EPP. Vol. 8 No :

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans P) DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

PENGELOLAAN USAHA TANI JAHE PUTIH DI KELURAHAN SEMPAJA KECAMATAN SAMARINDA UTARA KOTA SAMARINDA

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser)

PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI LOA GAGAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA BUNGA PUTIH KECAMATAN MARANG KAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Larassati Purwandrini Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN TOMAT DI DESA GUNUNG INTAN KECAMATAN BABULU DARAT KABUPATEN ENAJAM PASER UTARA

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

72 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

AGRITECH : Vol. XVIII No. 2 Desember 2016: ISSN :

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PEPAYA (Carica papaya L) HAWAI DENGAN CALIFORNIA DI MUANG DALAM KELURAHAN LEMPAKE KECAMATAN SAMARINDA UTARA

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

ANALISIS PENDAPATAN POLA TANAM BERUNTUN TANAMAN HORTIKULTURA DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DEMONSTRASI PLOT PADI SAWAH

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

281 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DURIAN DI DESA SIGASO KECAMATAN ATINGGOLA KABUPATEN GORONTALO UTARA

KONTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KARET TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KAMPUNG MENCIMAI

291 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN Elektronik

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI ALPUKAT PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SEMARANG

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

OPTIMALISASI LAHAN USAHATANI TOMAT DAN MENTIMUN DENGAN KENDALA TENAGA KERJA (PENDEKATAN PROGRAM LINIER)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI TOMAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN API-API KECAMATAN BONTANG UTARA

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

41 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

SISTEM PEMASARAN TOMAT (Lycopersicum esculentum L. Mill.) DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BONEMARAWA KECAMATAN RIOPAKAVA KABUPATEN DONGGALA

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TANI TERUNG DI DESA TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA. Intisari

KELAYAKAN USAHATANI BAWANG DAUN (Allium fistulosum) DI DESA PINANG HABANG KECAMATAN WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG

ECONOMIC ANALYSIS OF AGRIBUSINESS PAPAYA HAWAII IN NORTH PONTIANAK

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

e-j. Agrotekbis 2 (2) : , April 2014 ISSN :

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN

TATANIAGA AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR COST AND REVENUE ANALYSIS OF RICE FARMING IN KARANGANYAR REGENCY

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN BUNGKU BARAT KABUPATEN MOROWALI

BAB III METODE PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI DESA BABULU DARAT KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

KERAGAAN USAHATANI MINA PADI

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica juncea L.) DI KELURAHAN LANDASAN ULIN UTARA KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

77 ZIRAA AH, Volume 42 Nomor 1, Pebruari 2017 Halaman e - ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI SAWI (Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan) JURNAL ILMIAH

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

Volume 9 No. 1 April 2017

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

PROFITABILITAS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

Transkripsi:

