BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
TEGANGAN DAN REGANGAN

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

1. PERUBAHAN BENTUK 1.1. Regangan :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Menguasai Konsep Elastisitas Bahan. 1. Konsep massa jenis, berat jenis dideskripsikan dan dirumuskan ke dalam bentuk persamaan matematis.

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

BAB 11 ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

BAB 3 METODE PENGUJIAN

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

III. METODOLOGI PENELITIAN

Tension, Compression and Shear

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

BebanAksial(lanjutan)

Percobaan L-2 Hukum Joule Uraian singkat : Dasar teori:

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

SIMAK UI Fisika

1. Tegangan (Stress) Tegangan menunjukkan kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk benda. Perhatikan gambar berikut

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

Antiremed Kelas 11 FISIKA

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE PEGAS DINAMIK

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

Semoga Tidak Mengantuk!!!

Arus Listrik dan Resistansi

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

SIMAK UI 2017 Fisika. Soal SIMAK UI Fisika

BAB 6 SIFAT MEKANIK BAHAN

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

P F M P IPA P A U P U I

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

Susana Endah Sri Hartati, 2016 Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Dengan Menyisipkan Predict-Observe-Explain (POE) Pada Tahap Explore

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1)

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

KARAKTERISASI SENSOR STRAIN GAUGE. Kurriawan Budi Pranata, Wignyo Winarko Universitas Kanjuruhan Malang

METODE UJI UJI KUAT TEKAN BETON UJI MODULUS ELASTISITAS BETON UJI KUAT TARIK BAJA

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

TEORI LISTRIK TERAPAN

P F M P IPA P A U P U I

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

SELAMAT DATANG. Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung

Analisis Elektromotansi Termal antara Pasangan Logam Aluminium, Nikrom dan Platina sebagai Termokopel

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Bab III Elastisitas. Sumber : Fisika SMA/MA XI

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

P F M P IPA P A U P U I

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

PEGAS DAUN DENGAN METODE HOT STRETCH FORMING.

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP

drimbajoe.wordpress.com

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

PENDAHULUAN. berkaitan dengan Modulus Young adalah elastisitas. tersebut berubah.untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009 UJIAN SEMESTER GANJIL

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

Uji Kompetensi Semester 1

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Elongasi dan Regangan Bahan Proses penyambungan adalah merangkai dua konduktor yang terpisah menjadi satu rangkaian. Menyambung konduktor dengan selongsong penyambung tekan (Compression sleeve) merupakan salah satu cara proses penyambungan yang banyak digunakan dalam transmisi tenaga listrik. Suatu bahan yang telah diproduksi menjadi berbentuk selongsong tersebut mempunyai beberapa sifat mekanis seperti kekuatan, kekerasan dan keuletan. Apabila bahan menerima gaya akan mengalami perubahan bentuk. Jika suatu gaya P bekerja pada selongsong penyambung tekan dengan luas penampang A, maka terjadi tegangan mekanis (stress) pada selongsong tersebut. Tegangan mekanis adalah gaya yang bekerja pada bahan per satuan luas, dan dirumuskan sebagai:...(2.1) dengan: ζ P A : Tegangan mekanis yang terbagi rata. : Beban yang dikenakan pada bahan. : Luas penampang bahan. 5

Bila suatu selongsong lurus diberi beban tarik, selongsong tersebut akan bertambah panjang. Jumlah pertambahan panjang disebut regangan (ε) yaitu jumlah pertambahan panjang per satuan panjang, dan dirumuskan sebagai:...(2.2) dengan: ε δ L : Regangan aksial. : Elongasi. : Panjang batang. Untuk kondisi dimana tegangan mekanis berbanding lurus dengan regangan, dapat dirumuskan sebagai:...(2.3) dengan E adalah modulus elastisitas (Young s modulus) bahan. Dengan memasukan persamaan (2.1) dan (2.2) ke dalam persamaan (2.3), maka didapatkan persamaan untuk perubahan bentuk total dari selongsong yang dibebani secara aksial dengan beban tarik atau beban tekan....(2.4) 6

Gambar 2.1: Elongasi Beban Tarik dan Beban Tekan pada Selongsong Bila selongsong diberi beban tarik atau beban tekan, regangan yang terjadi tidak hanya dalam arah aksial (ε), tetapi juga dalam arah lateral (έ). Kedua regangan tersebut saling berbanding lurus, sejauh dalam batas-batas hukum Hooke [3], dan dikenal sebagai angka pembanding Poisson (Poisson s ratio) atau μ.... (2.5) Gambar 2.2: Regangan Aksial dan Regangan Lateral 7

