BAB IV ANALISIS H}URRIYYAT AL-TA A>QUD TERHADAP KONTRAK BAKU SYARI AH PADA KLAUSULA EKSEMSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA PENGOVERAN BUKTI FISIK TRANSAKSI MURA>BAH{AH DI BPRS JABAL NUR SURABAYA

PENERAPAN KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) 1 Oleh: Sartika Anggriani Djaman 2

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama

Contoh akta Perbankan Syariah dalam bentuk akta Notaris, antara lain :

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

Kontrak Tersamar, Unconscionability dan Doktrin Undue Influence

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang menghimpun

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I Latar Belakang Pemilihan Kasus. berdasarkan sistem syariah (hukum islam) 2. Usaha pembentukan sistem ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

SYARAT DAN KETENTUAN

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis media di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini karena

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

AKAD PEMBIAYAAN JUAL-BELI PPUM Investasi DAN PENGAKUAN HUTANG Nomor : AKAD/005/7104/PPUM-INV/03-17/03-20

BAB III KONTRAK BAKU DI BANK BRI SYARI AH KCP GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. nasabah dan sering juga masyarakat menggunakannya, dengan alasan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

KEDUDUKAN NASABAH DALAM PERJANJIAN BAKU YANG DILAKUKAN OLEH BANK 1 Oleh: Pricylia A. Korah 2

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. (usaha) adalah membuat beraneka ragam perjanjian (kontrak). Untuk itulah, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mura>bah}ah merupakan produk finansial yang berbasis ba i atau jual beli.

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal dalam suatu kegiatan usaha memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar berlakunya perjanjian sewa beli adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016. KEKUATAN MENGIKAT STANDAR KONTRAK DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA 1 Oleh : Diovanny Wagey 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya

BAB III TINJAUAN TEORITIS. sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

Bab IV PEMBAHASAN. A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Penyimpanan Barang di SDB pada

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah berdirinya Bank Syari ah Indonesia. Bank syari ah diminati karena bank

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BAKU PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

Caroline Mesalina. DO NOT COPY

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB II RUANG LINGKUP LARANGAN PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN YANG DIATUR DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK OPER SEWA RUMAH KONTRAKAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS H}URRIYYAT AL-TA A>QUD TERHADAP KONTRAK BAKU SYARI AH PADA KLAUSULA EKSEMSI A. Analisis Penerapan Kontrak Baku Syari ah di Bank BRI Syari ah KCP Gresik Kontrak baku merupakan sesuatu yang tidak asing dalam segala aktivitas perekonomian. Kontrak baku di perbankan syari ah khususnya di BRI Syari ah KCP Gresik telah digunakan dalam setiap aplikasi produknya. Berdasarkan hal ini, maka keberadaan kontrak baku memang dibutuhkan karena efisiensi waktu, tenaga serta biaya dalam setiap pembuatan kontrak atau akad. Sebagaimana yang dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa yang dimaksud kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam sebuah kontrak, bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya. 1 Kontrak baku atau perjanjian baku pada hakikatnya adalah perjanjian yang telah distandardisasi isinya oleh pihak ekonomi kuat 1 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), 76. 64

65 sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. 2 Dalam proses pembuatan kontrak baku, di sinilah terdapat banyak kemungkinan pelaku usaha untuk memasukkan ketentuan yang bisa memberatkan pihak debitur atau dalam hal ini nasabah dalam rangka agar bank memperoleh keuntungan. Klausula eksemsi adalah suatu klausula dalam kontrak yang membebaskan atau membatasi tanggung jawab dari salah satu pihak jika terjadi wanprestasi, padahal menurut hukum, tanggung jawab tersebut mestinya dibebankan kepadanya. 3 Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, pertama pada pasal 2 syarat realisasi akad mura>bah}ah emas (Kepemilikan Logam Mulia) tercantum klausula Tidak terdapat hal-hal yang menyebabkan bank tidak dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban dan/atau hakhaknya berdasarkan akad baik karena adanya perubahan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku maupun karena sebab-sebab lain. Pada pasal tersebut menunjukkan bahwa bank melepaskan tanggung jawabnya apabila terdapat perubahan peraturan yang datang dikemudian hari, berdasar wawancara yang penulis lakukan, peraturan yang datang di kemudian hari seperti naiknya margin yang ditentukan oleh kantor pusat. Dalam hal ini bank tidak akan melakukan perundingan 2 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), 107. 3 Munir Fuady, Hukum Kontrak Teori..., 98.

