KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN PELALAWAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2008 T E N T A N G

1 of 6 02/09/09 12:03

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BUPATI TASIKMALAYA. KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA Nomor 36 Tahun 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2003 TENTANG

TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUMBAWA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM

Perda No.30 / 2004 Tentang Pembentukan,Kedudukan,Tugas,Fungsi, SOT Dinas Nakertrans Kab. Magelang

KEPALA SUB BAGIAN UMUM, KEUANGAN, DAN ASET

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 23 TAHUN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG

Perda Kab. Belitung No. 22 Tahun

TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 68

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MUSI RAWAS

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN SUBANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2008

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA, DAN TRANSMIGRASI

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 184 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 TaTiun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan -Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penjabaran tugas pokok dan fungsi masing-masing Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat. Daerah' ditetapkan dengan keputusan Gubernur; b. bahwa sehubungan dengan huruf a.di atas, dan dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna, perlu menetapkan organisasi dan tata kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan keputusan Gubernur. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan; 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing: 3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta; - 4. Undang-undang Nomor. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja; / 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; 6. Undang-undang Nomor 0 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan; 8. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat; 9. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian; 10. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 11. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 12. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraaan Sosial Penyandang Cacat; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; ( 18. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang; 19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. MEMUTUSKAN: anetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasa! 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 3. Gubernur adalah Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 4. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 6. Asisten Sekretaris Daerah adalah Asisten Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 9. Kotamadya adalah Kotamadya di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 10. Walikotamadya adalah Walikotamadya di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 11. Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kotamadya Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 12. Kecamatan adalah Kecamatan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 13. Camat adalah Camat di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 14. Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kecamatan di Propinsi Daerah Kh"sus Ibukota Jakarta; 15. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut PJTKI adalah badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang memiliki surat izin usaha penempatan untuk melaksanakan jasa penempatan tenaga kerja; 16. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja; 17. Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; 18. Angkatan kerja adalah sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan yang. tidak mempunyai pekerjaan tetapi secara aktif atau pasif mencari suatu pekerjaan;

19. Tuna karya adalah sebagian dari angkatan kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan; 20. Pekerja adalah sebagian dari angkatan kerja yang mempunyai pekerjaan; 21. Kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik selama maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja; 22. Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai penggant' sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang, dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia; 23. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan, baik di sektor formal maupun di sektor informal; 24. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu; 25. Kelransmigrasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan transmigrasi; 26. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau Lokasi Permukiman Transmigrasi; 27. Transmigran adalah warga negara Republik Indonesia yang berpindah secara sukarela ke wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi melalui pengaturan dan pelayanan Pemerintah. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 2 T Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang ketenagakerjaan dan transmigrasi. (2) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

(3) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Masyarakat. Pasal 3 (1) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang meliputi penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial dan persyaratan kerja, pengawasan ketenagakerjaan dan perlindungan tenaga kerja, higiene perusahaan dan kesehatan, keselamatan kerja, kesejahteraan tenaga kerja, tuna karya, dan purna karya serta urusan ketransmigrasian. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai fungsi : a. penyusunan kebijakan teknis di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b. penyusunan perencanaan dan informasi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; c. pelatihan dan produktivitas tenaga kerja; d. penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja; e. pembinaan usaha-usaha kesejahteraan ketenagakerjaan; f. pemberian izin tertentu atau rekomendasi di bidang ketenagakerjaan; g. pemungutan retribusi di bidang ketenagakerjaan; h. penyediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana di bidang ketenagakerjaan; i. penyelesaian perselisihan perburuhan; j. sertifikasi dan akreditasi pelatihan; k. pembinaan hubungan ketenagakerjaan; I. pembinaan pelaksanaan kegiatan pengawasan ketenagakerjaan dan perlindungan tenaga kerja; m. pembinaan higiene perusahaan dan kesehatan dan keselamatan kerja; n. penyiapan dan penempatan transmigran; o. pengelolaan dukungan teknis dan administratif; p. pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas. BAB III ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi Pasal 4 (1) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari : a. Kepala Dinas; b. Wakil Kepala Dinas;