EPP. Vol. 8 No. 2. 2011: 28-32 28 ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (Income Analysis and Break Event Point of Cucumber Farming in Bangunrejo Village Tenggarong Seberang Subdistrict Kutai Kartanegara Regency) Wahyu Dwi Fuji Lestari, Nella Naomi D dan M. Najib Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda 75123 ABSTRACT Purpose this research is to know sum of cucumber farmer income and break event point selling price, production volume and revenue break event point in Bangunrejo Village Tenggarong Seberang Subdiatrict Kutai Kartanegara Regency. This research was done February until April 2009 with research location in Bangunrejo Village Tenggarong Seberang Subdiatrict Kutai Kartanegara Regency. Using data in this research as primer data s and secunder data s. Primer data s have get with directly observation in research location and interview with respondent s using series quisioner. Taken sampling method using Simple Random Sampling from summary of farmer to cucumber farming as count 192 farmer s. with used precision value 15% until have getted 36 respondents. Result of this research showing as income of cucumber faring as count Rp 216,792,683.33 with average Rp 6,022,018.68 responden -1. And break event point selling price as count Rp 1,177.05 kg -1, such as break event point production volume as count 8,765.81 kg, such as for revenue break event point as count Rp 9,100,796.83 with propert width 0,42 ha. Keyword :break event point, production volume, cucumber. PENDAHULUAN Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional, karena selain bertujuan untuk menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Keadaan alam indonesia memungkinkan untuk dilakukan pembudidayaan berbagai jenis tanaman pangan, baik lokal maupun berasal dari luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam bisnis tanaman pangan dan hortikultura (Haryanto, 1996). Berbagai jenis sayuran yang dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia, memberikan sumbangan cukup besar terhadap keanekaragaman bahan pangan bergizi bagi penduduk. Selain itu dengan adanya keanekaragaman tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi ekonomi rumah tangga petani dan negara. Salah satu dari berbagai jenis sayuran tersebut adalah mentimun. Petani dalam melakukan usahataninya mengharapkan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan (keuntungan) yang tinggi. Untuk itu, petani perlu menghitung untung rugi dengan membuat analisis secara ekonomi. Dari hasil analisis tersebut petani akan dapat melihat perkiraan besarnya biaya yang akan dikeluarkan dan berapa keuntungan yang akan diperoleh, selain itu petani harus dapat memilih usahatani yang lebih menguntungkan. Sebagian besar penduduk di Desa Bangun Rejo bermata pencaharian sebagai petani. Usahatani padi merupakan yang dominan diusahakan petani, namun adapula jenis tanaman lain yang diusahakan oleh petani tersebut yaitu mentimun. Hasil yang diproduksi biasanya untuk dikonsumsi sendiri sebagai bahan pangan dan ada pula yang dijual dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja petani itu sendiri dan dengan dibantu oleh tenaga kerja keluarga/luar keluarga, sedangkan untuk sarana produksi yang digunakan adalah benih, pupuk, dan pestisida.

Analisis Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Mentimun (Cucumis sativus L.) 29 (Wahyu Dwi FL., Nella Naomi D. dan M. Najib) Tabel 1. Data Produksi mentimun dan Luas panen di Kecamatan Tenggarong Seberang Tah Jumlah Lu un Produksi as Panen Mentimun (ton) (ha) 200 6.553 1.6 3 22.143 86 200 16.141 1.6 4 19.045 86 200 2.269 1.5 5 17 200 1.9 6 44 200 1.5 7 00 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Timur, 2008 Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Timur (2007) menunjukkan bahwa produksi mentimun di Kecamatan Tenggarong Seberang pada tahun 2006 sebesar 19.045 ton dengan luas tanam 1.944 ha sedangkan pada tahun 2007 jumlah produksi sebesar 2.269 ton dengan luas tanam 1.500 ha. Analisis titik impas dapat dilakukan untuk membuat keputusan usahatani dalam hal ini mengetahui batas minimum volume produksi, harga penjualan, dan penerimaan sehingga petani dapat merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan usaha yang sedang berjalan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Produksi adalah usaha manusia untuk menciptakan dan menambah nilai atas barangbarang sehingga barang-barang tersebut berguna bagi manusia (Tohir, 1993). Partadiredja (1998) produksi adalah segala kegiatan menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain. Ditambahkan oleh Sudarsono (1995), produksi adalah suatu usaha yang mengkombinasikan berbagai faktor produksi untuk mendapatkan sejumlah hasil produksi yang ditetapkan secara ekonomis dan efisien. Menurut Soekartawi (2003), hasil akhir dari suatu produksi dalam pertanian atau lainnya dapat bervariasi disebabkan oleh perbedaan kualitas yang dihasilkan, bila kualitas produk itu baik berarti usahatani tersebut dilaksanakan dengan baik dan sebaliknya bila usahatani yang dilakukan tidak baik maka kualitas produk yang dihasilkan juga tidak baik. Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi tersebut (Sukirno, 2002). Menurut Daniel (2002), biaya dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya alat-alat pertanian, sewa lahan, mesin pertanian, dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaranpengeluaran untuk bibit, pupuk dan pestisida. Dalam usahatani, petani harus membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen yang disebut dengan biaya pengeluaran atau biaya produksi. Biaya dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu : Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dipakai dalam satu masa produksi. Contoh : penyusutaan alat, bangunan pertanian, dan lain-lain. Biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi. Contoh : pupuk, pertisida, benih, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Menurut Soekartawi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : Faktor biologis, seperti lahan pertanian dengan tingkat kesuburannya, benih dan pupuk. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja ataupun tingkat pendapatan. Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani akan menambah hasil produksi bila setiap tambahan produksi tersebut akan menaikkan jumlah penerimaan yang akan diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan outputnya (Budiono, 2002). Sedangkan menurut Soekartawi (2003) penerimaan adalah banyaknya produksi total dikalikan harga atau biaya produksi (banyaknya input dikalikan harga). Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan (Rp) (Suratiyah, 2006).