66 lagi dengan nasabah, dan tidak memberitahukan tentang kenaikannya secara langsung namun bank akan langsung mendebet angsuran sejumlah hutang dan margin dari rekening nasabah tanpa menginformasikan kepada nasabah terlebih dahulu. 4 Selain itu dari pasal 2 ini bank melindungi dirinya atas apa yang dicantumkan pada pasal 12 yang menerangkan bahwa bank tidak berkewajiban dan tidak bertanggung jawab atas resiko pengadaan barang. Pasal 2 ini melindungi bank apabila terdapat protes dari nasabah akan pasal 12. Dari pasal 2 dan 12 ini sengaja dicantumkan agar bank mendapatkan keuntungan. Sehingga nasabah tidak bisa melakukan protes atas keharusan dirinya menanggung segala resiko dalam hal pengadaan barang. Padahal berdasarkan kontrak seharusnya yang melakukan pengadaan barang adalah pihak bank. Kedua, pada pasal 10 tentang pernyataan dan jaminan nasabah butir ke enam menyatakan bahwa Dalam hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan yang disepakati pada Akad dan Syartum ini, nasabah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membebaskan bank dari segala tuntutan atau gugatan yang datang dari pihak mana pun dan/atau atas alasan apa pun. 5 Dari pasal ini jelas bahwa bank telah membebaskan dirinya dari segala perihal yang akan terjadi baik itu dari wanprestasi nasabah maupun kesalahan yang dilakukan oleh bank. 6 4 Didin Adi Nurdini, Wawancara, Kantor BRI Syari ah KCP Gresik, 10 Nopember 2014. 5 Aplikasi akad KLM (Kepemilikan Logam Mulia) mura>bah}ah emas BRI Syari ah KCP Gresik. 6 Didin Adi Nurdini, Wawancara, Kantor BRI Syari ah KCP Gresik, 10 Nopember 2014.

67 Ketiga, pada pasal 12 tentang resiko-resiko disebutkan bahwa Nasabah bertanggung jawab untuk memeriksa dan meneliti kondisi barang yang dibeli dari pemasok, termasuk terhadap sahnya dokumendokumen atau surat-surat bukti kepemilikan barang. Bank tidak berkewajiban memeriksa kondisi barang dan tidak bertanggung jawab atas cacat tersembunyi atas barang serta tidak bertangung jawab atas ketidakabsahan dokumen kepemilikan barang. Berdasarkan pasal 12 ini penulis menemukan 2 kejanggalan yang pertama yakni, dari pasal 12 tersebut harusnya akadnya adalah mura>bah}ah bil waka>lah namun yang tertera dalam kontrak adalah akad mura>bah}ah saja. Jika dilihat secara teori jelas-jelas bahwa bank telah melakukan kesalahan, seharusnya jika bank menggunakan akad mura>bah}ah maka bank bertanggung jawab atas segala resiko dari pengadaan barang karena bank yang melakukan pengadaan barang. Namun dari pasal 12 ini pihak bank telah melakukan pelimpahan tanggung jawabnya kepada nasabah. Padahal sesungguhnya pada prakteknya adalah pihak nasabahlah yang diperintah bank untuk mewakilinya dalam hal pengadaan barang (emas) meskipun dalam kontrak akadnya tertera akad mura>bah}ah. Hal ini menunjukkan sudah tidak ada kekonsekuenan Bank BRI Syari ah KCP Gresik dengan akad yang diharuskan oleh kantor pusat Bank BRI Syari ah yang berada di Surabaya. Karena akad yang ditentukan oleh kantor pusat Bank BRI Syari ah Surabaya untuk akad KLM (Kepemilikan Logam Mulia) adalah akad mura>bah}ah bil waka>lah.

68 Yang kedua yakni pasal 12 ini merupakan jenis klausula eksemsi yang memberatkan salah satu pihak karena dalam pasal ini terdapat pelimpahan tanggung jawab kepada salah satu pihak yaitu debitur atas resiko dalam pelaksanaan kontrak, sebagaimana yang telah diterangkan pada pembahasan bab II mengenai klausula eksemsi. Karena sebenarnya kontrak yang dilakukan oleh nasabah dengan pihak ketiga terjadi untuk kepentingan bank (sebagai pemberi kuasa/as}il). Inti pengertian perwakilan adalah bahwa seseorang bertindak hukum untuk orang lain. Meskipun kontrak dibuat oleh penerima kuasa atau wakil, maka perjanjian itu adalah perjanjian antara as}il (prinsipal), bukan antara wakil dengan pihak ketiga yang menjadi mitra janji. As}il (prinsipal) lah yang mendapatkan keuntungan dari kontrak tersebut dan yang bertanggung jawab atas kontrak tersebut. 7 Seharusnya sebagai bank yang mengedepankan prinsip-prinsip shari> ah yang transparan dan mengedepankan syarat-syarat atau batasanbatasan dalam kebebasan berkontrak (h}urriyyat al-ta a>qud) tidak melakukan hal-hal yang dilarang shari> ah. Sebagaimana pada pasal 12 akad pembiayaan KLM (Kepemilikan Logam Mulia), syarat tersebut dapat menz}alimi pihak nasabah. Padahal dalam perjanjian Islam mengatakan bahwa sebuah perjanjian sah jika tidak terdapat hal-hal yang dilarang oleh shari> ah. Dan z}ulm adalah syarat yang dihindari oleh shari> ah. 7 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 298.

