KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-111/MEN/2001 TANGGAL 31 MEI 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS PASAL 35A KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-78/MEN/2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS BEBERAPA PASAL KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI RUGI DI PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam pelaksanaannya, Pasal 35A Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP-78/MEN/2001 tentang Perubahan Atas Beberapa Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan memerlukan penyempurnaan, sehingga Pasal 35A Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP- 78/MEN/2001 perlu diubah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditetapkan dengan Keputuan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1227); 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang. Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2686); 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000; 4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja, dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan; 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP-78/MEN/2001 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PASAL 35A KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-78/MEN/2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS BEBERAPA PASAL KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP- 150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI RUGI DI PERUSAHAAN.
Pasal I Ketentuan Pasal 35A dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP- 78/MEN/2001 tentang Perubahan Atas Beberapa Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja, dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan diubah, sehingga selengkapnya berbunyi sebagai berikut : "Pasal 35A Dalam hal perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama memuat ketentuanketentuan pemberian uang pesangon, uang dan ganti kerugian melebihi ketentuanketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP-78/MEN/2001, maka ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama tersebut tetap berlaku". Pasal II Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 31 Mei 2001. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Mei 2001-06-07 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI, ttd. ALHILAL HAMDI
PERSANDINGAN POKOK-POKOK PERUBAHAN KEPMENAKER NO. KEP-150/MEN/2000, KEPMENAKERTRANS NO. KEP-78/MEN/2001 DAN KEPMENAKERTRANS NO. KEP-111/MEN/2001 KEPMENAKER KEPMENAKERTRANS KEPMENAKERTRANS NO. KEP-150/MEN/2000 NO. KEP-78/MEN/2001 NO. KEP-111/MEN/2001 Pasal 15 (1) Pasal 15 (1) Pekerja mangkir paling sedikit 5 (lima) hari, tanpa bukti tertulis, pengusaha melakukan proses PHK. (2) Tidak masuk kerja paling sedikit 5 (lima) hari karena mogok kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan, tidak dapat dianggap mangkir (1) Pekerja mangkir paling sedikit 5 (lima) hari tanpa bukti tertulis, pekerja dianggap mengundurkan diri secara tidak baik dan dapat diproses PHK. (2) Tetap (3) Tidak masuk kerja paling sedikit 5 (lima) hari karena mogok kerja yang tidak sesuai dengan peraturan, pekerja dinyatakan mangkir. Pasal 16 Pasal 16 Pengusaha melakukan skorsing sesuai ketentuan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama Upah skorsing selama 6 (enam) bulan setelah berakhir ditetapkan Panitia Daerah/Panitia Pusat Pasal 18 Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja karena pekerja melakukan kesalahan berat tetapi pengusaha tidak mengajukan permohonan ijin pemutusan hugungan kerja, maka sebelum ada putusan Panitia Daerah atau Panitia Pusat dan atau belum ada putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, upah pekerja selama proses dibayar 100% (seratus per seratus) Pengusaha dapat melakukan skorsing kepada pekerja/buruh apabila ketentuan skorsing telah diatur dalam Perjanjian Kerja atau Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama. Upah skorsing selama 6 (enam) bulan, setelah berakhir pengu-saha tidak wajib membayar upah, kecuali ditetapkan lain Panitia Daerah/Panitia Pusat Pasal 17A Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja tetapi pengusaha tidak mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan pemutusan hubungan kerja tersebut menjadi perselisihan, maka sebelum ada putusan Panitia Daerah atau Panitia Pusat, upah pekerja/buruh selama proses dibayar 100% (seratus per seratus)
Pasal 18 Pasal 18 (3) Terhadap kesalahan berat dapat dilakukan tindakan skorsing sebelum ijin PHK diberikan oleh P4D, P4P. (4) Pekerja yang di PHK karena kesalahan berat : (3) Terhadap kesalahan berat dapat dilakukan tindakan skorsing sebelum ijin PHK diberikan oleh P4D/P4P dengan ketentuan skorsing tersebut telah diatur dalam PK atau PP atau PKB. (4) Pekerja yang di PHK karena kesalahan berat : a. Tidak berhak uang pesangon a. Tidak berhak uang pesangon b. Berhak uang penghargaan masa kerja b. Tidak berhak uang c. Berhak yang ganti kerugian c. Berhak yang ganti kerugian Pasal 26 Pasal 26 Pekerja mengundurkan diri secara baik mendapat uang dan ganti kerugian sesuai Pasal 23 dan Pasal 24 Kepmenaker- 150/2000 (1) Pekerja mengundurkan diri secara baik tidak mendapat uang penghargaan masa kerja tetapi mendapat ganti kerugian. (2) Syarat mengundurkan diri secara baik : a. Permohonan tertulis diajukan 30 (tiga puluh) hari sebelumnya b. Tetap bekerja sampai pengunduran diri c. Tidak dalam ikatan dinas (3) Pengusaha harus memberi jawaban permohonan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari, apabila tidak menjawab dianggap menyetujui Pasal 26A Pengusaha dan Wakil Pekerja/Serikat Pekerja dapat membatasi jumlah pekerja yang dapat mengundurkan diri secara baik dalam periode tertentu. Pasal 31 Pasal 31 (1) PHK karena usia pensiun dan diikut-sertakan dalam program Pensiun : (1) PHK karena usia pensiun dan diikut-sertakan dalam program Pensiun : - Tidak mendapat uang pesangon - Tidak mendapat uang pesangon - Tidak mendapat uang - Tidak mendapat uang
- Tidak mendapat uang ganti kerugian (Seluruh Pasal 24). - Tidak mendapat uang ganti kerugian, khusus penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan (Pasal 24 huruf d). (2) Manfaat/Jaminan Pensiun lebih kecil dari 2 kali uang Pesangon, 1 kali Uang Penghargaan Masa Kerja dan 1 kali ganti Kerugian, khusus penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan (Pasal 24 huruf d) selisihnya dibayar pengusaha. (3) PHK karena usia pensiun dan tidak diikut-sertakan program pensiun mendapat 2 kali uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja dan 1 kali ganti kerugian. Pasal 32 A (1) Uang penghargaan masa kerja untuk setiap PHK tidak diberikan apabila pekerja ikut program pensiun. (2) Dalam hal besarnya manfaat pensiun lebih kecil dari uang Penghargaan Masa Kerja, selisihnya dibayar pengusaha. Pasal 35 A Pasal 35 A Perjanjian kerja atau Dalam hal perjanjian kerja peraturan perusahaan atau atau peraturan perjanjian kerja bersama perusahaan atau yang menetapkan pemberian perjanjian kerja bersama uang pesangon, uang membuat ketentuanketentuan pemberian dan ganti kerugian berdasarkan uang pesangon, uang Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia dan ganti kerugian Nomor KEP-150/MEN/2000, melebihi ketentuanketentuan dalam maka sejak berlakunya Keputusan Menteri ini harus Keputusan Menteri dengan sendirinya Tenaga Kerja dan penetapan uang pesangon, Transmigrasi Nomor KEPuang penghargaan masa 78/MEN/2001, maka kerja dan ganti kerugian ketentuan-ketentuan didasarkan kepada dalam perjanjian kerja Keputusan Menteri ini. atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama tersebut tetap berlaku.