PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2014 Ekonomi Gorontalo Tahun 2014 Tumbuh 7,29 Persen

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2014 SEBESAR 4,24 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2016 Tumbuh 6,61 Persen Meningkat Dibanding Triwulan I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2015


PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAHTRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2015

2015, Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

Transkripsi:

2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN TUMBUH 5,2 PERSEN SEDIKIT MELAMBAT DIBANDING TAHUN 2013 YANG LALU Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun mencapai Rp.93,45 trilyun, sehingga PDRB perkapita tercatat sebesar Rp.25,69 juta atau setara dengan US$ 2.176 Perekonomian DIY tahun (c-to-c) tumbuh 5,2 persen dan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2013 yang tumbuh 5,5 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha selain pertanian, kehutanan dan perikanan. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto. Perekonomian DIY Triwulan IV- tumbuh 4,2 persen dibandingkan Triwulan IV-2013 (y-on-y). Level pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan y-on-y pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,6 persen. Perekonomian DIY Triwulan IV- mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 77 persen. Dari sisi permintaan, kontraksi ini disebabkan oleh komponen perubahan inventori dan komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh negatif masing-masing 285,1 persen dan 1,6 persen.. 1

A. PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Tahun (c-to-c) Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun yang diukur dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai 5,2 persen. Pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha, kecuali lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 2,1 persen. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah jasa keuangan dengan pertumbuhan sebesar sebesar 9,0 persen diikuti oleh jasa pendidikan dan real estate dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,9 persen dan 7,8 persen. Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 1 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 9.0 Jasa Keuangan 3.89 7.9 Jasa Pendidikan 8.13 Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%) 7.8 6.95 7.7 7.6 Real Estate 2.44 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.02 Jasa Perusahaan 6.8 9.98 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.1 8.45 Informasi dan Komunikasi Struktur perekonomian DIY tahun yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi perekonomian. Kontribusi semua lapangan usaha PDRB DIY tahun berada di bawah 14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri pengolahan (13,5 persen); pertanian, kehutanan dan perikanan (11,01 persen); dan penyediaan akomodasi dan makan minum (9,98 persen). Sementara, tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terendah adalah pengadaan listrik dan gas (0,1 persen), pengadaan air (0,11 persen); serta pertambangan dan penggalian (0,65 persen). Grafik 2. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha 2012-1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0-0.20-0.40-0.60 0.45 1.07 0.61 0.61 0.42-0.41 0.90 0.65 0.64 0.67 0.65 0.62 0.55 0.53 0.51 0.47 0.39 0.29 2012 2013 Pendidikan InfoKom Akom & Makan Minum Real Estate Konstruksi Industri Pengolahan Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi level pertumbuhan ekonomi DIY. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar pertumbuhan ekonomi adalah jasa pendidikan dengan andil 0,7 persen. Berikutnya secara berturut-turut adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi serta lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan andil masing-masing 0,6 persen. 2

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV- Terhadap Triwulan IV-2013 (y-on-y) Perekonomian DIY selama Triwulan IV- mengalami pertumbuhan sebesar 4,2 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV-2013 (y-on-y). Laju pertumbuhan tertinggi secara y-on-y terjadi pada lapangan usaha jasa keuangan yang tumbuh sebesar 13,2 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya secara berturut-turut dicapai oleh lapangan usaha jasa lainnya serta lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan andil masing-masing sebesar 11,4 persen dan 9,1 persen. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif adalah pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar -13,4 persen serta pertambangan dan penggalian sebesar -2,7 persen. Struktur perekonomian pada Triwulan IV- tidak berbeda jauh dengan struktur perekonomian tahunan. Lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Triwulan IV- adalah industri pengolahan dengan pangsa sebesar 13,2 persen. Berikutnya adalah lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan kontribusi sebesar 10,2 persen. Sementara, lapangan usaha yang memberi kontribusi terkecil perekonomian DIY di Triwulan IV- adalah pengadaan listrik dan gas serta lapangan usaha pengadaan air dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,1 persen. Tiga lapangan usaha yang menjadi sumber utama pertumbuhan y-on-y triwulan IV- adalah informasi dan komunikasi sebesar 0,8 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial sebesar 0,6 persen, dan penyedia akomodasi dan makan minum sebesar 0,52 persen. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV- Terhadap Triwulan III- (q-to-q) Perekonomian DIY pada Triwulan IV- mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen jika dibandingkan dengan Triwulan III-. Kontraksi atau pertumbuhan negatif ini didorong oleh pertumbuhan negatif beberapa lapangan usaha, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; serta perdagangan besar dan eceran. Kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar -38,5 persen. Kontraksi yang cukup tinggi ini disebabkan oleh pengaruh siklus musiman, terutama pada kelompok komoditas tanaman bahan makanan, hortikultura, dan perikanan. Produksi beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama triwulan IV (Oktober-Desember) mencapai level terendah dalam setahun akibat pengaruh musim. Pada masa ini mayoritas petani baru masuk masa tanam atau memulai mengusahakan tanaman mereka, sehingga produksi selama triwulan ini akan jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Komoditas tanaman padi menjadi komoditas yang masih memberikan sumbangan positif namun sebagian besar komoditas tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung dan lainnya mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan. Dalam lapangan usaha perikanan, selama triwulan IV terjadi pengurangan frekuensi penangkapan ikan laut karena faktor cuaca yang kurang kondusif di akhir tahun. Kontraksi pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar -0,2 persen. Kontraksi ini berhubungan dengan penurunan produksi usaha penggalian akibat stok bahan galian yang semakin menipis dan pengaruh cuaca yang kurang mendukung dalam penggalian pasir dan batu. Lapangan usaha industri pengolahan secara q-to-q juga mengalami kontraksi sebesar -0,8 persen. Sementara, lapangan usaha perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil serta motor mengalami kontraksi sebesar -1,1 persen. 3

Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi secara q-to-q pada triwulan IV- adalah jasa pendidikan yang tumbuh sebesar 10,8 persen. Berikutnya adalah lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh sebesar 9,7 persen dan lapangan usaha jasa keuangan yang tumbuh 7,7 persen. Grafik 3. Pertumbuhan PDRB q-to-q menurut Lapangan Usaha 8 6 Pertanian PDRB Pendidikan 4 2-2 -4-6 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I- II- III- IV- B. PDRB DIY MENURUT PENGELUARAN Pertumbuhan Kumulatif Triwulan IV Tahun (c-to-c) Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 5,2 persen di tahun didorong oleh pertumbuhan semua komponen permintaan akhir, kecuali net ekspor antar daerah dan net ekspor luar negeri. Komponen net ekspor antar daerah mengalami kontraksi sebesar 5,6 persen. Sementara, pertumbuhan impor luar negeri yang cukup tinggi (42,5 persen) belum mampu dikompensasi oleh ekspor luar negeri yang hanya mampu tumbuh sebesar 4,6 persen. Hal ini berpengaruh pertumbuhan komponen net ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi yang cukup dalam. Pertumbuhan tertinggi dalam komponen permintaan akhir terjadi pada komponen perubahan inventori yang tumbuh sebesar 34,1 persen dan diikuti oleh komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh 10,6 persen. 8 7 6 5 4 3 2 1-1 -2-3 Grafik 4. Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Komponen Pengeluaran 5.1 67.1 Konsumsi Rumah Tangga 10.6 3.2 LNPRT 16.3 3.5 5.8 Konsumsi Pemerintah Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%) 29.6 Pembentukan Modal Tetap Bruto 34.1 0.8 Perubahan Inventori 4.6 5.6 Ekspor Luar Negeri 42.5-4.4 Impor Luar Negeri -5.6-18.1 Net Ekspor Antar Daerah Struktur permintaan akhir dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga pangsa distribusi sebesar 67,1 persen. 4

Komponen terbesar berikutnya dalam struktur perekonomian DIY adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 29,6 persen dan diikuti oleh konsumsi pemerintah sebesar 16,3 persen. Komponen perubahan inventori meskipun tumbuh positif cukup tinggi hanya memberikan sumbangan sebesar 0,8 persen perekonomian DIY. Komponen net ekspor antar daerah memiliki pangsa yang cukup besar, tetapi karena nilai impor antar daerah lebih besar dari ekspor antar daerah maka pangsa dari komponen ini menjadi pengurang (bertanda negatif). Hal yang sama juga terjadi pada komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang. Sumber pertumbuhan ekonomi DIY tahun (5,2 persen) dari sisi permintaan disumbang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar dengan andil pertumbuhan sebesar 3,1 persen. Andil pertumbuhan terbesar berikutnya disumbang oleh komponen PMTB dengan andil 1,3 persen dan komponen pengeluaran pemerintah dengan andil 0,7 persen. Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2012 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5-0.5-1.0 3.3 3.3 1.4 1.4 1.3 0.8 0.8 0.7 0.1 0.2 0.1 0.2 0.3 0.1 0.2 0.3 0.1-0.1-0.1-0.2-0.4-0.4 2012 2013 3.1-0.3 KRT LNPRT Pemerintah PMTB Inventori Ekspor LN Impor LN Net Ekspor AD Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV- Terhadap Triwulan IV-2013 (y-on-y) Secara y-o-y, perekonomian DIY triwulan IV- tumbuh 4,2 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2013. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen net ekspor antar daerah sebesar 40 persen, diikuti oleh komponen impor luar negeri sebesar 38,1 persen. Struktur perekonomian dari sisi permintaan pada triwulan IV- tidak berbeda jauh dengan struktur perekonomian tahunan. Komponen yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur perekonomian triwulan IV- adalah komponen konsumsi rumah tangga sebesar 68,5 persen. Kontribusi terbesar berikutnya adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 33,5 persen. Sementara, kontribusi terendah perekonomian DIY adalah komponen net ekspor antar daerah sebesar minus 25,9 persen. Komponen permintaan akhir yang menjadi sumber utama pertumbuhan DIY y-on-y triwulan IV- adalah komponen pembentukan modal tetap bruto dengan andil sebesar 2,8 persen. Berikutnya adalah komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dengan andil sebesar 2,6 persen, serta komponen perubahan inventori dengan andil sebesar 1,2 persen. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV- Terhadap Triwulan III- (q-to-q) Secara q-to-q, perekonomian DIY triwulan IV- mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 1,1 persen dibandingkan dengan triwulan III-. Dari sisi permintaan akhir, 5

