BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion)

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK

BUKU PANDUAN MANUAL SKILL BLOK 18. SISTEM MUSKULOSKELETAL.

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

LAPORAN STATUS KLINIK

ANATOMICAL LANMARK Merupakan titik skeletal yang mudah teridentifikasi, berguna saat menetapkan lokasi pengukuran ukuran2 tubuh atau penentuan tempat

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

22/03/2016 MASYKUR KHAIR

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROSES FISIOTERAPI. riwayat penyakit, baik berupa anamnesis maupun pemeriksan. Sistematika

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR.

Tindakan keperawatan (Implementasi)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)

LAPORAN STATUS KLINIK Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi D III Fisioterapi

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

DISLOKASI SENDI PANGGUL

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sendi lutut berada di antara tulang femur dan tibia. a. Permukaan Artikulasi Sendi Lutut

CATATAN PERKEMBANGAN

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOTERAPI OLAHRAGA. Tim Penyusun : SyahmirzaIndraLesmana, SFT, SKM, M.Or Muhammad ZIkra, S.Ft Victor SieraNenga, S.

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus

PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK LIMB MOTOR EXAMINATION. Sistem Motorik Extremitas Superior Sistem Motorik Ekstremitas Inferior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITAL

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick

OSTEOARTHRITIS GENU (

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

Penjelasan Tentang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

PENERAPAN MODEL TERAPI LATIHAN UNTUK REHABILITASI CEDERA OLAHRAGAWAN. BM. Wara kushartanti, RL.Ambardini, Sumaryanti

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab, dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI

CEDERA KAKI Perhatian Dislokasi Panggul Mekanisme cedera Manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Ilustrasi sendi lutut yang sehat (kiri) dan sendi lutut yang telah cedera hingga mengalami osteoarthritis (kanan)

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Patella merupakan tulang sesamoid terbesar yang ada di tubuh, menduduki

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

Lampiran I [Daftar Riwayat Hidup]

PENDAHULUAN TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari Buku Keterampilan Diagnostik Pemeriksaan Muskuloskeletal ini diharapkan mahasiswa mampu :

Carpal tunnel syndrome


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PANDUAN KETRAMPILAN KLINIK 5 Bagian 2 Semester 5 TA.2016/2017

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional.

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT

PEMERIKSAAN LEOPOLD. Desiyani Nani

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Cedera Olahraga Pada Anak. Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

Gambar II.3. Postur Bayi 3 b. Square Window 3,4 Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

masukan sensoris pada sendi. Penelitian lain menjelaskan mengenai persarafan melalui dorsal rami dari akar saraf spinal L5-S4.

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA PEREMPUAN. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

Transkripsi:

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu Penyakit Dalam FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016

KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIS EXTREMITAS BAWAH TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisis extremitas bawah dan melakukan interpretasi dengan benar. SASARAN PEMBELAJARAN : Setelah mendapat pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan : 1. Mampu melakukan pemeriksaan fisis sendi Hip, Knee, Ankle, dan Telapak Kaki 2. Mampu melakukan interpretasi pemeriksaan extremitas bawah dengan benar MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN : 1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergency dan traumatology 2. Boneka manikin dewasa 3. Meteran

PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN EXTREMITAS BAWAH Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai dengan urutannya 2. Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya tapi tidak efisien 3. Mahir : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya dan efisien TS : Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan NO LANGKAH KLINIK KASUS A. Persiapan 1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan menjabat tangan pasien Mempersilakan pasien berbaring/berdiri Menjelaskan jenis pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, alasan dan manfaat pemeriksaan pada pasien Meminta persetujuan pasien Melakukan cuci tangan Meminta pasien membuka pakaian sebatas daerah yang akan diperiksa (sebaiknya ditemani oleh perawat) Pemeriksaan Hip 1 Inspeksi pada hip, lakukan dengan membandingkan kanan dan kiri, lakukan dari anterior, lateral, dan posterior a. Melakukan inspeksi dari anterior: Melihat apakah pasien menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat dan pada sisi sebelah mana Menilai apakah posisi tubuh pasien lurus ataukah terdapat kemiringan pada daerah pelvis Membandingkan warna kulit pada sendi dan daerah sekitar, nilai ada tidaknya hematom, echymosis, dll Menilai tanda-tanda kontraktur fleksi pada hip Menilai tanda-tanda wasting otot pada paha b. Menilai ada tidaknya edema c. Menilai posisi dan ada tidaknya deformitas hip: - Dislokasi posterior :hip dalam posisi fleksi, rotasi internal, dan adduksi. - Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal, sedikit fleksi, dan abduksi. - Fraktur femoral neck atau fraktur intertrochanter: pemendekan dan rotasi external - Kontraktur fleksi Hip: Fleksi menetap pada Hip d. Tes Trendelenburg : positif jika sisi yg mengalami dislokasi menumpu berat badan sedangkan sisi yg normal diangkat maka hip joint sisi normal akan terlihat lebih rendah dibanding sisi yg mengalami dislokasi. 2 Palpasi pada hip: selalu lakukan pada kedua sisi, selalu dilakukan sambil melihat ekspresi wajah pasien a. Memberikan penekanan ringan pada hip: nilai ada tidaknya nyeri tekan

b. Melakukan fleksi pada Hip: jika timbul nyeri maka mengindikasikan iritasi nervus Sciaticus yang dapat disebabkan oleh herniasi discus atau spasme piriformis c. Melakukan Palpasi pada jaringan otot (ada tidaknya spasme, nyeri): lakukan pada keempat kelompok otot secara simetris bilateral sebagai berikut: Kelompok flexor (kuadran anterior) Kelompok adductor (kuadran medial) Kelompok abductor (kuadran lateral) Kelompok extensor (kuadran posterior) d. Melakukan palpasi pada kontur tulang, menilai adanya nyeri: Anterior: SIAS, crista iliaca, trochanter major, tuberculum pubicum Posterior: SIPS, trochanter major, ischial tuberosity, articulation sacroiliaca e. Menilai status neurovaskular - Cedera pada nervus sciatic atau neurovascular dari femur dapat terjadi pada disokasi hip 4 Menilai ROM secara aktif dan pasif a. Menilai gerak flexi (Normal = 90 o - 120 o ): pada posisi supinasi tekukkan lutut kea rah dada b. Menilai gerak adduksi (Normal = 30 o ): pada posisi supinasi gerakkan kaki kea rah lateral c. Menilai gerak abduksi (Normal = 45 o ): pada posisi supinasi, gerakkan kaki kea rah medial d. Menilai gerak ekstensi (Normal = 10 o - 15 o ): pada posisi pronasi, angkat kaki kea rah menjauh dari tempat tidur pemeriksaan e. Menilai gerak external rotation (Normal = 45 o ): pada posisi pronasi, flexikan lutut kea rah luar (dapat dilakukan pada posisi duduk: kaki diarahkan ke lateral) f. Menilai gerak internal rotation (Normal = 35 o ): pada posisi pronasi, fleksikan lutut kea rah dalam (dapat dilakukan pada posisi duduk: kaki diarahkan ke medial) g. Menilai gerak retroversion (Normal = 15 o ) h. Menilai gerak anteroversion (Normal = 15 o ) Pemeriksaan Khusus Thomas Sign: Pasien dalam posisi supinasi Salah satu lutut diangkat ke dada Positif jika paha sisi berlawanan terangkat menjauhi meja

Leg Length Discrepancy Ukur panjang kaki sebenarnya (true length) dari pertengahan hip ke ankle Ukur apparent length dari umbilicus ke malleolus medialis Positif jika perbedaan >1cm Trendelenburg Test: Pasien diminta mengangkat salah satu lutut. Jika pelvis pada lutut yang diangkat naik negative normal Jika pelvis sisi berlawanan yang naik positif kekuatan otot abductor panggul yang berkurang

C. Pemeriksaan Knee: Pasien diperiksa dalam 3 posisi: berdiri, berjalan, dan berbaring Pemeriksaan harus selalu dilakukan dengan membandingkan kedua sisi (kanan dan kiri) 1 Inspeksi Knee: dilakukan dari anterior, lateral, dan posterior a. Menilai simetrisitas kiri dan kanan b. Menilai tanda-tanda inflamasi (kemerahan, edema), muscle wasting, perubahan warna kulit (hematom, echymosis, dll) c. Menilai tanda-tanda deformitas yang menetap: Tanda-tanda fraktur Tanda-tanda dislokasi Deformitas valgus atau varus: o Deformitas Varus: Ekstremitas distal berdeviasi secara medial terhadap sendi genu o Deformitas valgus: Extremitas distal berdeviasi secara lateral terhadap sendi genu 2 Palpasi Knee a. Raba lutut dan nilai suhu permukaan kulit, bandingkan dengan suhu bagian sekitarnya b. Lakukan palpasi pada kedua sisi patella dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk meraba ada tidaknya tanda-tanda udem dan nyeri di sepanjang patella hingga titik insersi tendon patella Jika terasa nyeri pada tuberculum tibialis mengindikasikan terjadinya apophysitis (Osgood-Schlatter disease) Jika terasa nyeri pada tendon patella mengindikasikan terjadinya cedera berulang (jumper s knee) Jika terasa nyeri pada apex patella mengindikasikan inflamasi pada kutub atas patella Jika terasa nyeri pada permukaan medial patella mengindikasikan terjadinya sindrom nyeri lutut anterior Jika terasa nyeri pada permukaan lateral patella mengindikasikan terjadinya pallatofemoral dysplasia c. Penilaian sudut patella Pegang kedua tepi patella dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk hingga tampak axis patella terhadap permukaan horizontal lutut. Normal jika tidak lebih dari 10 o.

d. Penilaian efusi (Tes ballotemen): o Letakkan satu tangan pada bagian superior patella dan satu pada bagian inferior o Ibu jari, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking digunakan untuk menggerakkan cairan synovial (tangan superior kea rah inferior, tangan inferior kea rah superior) dan jari telunjug digunakan untuk merasakan adanya ketukan patella (patellar tap), o Jika terdapat efusi, patella akan terasa melayang dan memantul kembali ketika ditekan ke bawah e. Menilai deformitas flexi yang menetap: o Pasien dalam posisi supinasi dan dalam kondisi relax o Mengangkat kedua tumit pasien dan menahannya pada ketinggian 10 cm atau lebih dari meja pemeriksaan o Lakukan penekanan pada deformitas lutut yang tampak f. Apprehension Sign. Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terjadi dislokasi. Pasien dalam posisi supinasi dengan lutut difleksikan 0 30 o. Secara perlahan dorong patella kea rah lateral. Positif jika pasien menghentikan/ meminta pemeriksa berhenti melakukan maneuver tersebut. g. Tes Patellar Grind Pemeriksaan ini dilakukan jika ada indikasi OA atau kerusakan cartilage. Letakkan tangan di depan lutut. Pasien diminta melakukan gerakan fleksi dan ekstensi. Positif jika teraba krepitasi atau patellar catching

h. Pemeriksaan Menisci Posisikan lutut pasien dalam keadaan flexi Tekan meniscus kea rah lateral atau medial Positif jika timbul nyeri 3 Pemeriksaan ROM knee a. Flexi (135 o ) Satu tangan diletakkan pada lutut, tangan yang lain pada telapak kaki. Pinggul dan lutut difleksikan, tumit digerakkan kea rah gluteus b. Extensi (0-15 o ) Pasien berbaring telentang dengan tungkai lurus Tangan tidak dominan memberikan fiksasi sedikit di sebelah atas lutut bagian dorsal (extensi) atau pada sedikit di sebelah atas lutut bagian ventral (hiperextensi), tangan dominan memegang sidikit di atas pergelangan kaki. Dengan tangan aktif, angkat tungkai bawah hingga maksimal c. Eksorotasi dan Endorotasi Pasien berbaring terlentang dengan lutut fleksi 90, kaki dorsi fleksi Letakkan tangan tidak dominan memegang tungkai atas pada sedikit di sebelah atas lutut bagian ventral, tangan dominan memegang kaki. Melalui kaki sebagai pengungkit, tangan aktif menggerakkan eksorotasi dan endorotasi hingga maksimal

d. Gerak pasif varus dan valgus (Tes fungsi ligamentum Collateral) Posisi pasien berbaring terlentang dengan lutut fleksi 30. Letakkan tangan tidak dominan memegang tungkai atas dari medial lutut, tangan dominan memegang tungkài bawah dari luar (varus) atau dari dalam (valgus) sedikit di atas pergelangan kaki. Tangan dominan menggerakkan tungkai bawah ke dalam (varus) dan ke luar (valgus). Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya rasa nyeri pada lig.collaterale laterae (varus) dan Iig.collaterale mediale (vagus) Valgus Varus

