BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

Konsep Multi Level Marketing?

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

LAMPIRAN. Penghargaan Tianshi Group dan Mr Li Jin Yuan. Produk Terbaik dan Penghargan Barang-barang Konsumen Berpenampilan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya ialah sistem pemasaran jaringan atau network marketing atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perkembangan dunia usaha saat ini, banyak timbul persaingan bisnis

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam era globalisasi dewasa

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Multi Level Marketing (MLM). Sudah lebih dari sepuluh jenis multi level yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN PT SINGA LANGIT JAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI

TANTANGAN BLITZ 6 MINGGU

Biz. Consultant. Retail : 25 % Rp 500 rb - 2 Jt/ bulan. Senior Consultant. Retail : 35 % Rp 2-3 Juta/ bulan. Success Builder.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

DUTA BUSINESS SCHOOL

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

30 Contoh Pertanyaan Wawancara Kerja dan Jawabannya

E-book for new member volume 5 Tabel system bisnis Oriflame dan penjelasannya.

Sponsor Anda : HAZIAH, S.Pi. ID No. : PARADIGMA UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. ( Artinya saat ini, kelas menengah Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170 / PMK.07/ 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT.Melia Sehat Sejahtera

ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) INDRA THAMRIN I

BAB V PENUTUP. PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah perusahaan satu-satunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu hidup bersama dengan individu lainnya sehingga

BAB VI PERMASALAHAN YANG DI HADAPI

KONTEN TENTANG AIA LATAR BELAKANG STUDI RANGKUMAN. HASIL TEMUAN PENTING Kualitas hidup Keamanan finansial Pensiun Keluarga dan pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. BPK Perwakilan Provinsi Lampung selama bulan Desember Tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi ditahun telah menghancurkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional Indonesia menuju negara maju tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat konsumen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2000 TENTANG

ABSTRAK. Kata kunci : gaya kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, disiplin kerja

KUESIONER. Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang mewakili anda dan ikutilah petunjuk pengisian yang ada.

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

APAKAH ITU PROGRAM MAU BONUS RP 2 MILIAR?

BAB I PENDAHULUAN. dapat terhindarkan. Kita sebagai manusia tidak dapat melawannya. Terdapat beberapa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

BAB IV PELAKSANAAN KKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena iklan mampu menunjang usaha penjualan yang dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang akan dicapai, baik berupa laba yang

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 8 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

Disampaikan dalam Latihan Manajemen Organisasi Fakultas Teknik Universitas Mataram 12 November 2016

STREES DAN BOSAN...?!?!?

BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK

PERTUMBUHAN E- COMMERCE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi, karena didalam sebuah organisasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sangat vital, meskipun berbagai faktor lain yang dibutuhkan itu telah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syariah yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan, hingga Januari 2015

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wirausaha 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Agribisnis

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana utama dalam pembentukan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama suatu perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang menggunakan sistem pemasaran berupa MLM (Multi level

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2014

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... iv. Daftar Lampiran... iv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia yang baik merupakan kunci sukses tercapainya tujuan instansi.

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menginjak era globalisasi dan dalam menyongsong era persaingan pasar

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, karakter setiap pemain dan menciptakan kekompakan.

Lampiran 1: Panduan Wawancara Pemilik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

BAB I PENDAHULUAN. PN Taspen memperoleh kantor sendiri di Jl. Merdeka no 64 Bandung.

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

TRIK CEPAT MEMBESARKAN JARINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Semangat Kerja. Mathis (2002) mengatakan masalah semangat kerja di dalam suatu

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Strategi Perekrutan Prospek di Multi Level Marketing Tiens Kota Medan Naila Vellayati. Abstrak

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

KELOMPOK, ORGANISASI & KEPEMIMPINAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)

BAB I PENDAHULUAN. instansi agar dapat bertahan dan berkembang dalam proses operasinya.