69 B. Analisis H}urriyyat al-ta a>qud terhadap Kontrak Baku Syari ah pada Klausula Eksemsi di Bank BRI Syari ah KCP Gresik Akad dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah perjanjian atau kontrak. Dalam melakukan kontrak kerjasama di setiap akad atau produk yang ada di BRI Syari ah KCP Gresik dilakukan tanpa adanya negosiasi. Semua perihal atau ketentuan tentang syarat-syarat, margin, jangka waktu, plafond pembiayaan, dan lain-lain sudah ditentukan oleh bank. 8 Pembuatan kontrak yang dilakukan secara sepihak ini memberikan kesempatan kepada bank untuk memasukkan syarat pembebasan dirinya terhadap segala resiko yang seharusnya ditanggung oleh bank karena dalam pembuatan kontrak saat itu posisi bank lebih kuat dari pada nasabah debitur. Tidak adanya kesempatan negosiasi menjadikan pihak nasabah tidak bisa mencantumkan syarat apapun dalam kontrak. Tidak adanya proses negosiasi pun juga membuat nasabah hanya berada di posisi yang lemah sehingga mau tidak mau nasabah hanya punya dua pilihan yaitu take it or leave it. Dalam keadaan nasabah yang membutuhkan dana maka dengan terpaksa nasabah menyetujui apa yang telah dipersyaratkan oleh bank. Sebelum ada persetujuan, seharusnya pihak-pihak mengadakan perundingan (negosiasi), pihak yang satu memberitahukan kepada pihak yang lain mengenai objek perjanjian dan syarat-syaratnya. Pihak yang lain 8 Didin Adi Nurdini, Wawancara, Kantor BRI Syari ah KCP Gresik, 10 Nopember 2014.

70 menyatakan pula kehendaknya, sehingga tercapai persetujuan yang mantap. 9 Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak ada paksaan, tekanan dari pihak manapun juga, betul-betul atas kemauan sukarela para pihak. Dalam pengertian persetujuan kehendak termasuk juga tidak ada kehilafan dan tidak ada penipuan. 10 Menurut Munir Fuady salah satu faktor yang menyebabkan kontrak baku menjadi berat sebelah adalah kurang adanya atau bahkan tidak adanya kesempatan bagi salah satu pihak untuk melakukan tawarmenawar, sehingga pihak yang kepadanya disodorkan kontrak tidak banyak kesempatan untuk mengetahui isi kontrak tersebut. 11 Karena tidak adanya atau terbatasnya kesempatan bagi salah satu pihak untuk menegosiasikan klausula-klausula dalam kontrak baku tersebut, maka meskipun pihak tersebut akhirnya menandatangani kontraknya, masih disangsikan apakah isi kontrak tersebut memang benar seperti yang diinginkannya, sehingga disangsikan pula apakah benar ada kata sepakat daripadanya. Sebagaimana diketahui, bahwa kata sepakat merupakan salah satu syarat sahnya kontrak. 12 Perjanjian yang dilakukan tanpa adanya negosiasi seperti yang dilakukan di Bank BRI Syari ah KCP Gresik ini mencerminkan dikesampingkannya asas tawa>zun (asas keseimbangan) serta berpeluang 9 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, 229. 10 Ibid. 11 Munir Fuady, Hukum Kontrak..., 78. 12 Ibid., 80.

