No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun mencapai 5,21 persen dibanding triwulan I tahun (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 mengalami pertumbuhan 7,06 persen (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I tahun dibandingkan dengan semester I tahun 2010 mencapai sebesar 5,85 persen. Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun mencapai Rp 7.663,55 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama adalah Rp 3.271,31 milyar. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan (q-to-q) tertinggi pada triwulan II adalah sektor Bangunan/Konstruksi 12,23 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,08 persen, serta sektor Pertambangan dan Penggalian 6,50 persen. Sementara itu tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi untuk pertumbuhan (y-on-y) adalah sektor Jasa-Jasa sebesar 15,37 persen, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 13,10 persen, dan sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 12,36 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan II tahun dibandingkan dengan triwulan I tahun meningkat sebesar 2,49 persen. Pada triwulan yang sama pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat 13,25 persen, pembentukan modal tetap bruto 9,96 persen, ekspor barang-jasa 8,32 persen, dan impor barang-jasa 17,71 persen. Dibandingkan dengan triwulan II tahun 2010 pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 5,34 persen, konsumsi pemerintah 12,16 persen, pembentukan modal tetap bruto 6,93 persen, ekspor barang-jasa 0,59 persen, dan impor barang-jasa 6,25 persen. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 1
I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II TAHUN 2010 Kinerja perekonomian NTT yang digambarkan oleh perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan II tahun meningkat sebesar 5,21 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi. Sektor pertanian pada triwulan II tahun mengalami pertumbuhan sebesar 2,48 persen, setelah mengalami penurunan sebesar -0,67 persen pada triwulan I tahun. Pertumbuhan sektor pertanian Provinsi NTT triwulan II utamanya didorong oleh subsektor perikanan sebesar 5,53 persen, dan subsektor tanaman perkebunan tumbuh sebesar 3,83 persen. Sementara subsektor peternakan tumbuh sebesar 3,23 persen; subsektor kehutanan tumbuh sebesar 5,48 persen dan subsektor tanaman bahan makanan hanya tumbuh sebesar 1,26 persen. Pada triwulan II tahun semua sektor mengalami pertumbuhan; Sektor pertambangan-penggalian pada triwulan II tahun tumbuh sebesar 6,50 persen, sementara sektor industri pengolahan tumbuh 4,82 persen. Selanjutnya sektor listrik dan air bersih tumbuh 4,15 persen. Sektor konstruksi mengalami pertumbuhan 12,23 persen, sektor perdagangan-hotelrestoran mengalami pertumbuhan 8,08 persen, sektor pengangkutan-komunikasi 4,02 persen, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan 6,34 persen, serta sektor jasa-jasa 5,84 persen. TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I Triw II Triw I Triw II Semester I LAPANGAN USAHA Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Triw IV 2010 Triw I Triw I 2010 Triw II 2010 Semester I 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian -0,67 2,48-1,47-1,02-1,24 2. Pertambangan dan Penggalian -10,66 6,50 6,08 4,87 5,46 3. Industri Pengolahan -7,14 4,82 1,74 1,25 1,49 4. Listrik dan Air Bersih -6,35 4,15 13,65 12,36 12,99 5. Konstruksi -11,10 12,23 4,10 11,17 7,72 6. Perdagangan, Hotel,dan Restoran -6,53 8,08 8,34 13,10 10,76 7. Pengangkutan dan Komunikasi -5,95 4,02 8,00 6,78 7,37 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan -12,30 6,34 10,22 9,71 9,96 9. Jasa-jasa -11,09 5,84 10,34 15,37 12,87 PDRB -6,20 5,21 4,60 7,06 5,85 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/05/53/TH.XIV, 5 MEI Hal. 2
PDRB NTT pada triwulan II tahun bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2010 dapat mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi faktor musim (y-on-y). Secara total PDRB NTT meningkat sebesar 7,06 persen. Sektor pertanian mengalami penurunan sebesar -1,02 persen, sedangkan sektor lain mengalami pertumbuhan masing-masing : sektor pertambangan dan penggalian 4,87 persen, sektor industri pengolahan 1,25 persen, sektor listrik dan air bersih 12,36 persen, sektor bangunan/konstruksi 11,17 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 13,10 persen, sektor pengangkutan-komunikasi 6,78 persen, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan 9,71 persen, serta sektor jasa-jasa 15,37 persen. Selanjutnya PDRB NTT semester I tahun dibandingkan dengan semester I tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 5,85 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan di sektor pertambangan dan penggalian 5,46 persen; sektor industri pengolahan 1,49 persen, sektor listrik dan air bersih 12,99 persen, bangunan/konstruksi 7,72 persen, perdagangan-hotel-restoran 10,76 persen, pengangkutan-komunikasi 7,37 