Transkripsi:

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER Penerapan gaya kepemimpinan leader networker yang terjadi di PT Singa Langit Jaya Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan organisasi. Faktor-faktor tersebut dikaji berkaitan dengan penerapan gaya kepemimpinan leader networker dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di berbagai bidang kegiatan. 6.1 Karakteristik Leader Networker CH adalah laki-laki berumur 36 tahun yang saat ini berposisi Bintang Delapan dan menjadi leader networker PT Singa Langit Jaya Kota Bogor. Latar belakang CH berasal dari keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya selalu mengajarkan kerja keras dan hidup mandiri. Berkat kerja kerasnya itulah CH bisa menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Beliau merupakan alumni Institut Pertanian Bogor angkatan 29 Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Setelah lulus kuliah beliau sempat tujuh tahun bekerja sebagai karyawan perusahaan asuransi terbesar Indonesia di Kota Bogor. Posisi terakhir beliau di perusahaaan tersebut adalah Branch Manager. Sampai akhirnya tahun 2005 beliau berkenalan dengan HP (36 tahun) yang mengajak beliau untuk bergabung dengan MLM PT Singa Langit Jaya. Sebelumnya CH sempat bersikap negatif terhadap MLM, namun setelah mendengarkan dan bertemu langsung dengan pemasar terkaya Asia Pasifik LT (36 tahun) akhirnya CH bergabung. Pada awalnya CH menjalankan bisnis MLM Tianshi secara paruh waktu di sela-sela

55 waktu istirahat kerja dan setelah pulang kerja. Saat posisi CH mencapai Bintang Lima, CH memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan dan fokus membangun bisnis Tianshi. Melalui perjuangan dan semangat pantang menyerah akhirnya saat ini CH telah mencapai posisi Bintang Delapan dengan jaringan mencapai 15 ribu orang lebih, dengan penghasilan pasif puluhan juta per bulan. Tidak hanya itu, CH juga memiliki kebebasan waktu yang tidak CH dapatkan sewaktu bekerja. CH merupakan panutan bagi jaringan-jaringannya. CH juga telah berhasil membantu dua orang jaringannya mencapai posisi Bintang Delapan. Saat ini CH sedang mengejar reward mobil mewah yang ditargetkan dicapai pada tahun 2011 mendatang. Karakteristik leader networker merupakan salah satu dari ketiga faktor yang penting untuk dibahas berkaitan untuk memahami cara-cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh leader networker yang bersangkutan. Karakteristik leader networker yang dibahas meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut leader networker dalam mengambil keputusan. Latar belakang pendidikan leader networker merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan. Pada paparan di atas telah dijelaskan bahwa leader networker memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu seorang sarjana. Tingkat pendidikan tersebut tampak sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang dilakukan leader networker. Hal tersebut, diungkapkan leader networker CH (36 tahun). Dalam hal pengambilan keputusan pada berbagai kegiatan di bisnis MLM Tianshi faktor pendidikan saya yang sampai sarjana sangat berpengaruh dan bermanfaat untuk pengembangan bisnis saya. Selama saya kuliah saya juga mengikuti organisasi kemahasiswaan. Pengalaman, kepememimpinan

56 dan kerja sama selama di organisasi kemahasiswaan juga sangat membantu saya saat ini. Selain tingkat pendidikan leader networker, faktor kepribadian juga merupakan salah satu aspek karakteristik leader networker yang dapat mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan. Dari hasil wawancara dengan jaringan-jaringan aktif leader networker, diketahui bahwa leader networker memiliki kepribadiaan yang cenderung phegmatis dan perhatian terhadap jaringannya. Seperti contoh, dengan penerapan gaya kepemimpinan konsultatif yang dominan dalam pengambilan keputusan leader networker, dapat menghasilkan berbagai keputusan yang berguna berkaitan dengan kegiatan yang terjadi di organisasi MLM Tianshi. Hal tersebut dinyatakan oleh salah seorang jaringan AN (21 tahun). Menurut pendapat saya, Pak CH memiliki kepribadian yang phegmatis. Beliau juga sangat perhatian terhadap jaringan saya, beliau selalu siap apabila diminta bantuannya untuk membantu presentasi dan follow up di grup saya. Faktor pengalaman juga merupakan salah satu karakteristik leader networker yang dapat mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan. Pengalaman yang didapat seseorang merupakan guru yang terbaik dalam kehidupan. Semakin kaya seseorang dengan pengalaman maka semakin dewasa dan bijaksanalah seseorang dalam menjalani kehidupan ini. Seperti halnya leader networker CH (36 tahun) telah kaya akan pengalaman terutama di dunia MLM. Sebelum di MLM Tianshi, saya pernah tiga kali join dan aktif mengembangkan MLM lain yang berbeda. Dari ketiga MLM tersebut saya jalankan dalam rentang waktu selama 4 tahun lebih, namun hasil yang didapat menurut saya tidak sesuai dengan kerja keras yang saya lakukan. Makanya saya sempat negatif dan anti-mlm ketika Pak HP (36 tahun) menawarkan Tianshi. Namun, setelah mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh sekolah bisnis Tianshi, Unicore, kemudian saya diajak ke Bandung untuk melihat bukti langsung orang yang telah berhasil dan