c. Bagian Tata Usaha; d. Subdinas Bina Program; e. Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja; f. Subdinas Penempatan. Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja; g. Subdinas Kesejahteraan Pekerja; h. Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan; i. Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan; j. Subdinas Transmigrasi; k. Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; I. Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kecamatan; m. Unit Pelaksana Teknis Dinas; n. Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan susunan organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 5 (1) Kepala Dinas mempunyai tugas : a. memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Bagian, Subdinas, Suku Dinas, Unit Pelaksanan Teknis Dinas dan Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala Dinas. Bagian Ketiga Wakil Kepala Dinas Pasal 6 (1) Wakil Kepala Dinas mempunyai tugas : a. membantu Kepala Dinas dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 keputusan ini; b. menyelenggarakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan atas pelaksanaan kebijaksanaan yang telah ditetapkan Kepala Dinas; c. mewakili Kepala Dinas apabila Kepala Dinas berhalangan melaksanakan tugas. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Wakil Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Keempat Bagian Tata Usaha Pasal 7 (1) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi : a. pelaksanaan urusan surat menyurat dan kearsipan; b. pelaksanaan urusan kepegawaian; c. pengelolaan administrasi keuangan; d. pengelolaan urusan perlengkapan; e. pelaksanaan urusan kerumahtanggaan. (3) Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 8 (1) Bagian Tata Usaha terdiri dari : a. Subbagian Umum; b. Subbagian Kepegawaian; c. Subbagian Keuangan; d. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan. (2) Tiap Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Pasal 9 (1) Subbagian Umum mempunyai tugas : a. mencatat surat masuk dan surat keluar; L melakukan pekerjaan pengetikan dan penggandaan naskah dinas dan dokumen lainnya; c. mengatur pengiriman, pendistribusian atau peredaran surat masuk dan surat keluar; d. menyusun, merawat dan menyajikan arsip dan dokumentasi serta menyelenggarakan perpustakaan Dinas; e. melaksanakan kegiatan lain yang berhubungan dengan surat menyurat. (2) Subbagian Kepegawaian mempunyai lugas : a. mengurus dan melaksanakan kegiatan lata usaha kepegawaian yang meliputi penyusunan formasi, usul pengangkatan, kepangkatan dan penggajian, penyusunan daftar urut kepangkatan (DUK), pembinaan karir, pemberhentian, pemensiunan, dan lainlain;

o b. membina tata tertib dan disiplin pegawai; c. mengurus kesejahteraan pegawai serta keluarganya; d. menyusun, memelihara dan merawat arsip kepegawaian; e. menyusun laporan kepegawaian. (3) Subbagian Keuangan mempunyai tugas : a. melakukan pengelolaan tata usaha keuangan; b. mengerjakan pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan; c. mengurus pencairan uang anggaran rutin; d. melakukan pengurusan gaji, insentif dan tunjangan lain pegawai; e. membantu menyusun rancangan pembiayaan rutin; f. menyusun laporan keuangan. (4) Subbagian Perlengkapan dan Rumah Tangga mempunyai.tugas : a. merencanakan dan mengurus perlengkapan kantor dan fasilitas kerja; b. melakukan distribusi pemakaian dan pemeliharaan perlengkapan kantor dan fasilitas kerja; c. memelihara kebersihan dan keindahan kantor; d. memelihara keamanan dan ketertiban kantor serta barangbarang inventaris; e. mempersiapkan dan mengatur penyelenggaraan rapat, pertemuan dan upacara. Bagian Kelima Subdinas Bina Program Pasal 10 (1) Subdinas Bina Program mempunyai tugas melaksanakan perencanaan penyusunan program kerja, pemantauan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1; Subdinas Bina Program mempunyai fungsi : a. perencanaan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b. penyusunan program kerja; c. pemantauan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program serta penyusunan laporan; d. pengumpulan, pengolahan dan penyajian data. (3) Subdinas Bina Program dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 11 (1) Subdinas Bina Program terdiri dari : a. Seksi Perencanaan; h Qok<?i Penyusunan Program;

