BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

ANALISIS POLA PERUBAHAN STRUKTURAL DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DALAM EKONOMI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT


V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 2, September 2017

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BERITA RESMI STATISTIK

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BERITA RESMI STATISTIK

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BERITA RESMI STATISTIK

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi dalam jangka panjang yang diikuti pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

INDUSTRI.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Analisis Peranan Aktivitas Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Perekonomian Jawa Barat: Aplikasi Model Input-Output

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode 2000-2010, di mana sektor ini secara umum memiliki kontribusi sebesar 52,68 persen terhadap total output; 37,3 persen terhadap nilai tambah bruto; 54,3 persen terhadap permintaan antara; 51,67 persen terhadap permintaan akhir; 72,67 persen terhadap permintaan ekspor; serta 64,33 persen terhadap total impor. Sementara itu, subsektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK) dan industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL). 2. Sektor industri pengolahan secara umum memiliki angka pengganda output yang tinggi, namun memiliki angka pengganda pendapatan dan tenaga kerja yang rendah. Hal ini berarti bahwa sektor industri pengolahan mampu mendorong pertumbuhan output perekonomian, namun kurang peka dalam menciptakan pendapatan dan menyerap tenaga kerja. Subsektor industri pengolahan dengan angka pengganda output dan angka pengganda pendapatan tinggi adalah industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK), industri kertas dan barang dari kertas (IKPP), dan industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL). 3. Sektor industri pengolahan secara umum memiliki nilai indeks keterkaitan ke 127

128 depan dan ke belakang yang tinggi (lebih besar dari 1) dan menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Barat selama periode 2000-2010. Subsektor industri pengolahan yang menjadi sektor kunci Jawa Barat adalah industri kimia, barang dari bahan kimia, karet, dan plastik (IKKP) dan industri industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL) (tahun 2000, 2003, dan 2010); industri tekstil, pakaian jadi, kulit, alas kaki (ITPK) (tahun 2000 dan 2010), industri kertas dan barang dari kertas (IKPP) (tahun 2000 dan 2003), dan industri makanan, minuman, tembakau (IMMT) (tahun 2003). 4. Berdasarkan analisis Multiplier Product Matrix (MPM), struktur ekonomi Jawa Barat periode 2000-2010 mengalami perubahan yang terlihat dari perubahan economic landscape Jawa Barat. Industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL) pada tahun 2000 mempunyai pengaruh tertinggi dalam perekonomian, dengan interaksi intra sektor tersebut (ILBL, ILBL) memiliki peringkat MPM tertinggi. Pada tahun 2003, sektor pertambangan dan galian (TAMB) memiliki pengaruh tertinggi dalam perekonomian, sementara pada tahun 2010 sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) memiliki pengaruh tertinggi dalam perekonomian. 5. Analisis dekomposisi sumber pertumbuhan output total menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan utama Jawa Barat periode 2000-2003 adalah permintaan ekspor (44,95 persen) dan konsumsi rumah tangga (39,4 persen), sedangkan pada periode 2003-2010 sumber pertumbuhan output Jabar berubah menjadi permintaan domestik (114 persen), dengan sumber utama adalah konsumsi rumah tangga (51,87 persen), perubahan stok (32,27 persen), dan PMTB

129 (23,49 persen). Industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL) merupakan sektor yang menjadi sumber pertumbuhan output terbesar selama 2 periode tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Barat berubah dari export driven economy pada periode 2000-2003 menjadi domestic final demand driven economy pada periode 2003-2010 akibat pelemahan kinerja ekspor dampak dari krisis ekonomi global 2008. 6. Banyak kebijakan dan regulasi pemerintah yang mendukung pengembangan industri pengolahan di Jawa Barat, baik kebijakan dari pemerintah pusat maupun kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat, seperti yang terlihat dalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, program restrukturisasi mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Barat. Ada kesamaan sektor industri prioritas dalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional maupun RPJMD Jawa Barat dengan subsektor industri kunci hasil penelitian, yaitu: industri makanan, minuman, dan tembakau (IMMT); industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK); industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL). 4.2 Saran Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah. 1. Berdasarkan kesimpulan poin pertama hingga poin keempat, Pemerintah

130 Provinsi Jawa Barat perlu terus mengembangkan sektor industri pengolahan untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat karena terbukti sektor tersebut menjadi leading sector perekonomian. Adapun subsektor industri pengolahan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK) dan industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL) karena selain memiliki kontribusi yang besar terhadap total output, nilai tambah bruto, dan total permintaan, juga memiliki multiplier output, multiplier pendapatan, serta nilai indeks keterkaitan ke depan dan ke belakang yang tinggi. Peningkatan output pada kedua sektor ini akan mampu menarik dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya. 2. Sesuai dengan kesimpulan poin kelima, strategi Industri Promosi Ekspor (IPE) yang selama ini diterapkan oleh Jawa Barat rentan terhadap gejolak ekonomi global, di mana pada periode 2003-2010 permintaan ekspor dan substitusi impor berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan output Jawa Barat. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengkombinasikan strategi IPE dengan strategi lain, misalnya: strategi Industri Substitusi Impor (ISI), dengan menumbuhkan industri dasar dan industri modal untuk menjamin kelangsungan pasokan bahan baku industri, terutama industri industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK) dan industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL), yang produknya selama ini memiliki kandungan impor yang tinggi. Selain itu, jumlah penduduk yang besar juga merupakan potensi pasar bagi produk industri sendiri, sehingga pemerintah harus mendorong inovasi produk yang sesuai dengan kondisi pasar Jawa Barat.

131 3. Berdasarkan kesimpulan poin keenam, kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam jangka panjang harus mulai memikirkan strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu caranya adalah mengembangkan sektor industri potensial, yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau (IMMT) yang termasuk dalam industri agro. Industri agro merupakan industri prioritas dalam RPJMD Jawa Barat serta menjadi salah satu sektor industri andalan masa depan dalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional. Strategi yang dapat ditempuh untuk mengembangkan industri agro adalah strategi ADLI (Agricultural demand-led industrialization strategy) atau agroindustri. 4. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa metoda analisis Tabel IO serta menggunakan data terakhir berupa Tabel IO Jawa Barat 2010 yang merupakan hasil updating Tabel IO tahun 2003. Oleh karena itu, masih banyak peluang penelitian berikutnya mengenai Tabel IO Jawa Barat, diantaranya penelitian mengenai sumber pertumbuhan produktivitas input Jawa Barat dengan melakukan dekomposisi Kuadran III Tabel IO (dekomposisi sisi penawaran), serta penelitian dengan menggunakan data Tabel IO Jawa Barat terbaru, mengingat analisis Tabel IO yang berbeda tahun akan menghasilkan analisis dan kesimpulan yang berbeda pula.