2.2 Hambatan Sambungan Rangkaian ekivalen dari contoh uji dapat digambarkan sebagai berikut: (a) Sambungan konduktor ACSR dengan selongsong tekan (b) Sambungan contoh uji (c) Rangkaian ekivalen hambatan sambungan Gambar 2.3: Sambungan Konduktor dan Rangkaian Ekivalen 8

Dari gambar 2.3 tersebut, maka: R ts = R c1 + R j1 + R ss + R j2 + R c2...(2.6) dengan: R ts : Hambatan total sambungan. R c1, R c2 : Hambatan bagian konduktor 1 dan 2 yang tersambung. R j1, R j2 : Hambatan bidang kontak antara konduktor 1 dan 2 dengan selongsong. R ss : Hambatan bagian selongsong yang tersambung. dan:...(2.7)...(2.8)...(2.9)...(2.10)...(2.11) Karena bagian konduktor dan bagian bidang kontak antara konduktor dengan selongsong yang tersambung dianggap sama, maka: R c1 = R c2 = R c...(2.12) 9

R j1 = R j2 = R j...(2.13) Sehingga persamaan (2.6) dapat disederhanakan menjadi:...(2.14) Proses penyambungan dengan selongsong tekan dilakukan dengan menempatkan rangkaian konduktor dan selongsong ke dalam cetakan yang berbentuk segi enam sama sisi. Penekanan dilakukan pada beberapa bagian ruas di sepanjang selongsong. Gambar 2.4: (a) Cetakan Penyambung Tekan; (b) Setelah Proses Penyambungan Menurut persamaan (2.4) dan (2.5), setelah dilakukan pengerutan dengan mengenakan gaya tekan secara radial, maka akan terjadi elongasi pada selongsong tekan. Jika semua contoh uji mempunyai konduktor, selongsong tekan, dan dikenakan gaya tekan yang sama (kecuali urutan pelaksanaan pengerutan pada ruas-ruas selongsongnya dibuat berbeda, yang menyebabkan panjang bidang 10

tekannya berbeda), maka semua variabel dalam persamaan (2.14) dianggap konstan kecuali Lss. Sehingga: Rts = cs1 + cs2. Lss..(2.15) dengan: cs1, cs2 : Konstanta hasil penyambungan. Lss : Panjang sambungan pada selongsong tekan. Persamaan (2.15) menunjukkan besarnya hambatan total sambungan merupakan fungsi dari panjang sambungan yang terbentuk. 2.3 Kesetimbangan Temperatur Jika arus listrik I mengalir melalui sambungan yang mempunyai hambatan R, maka terjadi rugi-rugi daya P yang dirumuskan dengan persamaan:...(2.16) Adanya rugi-rugi daya ini, yang didisipasikan dalam bentuk energi kalor, akan menaikkan temperatur sambungan. Semakin besar nilai hambatannya maka semakin tinggi pula kalor yang ditimbulkannya. Grafik perubahan temperatur sambungan mengikuti perubahan arus ditampilkan sebagai hubungan temperatur waktu oleh fungsi perubahan arus, seperti pada gambar 2.5. Sesaat sebelum perubahan arus (t = 0 - ), temperatur sambungan tetap seperti temperatur setimbang awal (Ti). Kemudian sesaat setelah kenaikan arus (t = 0 + ), 11

temperatur sambungan mulai naik akibat timbulnya kalor oleh rugi-rugi daya dalam sambungan. Gambar 2.5: Hubungan Temperatur-Waktu oleh Fungsi Perubahan Arus Kenaikan temperatur sambungan akan terus terjadi sampai tercapai temperatur setimbang yang baru (T m ). Hubungan antara temperatur dan waktu yang menggambarkan keadaan transien sampai setimbang, dirumuskan dengan persamaan : [4]...(2.17) dengan: T : Kenaikan temperatur. T m : Temperatur setimbang akhir. t : Waktu η t : Konstanta waktu termal 12

Bentuk grafik seperti itu dikenal sebagai grafik model persamaan laju pertumbuhan saturasi. Rumus umum persamaan tersebut adalah: [5]... (2.18) Jika variabel y dan x persamaan (2.18) diganti menjadi variabel temperatur T dan waktu t, maka:... (2.19) Sedangkan konstanta waktu termal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 63% dari keadaan setimbang. Nilai konstanta tersebut bergantung kepada hambatan dan kapasitas termal konduktor, serta dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: [4]...(2.20) dengan η t : Konstanta waktu termal R t : Hambatan termal C t : Kapasitas termal Secara grafis, konstanta waktu termal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: [6] T 63% = T i + 0,63.(T m T i )...(2.21) dengan: 13