c. Seksi Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan; d. Seksi Data dan informasi. (2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Bina Program. Pasal 12 (1) Seksi Perencanaan mempunyai tugas : a. menyusun dan menyajikan perencanaan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b. menyusun perencanaan tenaga kerja mikro bagi instansi sektoral dan perusahaan; c. menyusun perencanaan kebutuhan pelatihan menurut sektor dan jabatan secara makro; d. menyusun dan merumuskan upaya pengembangan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. (2) Seksi Penyusunan Program mempunyai tugas : a. menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan program; b. menyusun program kerja; c. menyiapkan materi rancangan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, prosedur, mekanisme dan sistem kerja; d. menyusun rancangan anggaran. (3) Seksi Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas : a. memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja dan pelaksanaan prosedur, mekanisme dan sistem kerja; b. memberikan saran dan pertimbangan atas perbaikan dan pengembangan pelaksanaan program serta kelancaran dan ketertiban prosedur dan mekanisme kerja; c. menyusun laporan atas pelaksanaan program kerja, prosedur, mekanisme dan sistem kerja serta laporan kegiatan Dinas Tenaga Kerja. (4) Seksi Data dan Informasi mempunyai tugas : a. mengumpulkan, mengolah, menganalisa serta menyajikan data dan informasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b. mengumpulkan data jenis komoditi unggulan Daerah; c. menghimpun peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; d. menyajikan dan menyebarluaskan informasi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

Bagian Keenam Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja Pasal 13 (1) Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja mempunyai tugas menyusun pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja, melaksanakan pembinaan instruktur dan lembaga pelatihan, menyusun program pelatihan, akreditasi dan sertifikasi, pemagangan serta meningkatkan produktivitas kerja. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja mempunyai fungsi : a. pembinaan instruktur dan lembaga pelatihan; b. penyusunan program pelatihan, akreditasi dan sertifikasi; c. pembinaan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja; d. pembinaan pemagangan. (3) Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 14 (1) Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja terdiri dari : a. Seksi Instruktur dan Lembaga; b Seksi Program, Akreditasi dan Sertifikasi; c. Seksi Produktivitas Tenaga Kerja; d. Seksi Pemagangan. (2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja. Pasal 15 (1) Seksi Instruktur dan Lembaga mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan instruktur dan lembaga pelatihan tenaga kerja; b. melakukan inventarisasi data instruktur dan lembaga pelatihan baik milik Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun swasta/ masyarakat; c. melakukan pembinaan instruktur untuk meningkatkan kualitas dan kualifikasi; d. melakukan pembinaan kelembagaan pelatihan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan mutu lulusan. (2) Seksi Program, Akreditasi dan Sertifikasi mempunyai tugas : a. menyusun pedoman, petunjuk teknis pembinaan, akreditasi dan sertifikasi pelatihan;