kontraksi ini disebabkan terjadinya penurunan yang cukup besar pada komponen perubahan inventori sebesar 285,1 persen dan penurunan konsumsi rumah tangga sebesar 1,6 persen. Penurunan dalam perubahan inventori berkaitan dengan para pelaku usaha yang sudah mulai berproduksi secara normal kembali, setelah pada triwulan sebelumnya mengeluarkan stok guna memenuhi permintaan yang cukup tinggi karena adanya beberapa hari-hari besar keagamaan yang diikuti oleh beberapa upacara seremonial. Sementara, penurunan konsumsi rumah tangga terjadi akibat penurunan konsumsi beberapa kelompok pengeluaran terutama kelompok pendidikan yang turun sebesar 23,8 persen dan kelompok barang pribadi dan jasa perorangan yang turun 13,1 persen. Penurunan konsumsi ini terjadi karena pada umumnya rumah tangga telah melakukan konsumsi kelompok pendidikan dan kelompok barang pribadi secara massif bersamaan dengan awal tahun ajaran baru sekolah dan bersamaan dengan momentum hari raya keagamaan. Sebaliknya, komponen net ekspor antar daerah menjadi komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 119,3 persen. Grafik 6. Pertumbuhan PDRB DIY q-to-q menurut Pengeluaran 2 15.0 1 5.0-5.0 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I- II- III- IV- -1-15.0-2 -25.0 KRT P D R B PMTB 6

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun (Persen) Lapangan Usaha Triw III- Triw II- Triw IV- Triw III- Triw IV- Triw IV- 2013 Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 18.5-38.5-13.4-2.1-0.2 B Pertambangan dan Penggalian 1.4-0.2-2.7 2.1 C Industri Pengolahan 0.1-0.8 3.3 3.8 0.5 D Pengadaan Listrik dan Gas -5.6 2.7 5.0 2.6 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 4.5 0.5 6.0 3.9 F Konstruksi 4.9 7.0 3.1 5.7 0.5 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.9-1.1 5.7 5.7 0.5 H Transportasi dan Pergudangan 4.0 4.5 5.2 3.8 0.2 I Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 1.1 1.4 5.6 6.8 0.6 J Informasi dan Komunikasi 4.4 2.1 7.0 6.1 0.6 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.3 7.7 13.2 9.0 0.3 L Real Estate 1.3 3.4 6.9 7.8 0.5 M,N Jasa Perusahaan 1.8 3.2 8.5 7.6 0.1 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.2 0.2 8.2 5.9 0.4 P Jasa Pendidikan 7.1 10.8 2.3 7.9 0.7 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.7 9.7 9.1 7.7 0.2 R,S,T,U Jasa Lainnya 7.6 1.5 11.4 5.3 0.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.2-1.1 4.2 5.2 5.2 7

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun (Persen) Komponen Triw III- Terhadap Triw II- Triw IV- Triw III- Triw IV- Triw IV-2013 Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 3.9-1.6 4.3 5.1 3.1 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT -8.1 0.3 3.5 10.6 0.2 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.4 17.5 9.8 4.5 0.7 4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 11.5 10.5 5.9 5.8 1.3 5 Perubahan Inventori -126.5-285.1-130.9 34.1 0.1 6 Ekspor Luar Negeri -7.3 23.3-2.8 4.6 0.3 7 Impor Luar Negeri 40.7 29.6 38.1 42.5 0.2 8 Net Ekspor Antar Daerah -27.8 119.3 4-3.9-0.3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.2-1.1 4.2 5.2 5.2 PDRB Tabel 3. PDRB dan PDRB Pekapita D.I.Yogyakarta Tahun Dasar 2010 Tahun 2012 - Uraian 2012 2013 (1) (2) (3) (4) - Berlaku (Juta rupiah) - Konstan (Juta rupiah) PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Berlaku - Nilai (Juta rupiah) 77,247,861 84,924,664 93,449,858 71,702,449 75,637,007 79,557,248 21,978 23,977 25,693 8

PENJELASAN TEKNIS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah : a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah; c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun). Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side c. Pendapatan Income side Penyajian PDRB: a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi. Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi. Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth). Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth). Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya. 9