e. Tes menilai fungsi ligamentum cruciatum Tes Drawer Pasien dalam posisi supinasi dengan lutut flexi dan telapak kaki rapat pada meja pemeriksaan Genggam bagian proximal tibia dan angkat tibia kea rah anterior kemudian dorong kea rah posterior Pergerakan tibia berlebihan kea rah anterior mengindikasikan terjadinya robekan cruciatus anterior. Pergerakan tibia berlebihan kea rah posterior mengindikasikan terjadinya robekan cruciatus posterior. 4 Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan Khusus Menisci 1. Tes McMurray a. Posisi pasien telentang dengan panggul ± 110 fieksi, tungkai bawah maksimal feksi. b. Letakkan tangan tidak dominan pada tungkai atas sedekat mungkin dengan lutut, tangan dominan memegang kaki. c. Ekstensikan tungkai bawah disertai dengan tekanan ke valgus dan eksorotasi (positif: provokasi nyeri pada meniscus Iateralis dan bunyi kiik ) Medial Meniscus d. Ekstensikan tungkai bawah dengan tekanan ke varus dan endorotasi (positif: provokasi nyeri pada meniscus medialis dan bunyi kiik ) Lateral Meniscus

2. Tes Apley a. Posisi pasien telungkup dengan lutut fleksi ± 90. b. Letakkan kedua tanga pada telapak kaki disertai dengan pemberian tekanan vertikal ke bawah c. Putar kaki ke eksorotasi (kompresi pada meniscus lateralis) dan endorotasi (kompresi pada meniscus medialis), positif bila ada nyeri dan bunyi kiik. 3. Tes Steinman a. Posisi pasien telentang dengan lutut lurus b. Letakkan tangan dominan pada kaki, tangan lainnya memegang lutut dari arah depan dengan ibu jari memberi tekanan pada celah sendi bagian medial (letak berpindah-pindah) untuk provokasi nyeri tekan. c. Gerakkan tungkai bawah ke arah fleksi dan ekstensi, positif bila ada nyeri tekan yang berpindah letak saat posisi lutut (ROM) berubah.

Pemeriksaan Ankle Inspeksi Ankle a. Bandingkan kedua ankle kiri dan kanan b. Menilai perubahan warna kulit: tanda-tanda inflamasi, hematom, echymosis, dll c. Menilai deformitas Palpasi Ankle a. Raba dan bandingkan suhu permukaan kulit ankle dengan sekitarnya b. Berikan penekanan ringan pada ankle untuk menilai nyeri tekan Pemeriksaan ROM Ankle a. Pasien dalam posisi duduk, dengan tungkai bawah menggantung pada ujung meja pemeriksaan. b. Dorsoflexi: dilakukan oleh musculus tibialis anterior, extensor digitorum longus, dan extensor hallucis longus Minta pasien membengkokkan ankle dengan jari-jari menunjuk kea rah atas. Normal: 0-20 o c. Plantar Flexi : dilakukan oleh musculus gastroc/soleus, tibialis posterior, flexor hallucis longus, dan flexor digitalis longus Minta pasien mengarahkan telapak kaki kea rah lantai Normal : 0 50 o

d. Inversi Tarsal Joint: Dilakukan oleh musculus tibialis anterior Minta Pasien memutar telapak kakinya kea rah dalam Normal: 35 45 o e. Eversi Tarsal Joint: Dilakukan oleh musculus peroneus longus dan brevis Minta pasien memutar telapak kakinya kea rah luar Normal : 15-25 o Pemeriksaan Telapak Kaki Inspeksi Telapak kaki a. Perhatikan perubahan warna kulit pada jari-jari kaki dan sekitarnya b. Menilai adanya tanda-tanda inflamasi atau deformitas c. Perhatikan MTP-1 untuk melihat tanda-tanda inflamasi atau adanya tophy (Gout Arthritis) Setelah Melakukan Pemeriksaan: Jelaskan Hasil Pemeriksaan pada pasien Ucapkan terima kasih pada pasien Lakukan cuci tangan

Referensi Via E (2008). Orthopedic and Osteophatic Evaluation of the Knee. Virginia College of Osteophatic Medicine. Monteleone GP. Physical Exam Skills. West Virginia School of Medicine. Ankle Goniometry, Viewed on 30 March 2013, Available at http://www.lhup.edu/yingram/jennifer/webpage/ankle_goniometry.htm