b. menghimpun, menganalisa dan menyusun program pelatihan tenaga kerja; c. membina dan memantau pelaksanaan program pelatihan dan produktivitas pelatihan, serta kurikulum pelatihan; d. melakukan pembinaan, standarisasi, sertifikasi tenaga kerja dan akreditasi kelembagaan pelatihan serta melaksanakan tes kualifikasi dan perizinan lembaga pelatihan. (3) Seksi Produktivitas Tenaga Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan, penelitian dan pengembangan produktivitas tenaga kerja; b. menyusun program kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan produktivitas tenaga kerja; c. memantau dan mengendalikan pelaksanaan program, penelitian dan pengembangan produktivitas tenaga kerja; d. melakukan pembinaan dan bimbingan produktivitas tenaga kerja pada BUMN/BUMD dan swasta. (4) Seksi Pemagangan mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan pemagangan; b. melakukan inventarisasi lembaga pelaksana latihan industri, jumlah peserta, jenis program, jenis keterampilan dan pendanaan pelatihan; c. melaksanakan bimbingan pelatihan pemagangan, pemantauan dan evaluasi program pemagangan. Bagian Ketujuh Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja Pasal 16 (1) Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai tugas menyusun pedoman dan petunjuk teknis penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja, melaksanakan pembinaan dan pengembangan tenaga kerja mandiri, penyaluran tenaga kerja, perluasan kerja, penempatan tenaga kerja dan pendayagunaan tenaga kerja khusus (tenaga kerja asing dan penyandang cacat). (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai fungsi : a. pengembangan dan pembinaan tenaga kerja mandiri; b. penyaluran tenaga kerja dan perluasan kerja; c. penempatan tenaga kerja umum; d. penempatan tenaga kerja khusus (tenaga asing dan penyandang cacat). (3) Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(1) Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja terdiri dari : a. Seksi Tenaga Kerja Mandiri dan Perluasan Kerja; b. Seksi Informasi dan Bursa Kerja; c. Seksi Penempatan Tenaga Kerja Umum; d. Seksi Pendayagunaan Tenaga Kerja Khusus. (2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja. Pasal 1 8 (1) Seksi Tenaga Kerja Mandiri dan Perluasan Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis penyuluhan, pendaftaran dan seleksi, peningkatan kemampuan serta bimbingan dan panduan tenaga kerja mandiri; b. menyusun dan mengembangkan/percontohan usaha mandiri; c. menyusun sistem dan melaksanakan pembinaan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja; d. menyusun sistem penerapan dan pendayagunaan teknologi tepat guna bagi tenaga kerja mandiri; e. menyusun pedoman dan melakukan identifikasi potensi wilayah untuk peluang usaha; f. menyusun profil peluang usaha. (2) Seksi Informasi dan Bursa Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis sistem informasi pasar kerja dan bursa kerja; b. menghimpun dan menganalisis data informasi pasar kerja mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan; c. menyusun metode dan pedoman teknik analisis jabatan, perangkat penyuluhan dan bimbingan jabatan serta melakukan penyuluhan dan bimbingan jabatan pada lembaga pendidikan dan pelatihan; d. memproses perizinan penyelenggaraan praktek psikolog perorangan; e. menyusun pedoman sistem komputerisasi informasi pasar kerja/bursa kerja untuk penempatan tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri; f. memproses perizinan lembaga bursa kerja khusus dan lembaga penempatan tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri. (3) Seksi Penempatan Tenaga Kerja Umum mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis penempatan tenaga kerja; b. menyusun program penempatan, melakukan pembinaan dan pemantauan serta evaluasi penempatan tenaga kerja, Antar Kerja Antar Lokal, Antar Kerja Antar Daerah, dan Antar Ke r ja Antar Negara;