57 berubah hidupnya dari menjalankan bisnis Tianshi barulah saya menjadi yakin dan percaya. Sejak saat ini saya mulai aktif dan serius menjalankan bisnis Tianshi. Pengalaman saya selama empat tahun lebih di MLM sebelumnya banyak memberi saya manfaat dan pelajaran, saya tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah saya buat sebelumnya. Saya teachable mengikuti upline saya. Hasilnya seperti yang bisa dilihat, saat ini saya punya passive income puluhan juta rupiah per bulan, mobil dan rumah pribadi serta kebebasan waktu. Nilai-nilai yang dianut leader networker menjadikan leader networker memiliki acuan atau pedoman dalam memimpin jaringannya. Berkaitan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengungkapkan. Dalam kepemimpinan di jaringan saya, saya selalu menekankan kepada semua jaringan saya agar mereka bekerja mengikuti Peta Aset Unicore. Peta Aset Unicore adalah tujuh langkah sederhana yang dirumuskan oleh leader-leader yang telah berhasil meraih reward Tianshi. Tujuh langkah sederhana tersebut terdiri dari impian, daftar nama, buat janji, presentasi, tindak lanjut, pemakai produk, dan alat bantu. Dari ketujuh langkah tersebut, langkah pertama yaitu impian adalah yang paling menentukan seseorang untuk sukses. Sisanya adalah hal teknis, bisa dipejari dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh sekolah bisnis Unicore. Selain itu, nilai-nilai seperti kerja sama antar upline-downline, semangat kerja keras dan pantang menyerah juga sangat penting dan saya tekankan untuk semua jaringan saya. 6.2 Karakteristik Networker Penerapan gaya kepemimpinan leader networker selain dipengaruhi oleh karakteristik leader networker dapat pula dipengaruhi oleh karakteristik networker yang dipimpinnya. Networker memiliki beraneka karakteristik seperti tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman. Pada MLM Tianshi Kota Bogor di bawah grup leader networker CH (36 tahun) dari jaringan yang aktif sejumlah 20 orang, 50 persen merupakan lulusan perguruan tinggi dan 50 persen lagi merupakan lulusan SMA/SMK sederajat. Adanya perbedaan dalam hal tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

58 kemampuan networker dalam melaksanakan pekerjaannya. Berkaitan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) menyatakan. Dalam jaringan saya, tingkat pendidikan setiap jaringan mempengaruhi kinerja mereka. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan S1 biasanya lebih berhasil dan perkembangan jaringannya lebih cepat dibandingkan mereka yang tingkat pendidikannya SMA. Dalam memberikan pengarahan dan konsultasi kepada jaringan saya tersebut tentu saya membedakan perlakuan di antara keduanya. Jaringan saya yang sarjana biasanya saya menjelaskan tidak sedetail yang SMA. Saya lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang delegatif dan partisipatif terhadap jaringan saya yang pendidikannya sarjana sementara terhadap jaringan saya yang pendidikannya SMA saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang konsultatif. Selain tingkat pendidikan, usia juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Dari hasil wawancara dan kuesioner didapatkan bahwa sebanyak 65 persen networker berusia 15-25 tahun, 30 persen berusia 25-40 tahun, dan lima persen yang berusia >41 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden dan leader networker menunjukkan bahwa networker yang berusia muda (15-25 tahun) biasanya lebih mudah diberikan masukan dan pengarahan dibandingkan dengan usia lebih tua. Selain itu, di usia tersebut juga rata-rata networker memiliki kinerja yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun). Menurut saya, networker yang usia muda, biasanya mahasiswa, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan yang lain. Selain itu, mereka juga gampang diajarin dan mengerti sistem. Ibarat kendaraan yang berjalan di jalan tol, saya tinggal mengarahkan arah mereka supaya sampai di tempat tujuan dengan selamat. Saya biasa menerapkan gaya kepemimpinan direktif dan delegatif terhadap jaringan saya yang berusia lebih muda, sementara untuk yang berusia lebih tua saya menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif. Status perkawinan juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Dari hasil wawancara diketahui bahwa networker yang belum