EPP. Vol. 8 No. 2. 2011: 28-32 30 Pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil kotor (bruto) dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan biaya produksi dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usahatani (Mubyarto, 1994). Sedangkan menurut Mosher (1985), pendapatan di bidang pertanian adalah produksi yang akan dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama kegiatan usahatani. Produksi dinyatakan dalam bentuk fisik (output) yang dihasilkan melalui proses biologis dari hewan ataupun tumbuhan. Ditambahkan oleh Hendriksen (1993), bahwa konsep dasar pendapatan adalah merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu. Selain itu Prayitno dan Arsyad (1997), menambahkan bahwa pendapatan petani dari usahataninya dapat diperhitungkan total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari: Pengeluaran untuk input, misalnya bibit, pupuk, pestisida. Pengeluaran untuk upah tenaga kerja luar dan keluarga. Pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit. Menurut Soekartawi (2003), menyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diterima dari seluruh hasil penjualan barang dan produksi. Pendapatan bersih yaitu selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran atau biaya produksi. Selanjutnya Soedarsono (1995) menyatakan pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut : Pengamatan langsung (observasi) yaitu meneliti dengan mengadakan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti secara langsung. Wawancara yaitu melalui komunikasi langsung dengan petani mentimun di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, instansi terkait, dan sumber lain yang dapat menunjang penelitian ini. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana ( Simple Random Sampling ) dari jumlah petani yang mengusahakan tanaman mentimun sebanyak 192 petani. Untuk menghitung besarnya sampel digunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiono (1993) sebagai berikut : N n 1 N( e) Di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = tingkat presisi sebesar 15% 192 n 36,09 36 2 1 192(0,15) Dari hasil perhitungan jumlah sampel dalam penelitian adalah 36 responden dengan nilai presisi 15 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Biaya Produksi dalam penelitian ini meliputi biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap meliputi biaya sarana produksi (pupuk, pestisida, dan benih) dan biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tetap adalah biaya penyusutan alat. Penerimaan usahatani mentimun diperoleh dari hasil kali produksi mentimun dengan harga jual yang berlaku dipetani. Dan pendapatan diperoleh selisih penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan petani. 2

Analisis Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Mentimun (Cucumis sativus L.) 31 (Wahyu Dwi FL., Nella Naomi D. dan M. Najib) Tabel 10. Rata-rata biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani mentimun dengan luas tanam rata-rata 0,42 ha No Uraian Jumlah (kg,rp, mt -1, lt,hok, Satuan (Rp, kg, lt,buah) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Biaya tidak tetap Biaya Saprodi Benih Pupuk Pupuk kandang KCL Urea SP-36 phonska Pestisida Antrakol Rodomil Regen Ranat Spontan Ditan Subtotal Biaya Tenaga kerja Pengolahan lahan Pemasangan mulsa Penanaman Pemasangan ajir Pemupukan Penyiangan Penyomprotan Pemanenan Subtotal Biaya Tetap Biaya penyusutan alat Cangkul Parang Arit Sprayer Mulsa Ajir Subtotal buah) 295,69 8.518,25 90,83 51,25 264,64 96,22 0,47 1,53 1,81 3,46 0,88 0,41 44,84 7,37 8,15 7,27 20,91 13.94 11,12 40,52 3,44 3,39 3,42 1,69 5,28 8.472,22 1.351,67 330,56 2.591,67 1.400 1.600 1.756,94 69.972,22 90.000 100.000 60.000 35.000 66.000 131,527,78 68.750,00 70.972,22 362.500,00 493.750,00 200 Nilai (Rp mt -1 ) 399.944,44 3.704.890,28 497.895,83 4.602.730,55 5.286.877,78 4.723.414,35 Total Biaya 14.585.342,13 PENERIMAAN Produksi 12.391,39 1.663,89 20.607.361,11 PENDAPATAN 6.022.018,98 Titik Impas Harga Penjualan 1.177,05 Titik Impas Volume Produksi 8.765,81 Titik Impas Penerimaan Sumber: Data primer, 2009 Biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani mentimun di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanega adalah Rp. 525.072.316,67 mt -1 dengan rata rata Rp. 14.585.342,13 mt -1 responden 1 (Lampiran 13). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usahatani mentimun adalah biaya penyusutan alat. Alat yang digunakan adalah cangkul, 9.100.796,83 parang, arit, sprayer, mulsa dan ajir. Jumlah biaya penyusutan alat adalah Rp. 170.042.916,67 mt -1 dengan rata-rata Rp. 4.732.414,35 mt -1 responden -1. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk usahatani mentimun di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan adalah biaya