c. menyusun sistem dan pedoman penempatan tenaga kerja pemuda dan wanita; d. menyelenggarakan penempatan tenaga kerja; e. menyusun pedoman mekanisme pemulangan tenaga kerja antar kerja antar daerah dan antar kerja antara negara; f. memproses perizinan penyelenggaraan usaha pengadaan dan penyaluran pramuwisma. (4) Seksi Pendayagunaan Tenaga Kerja Khusus mempunyai tugas ; a. menyusun sistem dan mekanisme pendayagunaan, pedoman pembinaan tenaga kerja penyandang cacat dan lanjut usia; b. melaksanakan koordinasi dengan lembaga pendidikan tenaga kerja penyandang cacat; c. memberikan perizinan bursa kerja khusus tenaga kerja penyandang cacat; d. melaksanakan bimbingan kepada calon tenaga kerja penyandang cacat; e. menyusun sistem dan prosedur perizinan penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang (TKWNAP); f. menyusun pedoman dan melakukan pembinaan terhadap pengguna TKWNAP; g. memproses perizinan penggunaan TKWNAP; h. menyusun dan melaksanakan pembinaan pendayagunaan tenaga kerja penyandang cacat; i. melaksanakan pembinaan tenaga kerja asing domestik. Bagian Kedelapan Subdinas Kesejahteraan Pekerja Pasal 19 (1) Subdinas Kesejahteraan pekerja mempunyai tugas menyusun pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan kesejahteraan pekerja, melaksanakan pembinaan pengupahan, jaminan sosial, serta fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subdinas Kesejahteraan Pekerja mempunyai fungsi : a. penyusunan kebijakan tentang pengupahan dan jaminan sosial ketenagakerjaan; b. penyusunan pedoman dan petunjuk teknis serta program penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja; c. pembinaan pelaksanaan pengupahan, jaminan sosial dan fasilitas serta lembaga kesejahteraan pekerja. (3) Subdinas Kesejahteraan Pekerja dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 20 (1) Subdinas Kesejahteraan Pekerja terdiri dari a. Seksi Pengupahan; b. Seksi Jaminan Sosial;

(2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Kesejahteraan Pekerja. Pasal 21 (1) Seksi Pengupahan mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan pengupahan pada perusahaan; b. melakukan penelitian kebutuhan hidup minimum; c. menyusun telaahan penetapan upah minimum; d. menyiapkan dan memfasilitasi kegiatan dewan penelitian pengupahan Daerah. (2) Seksi Jaminan Sosial mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja pada perusahaan; b. melakukan pembinaan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja; c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja dalam rangka perbaikan dan peningkatan jaminan sosial tenaga kerja; d. melakukan evaluasi penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja. (3) Seksi Fasilitas dan Lembaga Kesejahteraan Pekerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja; b. melakukan pembinaan penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja pada perusahaan; c. melakukan upaya-upaya dalam rangka peningkatan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja; d. melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja. Bagian Kesembilan Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan Pasal 22 (1) Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan hubungan ketenagakerjaan, melaksanakan pembinaan lembaga kerjasama Bipartit dan Tripartit, hubungan industrial dan persyaratan kerja, kelembagaan pekerja dan pengusaha serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan mempunyai fungsi : a. pembinaan hubungan industrial

c. pembinaan kelembagaan pekerja dan pengusaha, kelembagaan kerjasama Bipartit dan Tripartit; d. pembinaan penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja. (3) Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 23 (1) Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan terdiri dari : a. Seksi Hubungan Industrial; b. Seksi Persyaratan Kerja; c. Seksi Kelembagaan Pekerja dan Pengusaha; d. Seksi Perselisihan Hubungan Kerja. (2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Hubungan Ketenagakerjaan. Pasal 24 (1) Seksi Hubungan Industrial mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan hubungan industrial dan pendidikan hubungan industrial di perusahaan; b. melakukan pembinaan dan pendidikan hubungan industrial di perusahaan; c. melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait dalam rangka pembinaan dan pendidikan industrial di perusahaan. (2) Seksi Persyaratan Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan persyaratan kerja; b. melakukan pembinaan pelaksanaan persyaratan kerja pada perusahaan yang meliputi Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan Kesepakatan Kerja Bersama; c. melakukan pengesahan peraturan perusahaan serta inventarisasi Peraturan Perusahaan dan Kesepakatan Kerja Bersama. (3) Seksi Kelembagaan Pekerja dan Pengusaha mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan kelembagaan pekerja dan kelembagaan pengusaha serta kelembagaan kerjasama Bipartit dan Tripartit; b. melakukan inventarisasi kelembagaan pekerja dan kelembagaan pengusaha serta lembaga kerjasama Bipartit dan Tripartit; c. menyiapkan dan memfasilitasi kegiatan lembaga kerjasama Tripartit.