T 63% : Temperatur pada 63% dari temperatur setimbang akhir. T i : Temperatur mula Selanjutnya nilai temperatur T 63% tersebut dipotongkan ke grafik kenaikan temperaturnya untuk mendapatkan nilai konstanta waktu termal pada sumbu mendatar, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6. Gambar 2.6: Konstanta Waktu Termal 14

BAB III PENGUJIAN TEMPERATUR SAMBUNGAN SELONGSONG TEKAN DENGAN VARIASI TEKNIK PENYAMBUNGAN 3.1 Persiapan Contoh Uji Sembilan selongsong tekan dibagi menjadi 3 kelompok uji. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 contoh uji dan diberikan kode uji sesuai arah urutan penekanan yaitu (1) TU, untuk urutan penekanan dimulai dari bagian tengah ke arah masing-masing ujung selongsong, (2) UU, untuk penekanan dimulai dari satu ujung ke ujung lainnya dan (3) UT, untuk penekanan dimulai dari masing-masing ujung ke bagian tengah selongsong. Bahan uji: a. Konduktor ACSR Leghorn : 18 potong @ 50 cm Kawat terpilin dengan 7 inti kawat baja dan 12 kawat aluminium. Diameter inti St dan Al : 2,69 mm Luas penampang konduktor : 68 mm 2 Diameter luar Arus nominal [7] : 13,5 mm : 271 Ampere pada 75 o C b. Selongsong tekan (compression splice) : 9 unit 15

Merek Bahan Panjang Diameter luar Diameter dalam : Dervaux : Aluminium (Al alloy) : 39 cm : 2,3 cm : 1,40 cm Gambar 3.1 : Selongsong Tekan dan Konduktor ACSR 3.2 Proses Penyambungan Tempat : PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali Unit Pelayanan Transmisi Banten. Setiap selongsong tekan digunakan untuk menyambung dua konduktor. Susunan rangkaian sambungannya seperti gambar 3.2. Kemudian rangkaian sambungan tersebut diletakan dalam rahang cetak alat penyambung tekan. Penekanan dilakukan sebanyak 5 kali pada selongsong sambungan. 16

(a) Diagram sambungan UU TU UT (b) Sambungan yang diuji Gambar 3.2 : Sambungan Konduktor dengan Selongsong tekan Keterangan gambar: L Lc a c d : Panjang selongsong tekan = 39 cm. : Panjang bagian konduktor yang masuk ke selongsong = 18,5 cm. : Panjang bagian selongsong yang tidak ditekan = 6 cm. : Panjang tumpang tindih penekanan = 2 cm. : Lebar tapak tekan = 7 cm. Jarak antar ujung konduktor dalam selongsong = 2 cm. Panjang konduktor = 50 cm. 17

Gambar 3.3 : Urutan Pelaksanaan Penekanan Sesuai Kode Uji 3.3 Pelaksanaan Pengujian Tempat : Laboratorium Daya PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan. Tahapan pelaksanaan pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Membuat rangkaian pengujian yang menghubungkan sumber arus dengan contoh uji, dan menempelkan ujung sensor termokopel pada titik-titik tekan di selongsong sambungan. b. Menghidupkan sumber arus dan mengalirkan arus ke rangkaian pengujian sebesar 100% arus nominal atau 271 A konstan. Pengukuran temperatur sambungan secara otomatis oleh alat ukur yang digunakan dengan interval 18

waktu 1 menit, sampai didapatkan perubahan temperatur kurang dari 1 o C pada t = 1 jam. Gambar 3.4 : Rangkaian Pengujian c. Melakukan proses pendinginan contoh uji sehingga temperaturnya sama dengan temperatur ruangan. d. Menaikkan arus pengujian menjadi 120% arus nominal atau 325 A konstan. Kemudian mengukur temperatur sambungan sama seperti pada langkah huruf (b) di atas. 3.4 Hasil Pengukuran Dua besaran yang diukur dalam pengujian ini sebagai data hasil pengujian adalah arus uji dan temperatur sambungan. Arus uji diukur dengan menggunakan ampere meter tipe clamp on. Sedangkan pengukuran temperatur sambungan dilakukan pada 5 titik tekan di selongsong sambungan dengan menggunakan 19

sensor termokopel yang menempel kuat padanya. Pengukuran dilakukan secara otomatis dan terekam dalam memori komputer yang terhubung pada alat ukur. Data hasil pengukuran dapat dilihat dalam lampiran L3. 20