persen, keuangan 9,96 persen dan jasa-jasa 12,87 persen. II. BESARAN PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TRIWULAN I DAN II TAHUN Pada triwulan I tahun PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp.7.194,53 milyar, kemudian pada triwulan II tahun mencapai Rp 7.663,55 milyar. Sementara itu, atas dasar harga konstan 2000, PDRB triwulan I tahun mencapai Rp 3.109,20 milyar dan triwulan II tahun adalah Rp 3.271.31 milyar. TABEL 2 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 2000 (Milyar Rupiah) Harga Berlaku Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA Triw II Triw I Triw I Triw II (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 2.771,60 2.876,23 1.164,41 1.193,27 2. Pertambangan dan Penggalian 91,35 98,63 38,71 41,22 3. Industri Pengolahan 108,13 114,58 44,20 46,33 4. Listrik dan Air Bersih 31,26 32,83 13,71 14,28 5. Konstruksi 481,99 544,78 185,39 208,08 6. Perdagangan, Hotel,dan Restoran 1.217,14 1.332,52 533,19 576,27 7. Pengangkutan dan Komunikasi 413,24 432,37 234,06 243,48 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 291,06 313,12 115,49 122,82 9. Jasa-jasa 1.788,75 1.918,48 780,01 825,55 PDRB 7.194,53 7.663,55 3.109,20 3.271,31 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 3
Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan perubahan nilai tambah bruto terbesar pada triwulan II tahun adalah jasa-jasa sebesar Rp 129,73 milyar, sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar Rp. 115,38 milyar dan sektor pertanian sebesar Rp 104,630 milyar. Urutan berikutnya adalah sektor bangunan/kosntruksi sebesar Rp 62,78 milyar, sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan Rp 22,05 milyar, sektor pengangkutankomunikasi sebesar Rp 19,14 milyar, sektor penggalian sebesar Rp 7,29 milyar, sektor industri pengolahan sebesar Rp. 6,45 milyar, dan terakhir paling kecil sektor listrik dan air bersih sebesar Rp 1,58 milyar. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 juga memberikan pola perubahan nilai tambah yang berbeda untuk tiga sektor terbesar, yaitu sektor jasa-jasa Rp.45,54 milyar; sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp 43,08 milyar; sektor pertanian Rp 28,85 milyar. Sedangkan enam sektor lainnya mengalami sedikit pergeseran yaitu sektor bangunan/konstruksi Rp.22,68 milyar; sektor pengangkutan dan komunikasi Rp 9,41 milyar; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Rp 7,33 milyar; pertambangan dan penggalian Rp. 2,51 milyar; Industri pengolahan Rp. 2,13 milyar; dan sektor listrik gas dan air bersih sebesar Rp 0,57 milyar. III. STRUKTUR PDRB MENURUT SEKTOR EKONOMI/LAPANGAN USAHA TRIWULAN II TAHUN 2010 Lebih dari tiga perempat bagian PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun berasal dari tiga sektor terbesar yaitu sektor pertanian, jasa-jasa, dan sektor perdagangan. Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi 37,53 persen, 34,43 persen, dan 17,39 persen terhadap PDRB. Peranan sektor pertanian pada PDRB harga berlaku triwulan II tahun mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010, sedangkan sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan mengalami sedikit peningkatan. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/05/53/TH.XIV, 5 MEI Hal. 4
TABEL 3 STRUKTUR PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I DAN II TAHUN 2010- (Persentase) 2010 LAPANGAN USAHA Triw I Triw II Triw I Triw II (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 37,53 40,33 38,52 37,53 2. Pertambangan dan Penggalian 1,29 1,31 1,27 1,29 3. Industri Pengolahan 1,50 1,59 1,50 0,86 4. Listrik dan Air Bersih 0,43 0,41 0,43 0,43 5. Konstruksi 7,11 6,87 6,70 7,11 6. Perdagangan, Hotel,dan Restoran 17,39 16,52 16,92 17,39 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,64 5,83 5,74 5,64 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 4,09 3,96 4,05 2,54 9. Jasa-jasa 25,03 23,18 24,86 34,43 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 IV. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN II TAHUN Ditinjau dari sisi penggunaan atau permintaan, PDRB NTT dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga nir laba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto atau investasi, dan ekspor - impor. Pengeluaran konsumsi rumah tangga secara riil (atas dasar konstan 2000) meningkat sebesar 2,49 persen pada triwulan II tahun dibandingkan dengan triwulan I tahun. Peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga tersebut terjadi pada komoditas makanan sebesar 2,40 persen dan komoditas non makanan sebesar 2,81 persen. Demikian juga pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku naik dari Rp 5.263,29 milyar pada triwulan I tahun menjadi Rp 5.537,34 milyar pada triwulan II tahun. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 5
TABEL 4 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT PENGGUNAAN (Persentase) Jenis Penggunaan Triw I Terhadap IV 2010 Triw II Terhadap I Triw II Terhadap II 2010 (1) (2) (3) (4) 01. Konsumsi Rumah tangga -5,96 2,49 5,34 02. Konsumsi Lembaga Nir Laba -9,79 6,22 5,06 03. Konsumsi Pemerintah -18,10 13,25 12,16 04. PMTB -10,16 9,96 6,93 05. Ekspor Barang & Jasa -19,78 8,32 0,59 06. Dikurangi Impor Barang & Jasa -21,86 17,71 6,25 07. Perubahan Stok -42,27 140,76 30,80 PDRB -6,20 5,21 7,06 Pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan II tahun mengalami peningkatan paling tinggi dibandingkan triwulan I tahun, terutama disebabkan oleh kenaikan belanja barang pemerintah. Pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II tahun naik sebesar 13,25 persen dari Rp. 612,50 milyar pada triwulan I menjadi Rp.693,64 milyar. Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku naik dari Rp 1.539,53 milyar pada triwulan I tahun menjadi Rp 1.764,66 milyar pada triwulan II tahun atau naik sebesar 14,62 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II tahun juga mengalami peningkatan sebesar 9,96 persen bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2010. Peningkatan PMTB atas dasar harga konstan 2000 tersebut terutama terjadi pada barang modal berupa bangunan dan alat angkutan. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp 1.090,77 milyar pada triwulan I tahun menjadi Rp 1.215,02 milyar pada triwulan II tahun atau naik sebesar 11,39 persen. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/05/53/TH.XIV, 5 MEI Hal. 6
TABEL 5 PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN I DAN TRIWULAN II TAHUN (Milyar Rupiah) Harga Berlaku Harga Konstan Jenis Penggunaan Triw I Triw II Triw I Triw II (1) (2) (3) (4) (5) 01. Konsumsi Rumah tangga 5.263,29 5.537,34 2.640,14 2.705,90 02. Konsumsi Lembaga Nir Laba 268,39 288,99 129,12 137,15 03. Konsumsi Pemerintah 1.539,53 1.764,66 612,50 693,64 04. PMTB 1.090,77 1.215,02 408,55 449,23 05. Ekspor Barang & Jasa 1.229,76 1.352,43 819,94 888,15 06. Dikurangi Impor Barang & Jasa 2.511,88 3.047,15 1.634,47 1.923,96 07. Perubahan Stok 314,68 552,27 133,41 321,20 PDRB 7.194,53 7.663,55 3.109,20 3.271,31 Nilai ekspor atas dasar harga konstan pada triwulan II tahun sedikit mengalami peningkatan sebesar 8,32 persen dibandingkan triwulan I tahun yang minus 19,78 persen. Nilai ekspor atas dasar harga berlaku naik dari Rp 1.229,76 milyar pada triwulan I tahun menjadi Rp 1.352,43 milyar pada triwulan II tahun, atau naik sebesar 9,98 persen. Peningkatan ekspor tersebut terjadi baik pada komoditas barang maupun jasa. Nilai impor NTT atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan sebesar 17,71 persen, dari Rp 1.634,47 milyar pada triwulan I tahun menjadi Rp 1.923,96 milyar pada triwulan II tahun. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010, nilai impor atas dasar harga konstan 2000 triwulan II tahun naik sebesar 6,25 persen. Nilai impor NTT atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp 2.511,88 milyar pada triwulan I tahun menjadi Rp 3.047,15 milyar pada triwulan II tahun, atau naik sebesar 21,31 persen. Dari distribusi komponen Penggunaan PDRB Nilai NTT atas dasar harga berlaku masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga dimana pada triwulan I mencapai 73,16 persen kemudian pada triwulan II hanya sebesar 72,26 persen. Urutan komponen penggunaan selanjutnya adalah konsumsi pemerintah dimana pada triwulan I sebesar 21,40 persen, berubah menjadi 23,03 persen pada triwulan II. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 7
TABEL 6. DISTRIBUSI KOMPONEN-KOMPONEN PDRB PENGGUNAAN TRIWULAN I - II TAHUN (Persentase) Harga Berlaku Harga Konstan Jenis Penggunaan Triw I Triw II Triw I Triw II (1) (2) (3) (4) (5) 01. Konsumsi Rumah tangga 73,16 72,26 84,91 82,72 02. Konsumsi Lembaga Nir Laba 3,73 3,77 4,15 4,19 03. Konsumsi Pemerintah 21,40 23,03 19,70 21,20 04. PMTB 15,16 15,85 13,14 13,73 05. Ekspor Barang & Jasa 17,09 17,65 26,37 27,15 06. Dikurangi Impor Barang & Jasa 34,91 39,76 52,57 58,81 07. Perubahan Stok 4,37 7,21 4,29 9,82 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/05/53/TH.XIV, 5 MEI Hal. 8
A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Nilai indeks ini dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Di NTT pelaksanaan STK baru dimulai pada Triwulan I-, responden STK merupakan sub-sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu. B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan II- Indeks Tendensi Konsumen (ITK) NTT pada Triwulan II- sebesar 103,55, artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dari triwulan sebelumnya. Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen terutama didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 105,95). Perbaikan kondisi ekonomi konsumen terjadi di semua provinsi di Indonesia. Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Selatan (nilai ITK sebesar 114,57) sedang provinsi yang memiliki nilai ITK terendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 103,55). Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan di NTT sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai indeks sebesar 98,92), sehingga berdampak pada meningkatnya konsumsi baik makanan maupun non makanan (nilai indeks sebesar 103,16). C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan III- Nilai ITK NTT pada Triwulan III- diperkirakan sebesar 105,83, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan Triwulan II- (nilai ITK sebesar 103,55). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III- didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 102,05) dan rencana pembelian barang tahan lama konsumen akan meningkat (nilai indeks sebesar 113,67). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 9