(4) Seksi Perselisihan Hubungan Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan, pencegahan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja; b. melakukan pembinaan, pencegahan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memberikan petunjur teknis penyelesaian unjuk rasa/pemogokan bagi pegawai perantara; d. menangani dan menyelesaikan kasus perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja berdasarkan pengaduan/usulan dari instansi Pemerintah maupun organisasi profesi. Bagian Kesepuluh Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan Pasal 25 (1) Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyusun pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan dan perlindungan tenaga kerja, melaksanakan pembinaan dan pengawasan norma kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja, norma keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai fungsi : a. pembinaan dan pengawasan norma kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja serta norma jaminan sosial tenaga kerja; b. pembinaan dan pengawasan norma keselamatan kerja; c. pembinaan dan pengawasan norma kesehatan dan lingkungan kerja. (3) Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 26 (1) Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan terdiri dari : i Seksi Pengawasan Norma Kerja; b. Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja; c. Seksi Pengawasan Lingkungan Kerja. (2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan.

(1) Seksi Pengawasan Norma Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan pengawasan norma kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja serta norma jaminan sosial tenaga kerja; b. melakukan inventarisasi data laporan ketenagakerjaan dari perusahaan; c. melakukan pembinaan dan pengawasan norma kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja serta norma jaminan sosial tenaga kerja; d. melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan izin kerja wanita pada malam hari dan perusahaan yang melakukan kerja lembur; e. melakukan pengawasan norma kerja khususnya tenaga kerja wanita, anak dan orang muda; f. menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana kerja pegawai pengawas norma kerja. (2) Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan pengawasan kesehatan dan norma keselamatan kerja; b. melaksanakan pengawasan kesehatan norma keselamatan kerja; c. melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penelitian terhadap penggunaan pesawat uap, bejana tekan, mekanik, listrik, kebakaran, konstruksi bangunan serta alat-alat kerja lainnya dan memproses ijln penggunaannya; d. membantu pelaksanaan tugas komisi keselamatan dan kesehatan kerja daerah; e. menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana kerja pegawai pengawas kesehatan dan keselamatan kerja; f. melakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3). (3) Seksi Pengawasan Lingkungan Kerja mempunyai tugas : a. menyusun pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan peraturan lingkungan kerja; b. melakukan pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja, serta pemeriksaan terhadap pemakaian alat pelindung diri bagi tenaga kerja; c: melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan yang memproduksi penggunaan bahan kimia berbahaya; d melakukan pengawasan terhadap perusahaan jasa tenaga kerja dan tempat penampungan calon tenaga kerja; e. menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana kerja pegawai pengawas lingkungan kerja.

Bagian Kesebelas Subdinas Transmigrasi Pasal 28 (1) Subdinas Transmigrasi mempunyai tugas menyusun pedoman dan petunjuk teknis ketransmigrasian, pembinaan, pelaksanaan penyiapan, pemindahan'dan kerjasama ketransmigrasian. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subdinas Transmigrasi mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan, penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan transmigrasi; b. pembinaan dalam penyiapan, pemindahan dan kerjasama ketransmigrasian; c. penyuluhan calon transmigran; d. pendaftaran dan seleksi calon transmigran; e. pemindahan dan penempatan calon transmigran; f. pengembangan kerjasama transmigrasi. (3) Subdinas Transmigrasi dipimpin oleh seorang Kepala Subdinas yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 29 (1) Subdinas Transmigrasi terdiri dari : a. Seksi Penyiapan; b. Seksi Pemindahan dan Penempatan; c. Seksi Kerjasama. (2) Tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Transmigrasi. Pasal 30 (1) Seksi Penyiapan mempunyai tugas : a. melaksanakan penyiapan bahan, penyusunan pedoman dan petunjuk teknis penyiapan calon transmigran; b. melaksanakan penyiapan identifikasi dan pemetaan potensi sasaran; c. melaksanakan penyuluhan ketransmigrasian; d. melaksanakan pendaftaran dan seleksi serta legitimasi calon transmigran. (2) Seksi Pemindahan dan Penempatan mempunyai tugas : a. melaksanakan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pemindahan dan penempatan; b. melaksanakan layanan penampungan dan perbekalan seperti akomodasi, konsumsi dan kesehatan;