71 mengandung unsur yang memberatkan nasabah sehingga mencerminkan pula dikesampingkannya asas h}urriyyat al-ta a>qud (kebebasan berkontrak). Padahal seharusnya sebagai lembaga keuangan yang mengedepankan shari> ah Islam harus menjunjung tinggi keadilan, ketransparansian dan keseimbangan agar aktivitas yang dilakukan tersebut mas}lah}ah. Kebebasan berkontrak hanya dapat mencapai keadilan jika para pihak memiliki bargaining power yang seimbang. Jika bargaining power tidak seimbang maka suatu kontrak dapat menjurus atau menjadi unconscionable (menjerat hati nurani). Bargaining power yang tidak seimbang terjadi bila pihak yang kuat dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah, hingga pihak yang lemah mengikuti saja syarat-syarat kontrak yang diajukan kepadanya. 13 Dalam teori h}urriyyat al-ta a>qud atau kebebasan berkontrak, sebagai asas dasar dalam perikatan Islam menyatakan bahwa setiap akad atau perikatan yang dibuat oleh manusia terdapat kebebasan dalam membuat akad dan menentukan syarat apapun dalam akad oleh kedua belah pihak (muaqidain) selama syarat itu tidak bertentangan dengan shari> ah Islam. Berdasar pemaparan teori h}urriyyat al-ta a>qud pada bab II, berdasarkan dalil al-qur a>n surat al-ma>idah ayat 1 bahwa orang dapat membuat akad apa saja baik yang bernama maupun yang tidak bernama 13 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir, 1993), 185.

72 dan akad-akad itu wajib dipenuhi. Yang perlu ditekankan lagi dari ayat ini mengenai pembahasan h}urriyyat al-ta a>qud adalah memenuhi akad, dalam kasus ini bank malah membebaskan tanggung jawabnya dengan memasukkan klausula eksemsi sehingga bisa diterangkan bahwa bank tidak memenuhi akad yang telah diperjanjikan. Selain itu teori h}urriyyat al-ta a>qud mengatakan bahwa setiap orang yang berakad bebas mencantumkan syarat apa saja yang dianggap memberikan kemas}lahatan bagi dirinya selama syarat itu tidak melanggar shari> ah. Artinya masing-masing pihak dalam akad tersebut bebas mencantumkan dan membuat syarat apapun sehingga ada tawar-menawar antara para pihak dalam menentukan apapun yang diperjanjikan yang mana memberi mas}lah}ah} bagi keduanya namun ada batasan-batasannya antara lain: dalam syarat itu tidak ada unsur maghrib (maysir/judi, gha>rar, riba) serta tidak mencerminkan adanya ketidakadilan atau kez}aliman. Namun dalam hal ini h}urriyyat al-ta a>qud tidak ditemukan dalam kontrak KLM (Kepemilikan Logam Mulia) yang terjadi di Bank BRI Syari ah KCP Gresik bahkan kontrak yang dihasilkan dinilai menz}alimi nasabah karena adanya klusula yang menjerat nasabah. Jika syarat yang dicantumkan dalam perjanjian atau akad itu mengandung larangan yang dilarang shara maka akad tersebut akan menjadi fasid atau bat}i>l. Demikian halnya, jika kita lihat akad atau kontrak yang dibuat oleh BRI Syari ah KCP Gresik dalam akad pembiayaan KLM

73 (Kepemilikan Logam Mulia) dimana dalam proses pembuatan akad tidak dilakukan dengan negosiasi serta ditemukannya syarat atau klausula yang membebaskan tanggung jawab bank maka hal ini bisa menjadikan tidak adanya keseimbangan antara nasabah dengan bank dan syarat yang dicantumkan bisa menz}alimi pihak nasabah dan akad tersebut bisa dikatakan fasid. Selain itu dalam melakukan akad, menurut teori h}urriyyat alta a>qud, landasan tercapainya kata sepakat atau ijab kabul dari perbuatan mu a>malah adalah adanya negosiasi. Jika sebuah perbuatan tanpa dilandasi negosiasi maka kata sepakat yang timbul belum tentu atas dasar kerelaan atau ridho dari salah satu pihak. Bisa jadi munculnya sepakat karena keterpaksaan inilah yang disebut dengan adanya cacat kehendak. Negosiasi dalam pembuatan kontrak atau akad menunjukkan adanya rasa menghormati hak asasi manusia dalam membuat sebuah perjanjian. Dalam buku karangan Sutan Remy disebutkan bahwa berdasarkan pidato presiden Soeharto pada beberapa peringatan menyimpulkan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia berwenang dan sekaligus berkewajiban untuk senantiasa menjaga keselarasan dan keseimbangan antara hak asasi dan kewajiban asasi atau tanggung jawab asasi dari para warga negaranya. Berdasarkan asas keselarasan dan keseimbangan itu, maka tidak dikehendaki adanya hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat yang tidak selaras dan seimbang, di mana yang satu lebih kuat daripada

74 yang lain atau yang satu mendominasi yang lain. Kebebasan berkontrak yang tidak terbatas bertentangan dengan asas keselarasan dan keseimbangan menurut pancasila itu. Oleh karena itu peluang bagi pihakpihak tertentu untuk dapat membuat perjanjian yang berat sebelah dengan memuat klausul-klausul yang secara tidak wajar sangat memberatkan bagi pihak lainnya harus dicegah oleh pemerintah. 14 14 Ibid., 53.