EPP. Vol. 8 No. 2. 2011: 28-32 32 pengolahan lahan, pemasangan mulsa, penanaman, pemasangan ajir, pemupukan, penyiangan, penyemprotan dan pemanenan (Lampiran 12). Jumlah hari orang kerja pada usahatani mentimun adalah sebesar 5.567,61 HOK -1 mt -1 dengan rata-rata Rp. 154,66 HOK -1 mt -1 responden -1. Tenaga kerja yang diperhitungkan adalah nilai dengan standar penuh tenaga kerja yang berlaku di lokasi penelitian. Upah yang berlaku untuk pria adalah Rp. 35.000 hari -1 sedangkan untuk wanita adalah Rp. 30.000 hari -1, rincian penggunaan hari orang kerja dapat dilihat pada Lampiran 10. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk usahatani mentimun adalah Rp. 190.327.600,00 mt -1 dengan rata-rata Rp. 5.286.877,78 mt -1 responden -1 (lampiran 11). Benih yang digunakan yaitu Hercules jumlah benih yang digunakan sebesar 10.645,00 gr mt -1 dengan rata-rata 295,69 gr mt -1 responden -1 dengan harga rata-rata Rp. 1.351,67 gr -1 responden -1, jumlah biaya benih yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 14.398.000,00 mt -1 dengan rata-rata Rp. 339.944,44 mt -1 responden -1. Pupuk yang digunakan oleh responden di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara adalah pupuk kandang, KCL, SP- 36, Phonska, dan urea. Rata-rata harga dari masing-masing pupuk untuk usahatani mentimun yaitu pupuk kandang Rp. 329,17 kg -1, KCL Rp. 2.591,67 kg -1, SP-36 Rp. 1.600 kg -1, Phonska Rp. 1.756,94 kg -1, Urea Rp. 1.400,00 kg -1. Jumlah biaya penggunaan pupuk untuk usahatani mentimun adalah Rp. 133.130.300,00 mt -1 dengan rata-rata Rp. 3.698.063,89 mt -1 responden -1. Pestisida yang digunakan oleh responden di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara ialah Antrakol, ridomil, regen, ranat, spontan dan ditan. Ratarata harga dari masing-masing pestisida untuk usahatani mentimun sebesar, Antrakol Rp. 69.792,22 kg -1 Ridomil Rp. 90.000,00 Lt -1, Regen Rp. 100.000,00 Lt -1, Ranat Rp. 60.000,00 Lt -1, Spontan Rp. 35.000,00 Lt -1 dan ditan Rp. 66.000,00 kg -1 Jumlah biaya pestisida yang dikeluarkan untuk usahatani mentimun sebesar Rp.17.173.500,00 mt -1 dengan rata-rata Rp. 497.895,83 mt -1 responden -1. Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari usahatani mentimun selama satu musim tanam. Jumlah produksi yang diperoleh dari 36 responden petani mentimun sebesar 446.090,00 kg mt -1 dengan rata-rata 12.391,39 kg mt -1 responden -1. Penerimaan diperoleh dari hasil kali produksi dengan harga jual. Harga yang berlaku di tingkat responden di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara adalah Rp. 1.663,89 kg -1. Dari hasil perhitungan dapat diketahui jumlah penerimaan dari 36 responden mentimun di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanega adalah Rp. 741.865.000,00 mt -1 dengan rata-rata Rp. 20.607.361,11 mt -1 responden -1. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama kegiatan usahataninya. Berdasarkan pada perhitungan tersebut, maka jumlah pendapatan dari 36 responden mentimun di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebesar Rp. 216.792.683,33 mt -1 dengan rata-rata Rp. 6.022.018,68 mt -1 responden -1. Titik Impas Usahatani Mentimun Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai titik impas penerimaan usahatani mentimun adalah Rp. 9.100.796,83 mt -1 (Lampiran 16). Berarti usahatani mentimun mengalami keadaan tidak untung dan tidak rugi atau impas jika penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 9.100.796,83 mt -1. Penerimaan yang diperoleh petani jauh lebih besar yaitu sebesar Rp 20.607.361,11 mt -1 responden -1, dimana dalam hal tersebut petani mengalami keuntungan. Hasil analisis data penelitian untuk nilai titik impas volume produksi usahatani mentimun adalah 8.765,81 kg mt -1 (Lampiran 16). Berarti usahatani mentimun mengalami tidak untung dan tidak rugi atau impas jika produksi yang diperoleh sebesar 8.765,81 kg mt - 1. Produksi yang diperoleh petani sebesar 12.391,39 kg mt -1 responden -1, ini berarti usahatani mentimun mengalami keuntungan. Hal ini disebabkan perawatan mentimun sangat baik, sehingga menghasilkan produksi yang besar. Produksi mentimun hendaknya terus ditingkatkan agar keuntungan petani meningkat. Titik impas harga penjualan usahatani mentimun sebesar Rp 1.177,05 kg -1 mt -1 (Lampiran 16). Berarti usahatani mentimun mengalami keadaan tidak untung dan tidak rugi pada harga penjualan Rp 1.177,05 kg -1. Harga mentimun yang ditetapkan petani adalah sebesar Rp 1.663,89 kg -1 responden -1. Hal ini menunjukkan petani telah mengalami keuntungan. Petani hendaknya menjual hasil usahataninya pada saat harga sedang tinggi, oleh karena itu kegiatan usahatani harus direncanakan dengan baik agar saat panen