59 menikah cenderung lebih gampang diarahkan dan mengikuti sistem dibandingkan dengan networker yang telah menikah. Hal ini karena networker yang telah menikah memiliki tanggungan keluarga dan beban mental yang lebih berat dibandingkan dengan networker yang belum menikah. Sehubungan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengatakan. Menurut saya, networker yang belum menikah lebih gampang diarahkan dan mengikuti sistem dibandingkan networker yang telah menikah. Saya gampang mengarahkan mereka karena mereka belum memiliki beban hidup dan tanggungan keluarga sehingga lebih aktif bekerja. Saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang direktif dan delegatif terhadap jaringan yang belum menikah dan terhadap jaringan yang telah menikah saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif. Pengalaman yang dimiliki networker juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Networker yang memiliki pengalaman mengikuti MLM lain sebelum Tianshi cenderung lebih gampang untuk diarahkan dan lebih cepat mengikuti sistem. Hal ini dikarenakan networker tersebut sedikit banyak mempunyai pengetahuan atau wawasan dunia MLM dari MLM yang sebelumnya diikutinya. Sehubungan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengatakan. Networker yang pernah join di MLM lain biasanya pada awalnya memang sulit untuk diyakinkan dan diajak bergabung Tianshi. Tapi setelah mereka berhasil diyakinkan, mereka cenderung bergerak lebih cepat pengembangan bisnisnya karena punya pengalaman di MLM yang lain tersebut. Ditambah lagi kita punya sekolah bisnis Unicore yang sudah teruji dapat melahirkan orang-orang sukses asalkan mereka mengikuti sistem dengan benar. Oleh karena mempunyai pengalaman sebelumnya, terhadap networker yang pernah join di MLM sebelumnya saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang direktif dan delegatif. 6.3 Situasi di Lingkungan Organisasi

60 Situasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan. Situasi tersebut meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker. Ketiga aspek tersebut berpengaruh sebagai faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan leader networker. Situasi atau keadaan lingkungan kerja Unicore mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker. Pada suatu situasi kerja tertentu, leader networker menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Pada situasi yang lain, leader networker menerapkan gaya kepemimpinan direktif, partisipatif, atau direktif. Hal tersebut dinyatakan oleh CH (36 tahun). Situasi pada saat pertemuan yang diadakan support system Tianshi yaitu Unicore mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan saya. Misalnya saja pada saat pertemuan OPP biasa, dimana pesertanya dari prospek umum yang jumlahnya sekitar puluhan, tentu berbeda dengan pertemuan Vision Seminar yang pesertanya mencapai ratusan sampai ribuan. Pada saat Vision Seminar saya lebih menerapkan gaya kepemimpinan delegatif dimana saya memberikan kepercayaan setiap leader masing-masing grup untuk follow up dan closing prospeknya. Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang networker GF (28 tahun). Suasana pertemuan Unicore yang penuh semangat dari para pesertanya menular kepada peserta yang lain sehingga mereka ikut semangat juga. Dengan suasana tersebut prospek jadi lebih yakin dan percaya sehingga upline cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang delegatif. Selain suasana lingkungan pertemuan Unicore, situasi masalah pun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Umumnya, ketika situasi mengharuskan leader networker mengambil keputusan yang cepat karena keadaan mendesak, misalnya pernah terjadi ketika pembicara OPP berhalangan hadir karena sakit tapi baru memberitahukan

61 kabarnya pada saat menjelang pertemuan akan dimulai, maka leader networker menerapkan gaya kepemimpinan direktif dengan menunjuk salah seorang networker untuk menggantikan menjadi pembicara. Leader networker tidak bermusyarah atau berdiskusi terlebih dahulu dengan jaringannya yang lain karena waktu yang singkat dan mendesak tersebut. Bidang kegiatan networker juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Leader networker menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pada setiap bidang kegiatan, seperti yang diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun). Saya menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda tergantung pada bidang kegiatan tertentu. Misalnya dalam hal penentuan jadwal, saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif, sementara dalam bidang kegiatan pemakai produk saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan delegatif. 6.4 Ikhtisar Penerapan gaya kepemimpinan leader networker Tianshi dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik leader networker dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut leader networker dalam mengambil keputusan. Kedua, karakteristik networker yang meliputi tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman. Ketiga, situasi yang meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker.