalan 16. Tata Cara Perencanaan Pemlsah 014/T/BNKT/1990 17. Tata Cara Perencanaan Pemberhentian Bus 015/T/BNKT/1990 18. Tata Cara Pelaksananan Surval 016/T/BNKT/1990 19. 20. Inventarisasi Jalan dan Jembatan Kota Tata Cara Peleksanaan Survai Penghltungan Lalu - lintas Cara Manual Tata Cara Penyusunan Program Pemellharaan Jalan Kota 017/T/BNKT/1990 018/T/BNKT/1990

21. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan 22. Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan 001/T/BNKT/1991 002/T/BNKT/1991 23. Standar Perencanaan Geometrlk Untuk Jalan Perkotaan 24. Tata Cara Survai Pendahuluan Jembatan dl Daerah Perkotaan 003/T/BNKT/1991 004/T/BNKT/1991 25. Tata Cara Survai Kondisl Jalan Kota 005/T/BNKT/1991 26. Tata Cara Penomoran Ruae dan Simpul Jalan Kota 27. Tata Cara Menyusun RPL dan RKL AMDAL Jalan Perkotaan 008/T/BNKT/1991 007/T/BNKT/1991 28. Tata Cara Perencanaan Lansekap Jalan 008/T/BNKT/1991 29. Spesitikasi Tanaman Lasekap Jalan 009/T/BNKT/1991 30. Tata Cara Pemellharaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 010/T/BNKT/1991 31. Spesifikasi Penguatan Tebing 011/T/BNKT11991 32. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan 012/T/BNKT/1991 33. Standar Specification For Geometric Design Of Urban Roads Maret 1992