Analisis Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Mentimun (Cucumis sativus L.) 33 (Wahyu Dwi FL., Nella Naomi D. dan M. Najib) merupakan waktu yang tepat untuk menjual hasil usahataninya. Jika jumlah produksi yang dihasilkan berlebih maka harga jual akan rendah, dan sebaliknya jika produksi rendah harga akan tinggi karena harga ditentukan oleh tingkat produksi. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan : 1. Pendapatan usahatani mentimun sebesar Rp. 216.792.683,33 dengan rata-rata Rp 6.022.018,68 responden -1 dengan skala usaha 0,42 ha. 2. Titik impas harga penjualan usahatani mentimun Rp. 1.177,05 kg -1, untuk titik impas volume produksi 8.765,81 kg, dan untuk titik impas penerimaan sebesar Rp. 9.100.796,83 responden -1 dengan skala usaha rata-rata 0,42 ha. Daftar Pustaka Balai Penyuluh Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Tenggarong Seberang. 2008. Program Penyuluh Pertanian Desa Bangunrejo 2008. BPKK, Tenggarong Seberang. Budiono. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. no.1 (Ekonomi Mikro). BPFE, Yogyakarta. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Partadiredja, A. 1998. Pengantar Ekonomi. BPFE, Jakarta. Prayitno, H dan L. Arsyad. 1997. Petani desa dan kemiskinan. BPFE. Yogyakarta. Rukmana. 2005. Budidaya Mentimun. Kanisius, Yogyakarta. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta. Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swaday,. Bogor Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. T, Guritno. 1993. Kamus Ekonomi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Tohir, K.A. 1993. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani. Bina Aksara, Jakarta. Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Keuangan. Ekonosia, Jakarta. Dinas Tanaman Pangan Kalimantan Timur. 2007. Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 1996. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta. Hendriksen, S.J. 1993. Teori akuntansi. Erlangga. Jakarta. Kamarudin. 1982. Manajemen Produksi. Alumni, Bandung. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi 3. LP3ES, Jakarta. Mosher, A.T. 1985. Getting agriculture moving. Diterjemahkan oleh Krisnandhi dan B. Samad. Menggerakkan dan membangun pertanian. Yasaguna. Jakarta.