c. melaksanakan bimbingan mental dan pemantapan calon transmigran; d. melaksanakan pengangkutan dan pengawalan transmigran. (3) Seksi Kerjasama mempunyai tugas : a. melaksanakan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan kerjasama ketransmigrasian; b. melaksanakan penyusunan potensi dan peluang kerjasama ketransmigrasian; c. melaksanakan kerjasama ketransmigrasian antar pemerintah daerah, swasta, lembaga/organisasi kemasyarakatan; d. melaksanakan pengendalian dan evaluasi kerjasama ketransmigrasian. Bagian Keduabelas Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pasal 31 (1) Di setiap Kotamadya dibentuk Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2) Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. (3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepaia Dinas dan secara taktis operasional kepada Walikotamadya yang bersangkutan. Pasal 32 (1) (2) Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas melaksanakan pelatihan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja, pembinaan, penyaluran dan penempatan tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial dan persyaratan kerja, pembinaan kesejahteraan ketenagakerjaan, perlindungan, pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan, serta kegiatan ketransmigrasian. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai fungsi : a. pelatihan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja; b. pembinaan, penyaluran dan penempatan tenaga kerja; c. pembinaan hubungan industrial dan persyaratan kerja; d. pembinaan kesejahteraan ketenagakerjaan; e. pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan; f. pengerahan dan pemindahan transmigrasi; g. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan rumah tangga.

(1) Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha;'' b. Seksi Pelatihan, Penempatan dan Produktivitas Tenaga Kerja; c. Seksi Hubungan Ketenagakerjaan; d. Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan; e. Seksi Transmigrasi. - (2) Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan tiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Pasal 34 (1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. menerima, mencatat dan menyampaikan surat masuk dan surat keluar; b. melakukan pengetikan dan penggandaan naskah dinas dan dokumen lainnya; c. mengurus dan memelihara kebutuhan perlengkapan dan barang inventaris kantor; d. melakukan kegiatan tata usaha kepegawaian, kesejahteraan pegawai dan pembinaan disiplin pegawai; e. mengurus gaji, insentif dan tunjangan pegawai; f. mengurus kegiatan kerumahtanggaan dan perpustakaan; g. menyusun laporan kegiatan suku dinas. (2) Seksi Pelatihan, Penempatan dan Produktivitas Tenaga Kerja mempunyai tugas : a. menyusun perencanaan dan program kerja, melakukan kegiatan pelatihan dan produktivitas tenaga kerja serta penyaluran penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja; b. melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan pelatihan/kursus yang dilakukan oleh lembaga swasta, pemerintah, dan perusahaan;?/\c\ melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada pengusaha kecil r dan menengah dalam rangka meningkatkan produktivitas tenaga kerja; d. melakukan bimbingan dan penyuluhan sertifikasi tenaga kerja; e. melakukan bimbingan dan penyuluhan terhadap tuna karya, tenaga kerja mandiri, pelaksanaan penempatan tenaga kerja, pemuda, wanita, penyandang cacat dan usia lanjut, serta kegiatan PJTJKI dan Bursa Kerja Khusus; f. melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada pencari kerja melalui bursa kerja; g. melaksanakan bimbingan teknis terhadap pelaksanaan antar kerja lokal (AKAL), antar kerja antar daerah (AKAD), dan antar kerja antar negara (AKAN). (3) Seksi Hubungan Ketenagakerjaan mempunyai tugas : a. menyusun perencanaan dan program kerja di bidang industrial