1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II- Nilai ITK di NTT pada Triwulan II- sebesar 103,55, artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai ITK ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai ITK Nasional yang mencapai 106,36. Faktor pendorong utama penyebab meningkatnya kondisi ekonomi konsumen di NTT adalah meningkatnya pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 105,95) juga relatif rendah jika dibandingkan dengan nasional yang mencapai 109,19. Tingkat inflasi yang relatif kecil selama bulan April-Juni pengaruhnya terhadap konsumsi makanan sehari-hari relatif rendah dibandingkan triwulan I- (nilai indeks 98,92), kondisi ini berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga baik makanan maupun non makanan dengan nilai indeks sebesar 103,16. Tabel 7 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I- dan Triwulan II- Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk ITK Triwulan I- ITK Triwulan II- (1) (2) (3) Pendapatan rumah tangga 103,98 105,95 Kaitan inflasi dengan konsumsi makanan seharihari Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll.) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, rekreasi) 93,56 98,92 96,45 103,16 Indeks Tendensi Konsumen 99,70 103,55 Kondisi perekonomian di semua wilayah Indonesia pada triwulan II-mengalami perbaikan. Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah provinsi Sulawesi Selatan (nilai ITK sebesar 114,57), diikuti Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 110,07) dan DKI (nilai ITK sebesar 109,90). Sebaliknya, 3 (tiga) provinsi yang memiliki ITK terendah masing-masing adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 103,55), diikuti Maluku (nilai ITK sebesar 104,10) dan Nusa Tenggara Barat (nilai ITK sebesar 104,15). Perbandingan nilai ITK Triwulan II- tingkat nasional dan provinsi seperti dapat dilihat pada Gambar 1. BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/05/53/TH.XIV, 5 MEI Hal. 10
Gambar 1 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II- Tingkat Nasional dan Provinsi 120.00 115.00 110.00 105.00 100.00 95.00 90.00 Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri DKI Jabar Jateng DIY Jatim Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Barat Nasional Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III- Nilai ITK NTT pada Triwulan III- diperkirakan sebesar 105,83, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan Triwulan II- (nilai ITK sebesar 103,55). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III- juga didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 102,05) dan rencana pembelian barang tahan lama (nilai indeks sebesar 113,67). Tabel 8 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III- Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk ITK Triwulan III- (1) (2) Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 102,05 Rencana pembelian barang-barang tahan lama (TV, VCD/DVD player, Radio, Tape/Compo, komputer, HP, mebelair, kompor/tabung gas, kulkas, mesin cuci, 113,67 oven/microwave, AC, perhiasan berharga, kendaraan bermotor) Indeks Tendensi Konsumen 105,83 Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, kondisi ini antara lain disebabkan oleh penerimaan gaji ke 13 dan tunjangan hari raya. 3 (tiga) provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Selatan (nilai ITK sebesar 117,88), Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 113,93) dan Bali (nilai ITK sebesar 112,56), sedang provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK terendah adalah provinsi NTT (nilai ITK sebesar 105,83), diikuti Maluku (nilai ITK sebesar 106,84) dan NTB (nilai ITK sebesar BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 11
106,50). Perbandingan perkiraan nilai ITK Triwulan III- tingkat nasional dan provinsi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III- Tingkat Nasional dan Provinsi 120.00 115.00 110.00 105.00 100.00 95.00 90.00 Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri DKI Jabar Jateng DIY Jatim Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Barat Nasional Hal. 12
Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Poltak Sutrisno Siahaan Kepala BPS Nusa Tenggara Timur Telp (0380) 826289,821755, e-mail : bps5300@bps.go.id neraca.bps.ntt@gmail.com BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS Hal. 13