b. melakukan pembinaan terhadap organisasi pekerja dan pengusaha, persyaratan kerja, pengesahan peraturan perusahaan dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) serta pelaksanaan fasilitas/lembaga kesejahteraan pekerja, pengupahan dan jaminan sosial pekerja; c. melakukan pendidikan hubungan industrial; d. memfasilitasi kegiatan lembaga Tripartit; e. melakukan kegiatan pemerantaraan perselisihan hubungan industrial. (4) Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas : a. menyusun perencanaan dan program kerja di bidang pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan; b. melakukan penelitian berkas-berkas kecelakaan kerja, persyaratan pemberian izin penyimpangan waktu kerja dan permohonan izin kerja malam hari bagi pekerja wanita serta bimbingan terhadap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja wanita, anak-anak dan orang muda; c. melakukan penelitian terhadap permohonan izin dan pengesahan pemakaian pesawat uap, bejana tekan, pesawat angkat-angkut, instalasi listrik, instalasi pemadam kebakaran dan. mesin produksi; d. melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja dan peraturan ketenagakerjaan di perusahaan; e. melakukan tindakan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. (5) Seksi Transmigrasi mempunyai tugas : a. melakukan pemetaan potensi sasaran pengerahan transmigrasi; b. melakukan penyuluhan; c. melakukan pencatatan animo masyarakat mengenai program transmigrasi; d. melakukan pembinaan dan pelatihan calon transmigran; e. melakukan persiapan peserta pelatihan calon transmigran. Bagian Ketigabeias Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kecamatan Pasal 35 (1) Di setiap Kecamatan dibentuk Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2) Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kecamatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bt langgung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Suku Dinas dan secara taktis operasional kepada Camat yang bersangkutan.

Seksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tugas : Kecamatan mempunyai a. melakukan pendaftaran dan pendataan, tuna karya, fasilitas pembinaan tuna karya, perusahaan, pekerja, tempat penampungan calon pekerja dan atau pramuwisma, Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia dan Lembaga 'Pelayanan Penempatan Swasta; b. pemantauan atas pemanfaatan fasilitas pembinaan tuna karya, kegiatan pemberian^ pekerjaan yang bersifat darurat kepada tuna karya, penyaluran pramuwisma dan fasilitas kesejahteraan pekerja pada perusahaan; c. melakukanjt, penyebarluasan informasi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; dy melakukan pemetaan potensi sasaran pengerahan transmigrasi; melakukan penyuluhan ketransmigrasian; pencatatan animo calon transmigran; g. membuat laporan baik secara rutin maupun sewaktu-waktu mengenai kecelakaan kerja, perselisihan perburuhan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dan. ketransmigrasian. Bagian Keempatbelas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pasal 37 (1) Di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas sesuai dengan kebutuhan. (2) Pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Bagian Kelimabefas Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 38 (1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai 'tugas melakukan kegiatan dalam menunjang tugas dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai dengan keahliannya masing-masing. (2) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok yang dalam melaksanakah, tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dirias. (3) Sesuai dengan kebutuhan, Kelompok Jabatan Fungsional dapat dibagi ke dalam sub-sub kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.

(4) Jumlah subkelompok maupun tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan, sifat, jenis, dan beban kerja. (5) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IV TATA KERJA Pasal 39 (1) Dalam, melaksanakan tugasnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyelenggarakan hubungan fungsional dengan instansi terkait yang berhubungan dengan fungsinya. (2) Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi maupun dalam hubungan dengan instansi lain baik Pemerintah maupun swasta. Pasal 40 (1) Tiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Tiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing serta memberikan bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas. (3) Tiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. (4) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kepada atasan dan petunjuk kepada bawahan. BAB V KEPEGAWAIAN Pasal 41 Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

'M BAB VI KEUANGAN Pasal 42 Keuangan untuk pembiayaan kegiatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber dana- lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 43 Dengan berlakunya keputusan ini, maka ketentuan pelaksanaan yang mengatur organisasi dan tata kerja Dinas Tenaga Kerja dan Kanwil Tranmigrasi dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 44 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.