PENGENALAN VISUAL BASIC

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN VISUAL BASIC

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biaya Overhead Pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA KA2083. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN SOUN CAP KETELA MAS TAMBAK. Dwi Suprajitno.

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

Metode Harga Pokok Proses. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai tujuan tertentu. Menurut Herlambang (2005:21), Data adalah faktafakta

Modul ke: Process Costing. Biaya produksi dengan metode process costing. Fakultas FEB. Minanari, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perbedaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Harga Pokok Proses. Keterangan Harga Pokok Pesanan Harga Pokok Proses Pengumpulan Biaya Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING. AKUNTANSI BIAYA EKA DEWI NURJAYANTI, S.P., M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soal Pilihan Ganda (bobot 30)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latihan Soal Akuntansi Biaya & Praktek (1)

SIKLUS KEGIATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

AKUNTANSI MANAJEMEN PREPARED BY YULI KURNIAWATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Cost Systems and Cost Accumulation. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

langsung Biaya Tenaga kerja

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

MET ME ODE P ODE ENOU EN MP OU ULAN U LAN HAROA POKOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

PENGERTIAN BIAYA DAN AKUNTANSI BIAYA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA MAKALAH HARGA POKOK PROSES

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh Hartinah dan Kaslani (2011);

Clara Susilawati,MSi

Modul ke: COST ACCOUNTING JOB ORDER COSTING. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 PENGENALAN VISUAL BASIC Visual Basic adalah bahasa pemograman tingkat tinggi GUI (General User Interface) dimana pengguna computer berkomunikasi dengan computer tersebut menggunakan gambar/grafik. Salah satu cara untuk mengaktifkan Visual Basic adalah menjalankannya dari Menu Start, pilih Microsoft Visual Basic 6.0 dan akhirnya pilih shortcut Microsoft Visual Basic 6.0. Setelah itu pilihlah Standard EXE, kemudian klik pada tombol Open. Maka akan muncul gambar dibawah ini: Menu Bar Main Toolbar Project Explorer Form Window Toolbox Code Windoww Properties Window Menu Bar berisi daftar menu dan perintah yang bisa digunakan dalam Visual Basic, kemudian Main Toolbar berisi perlengkapan dan fasilitas yang terdapat di Visual Basic, Toolbox berisi tools-tools yang sering digunakan dalam membuat program dalam Visual Basic tools ini bisa ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan, Project Explorer adalah window yang berisi nama project nama-nama form dan digunakan untuk menambah dan mengurangi form, Properties Window digunakan untuk memodifikasi form atau objek yang aktif. Dibawah ini kita akan membahas beberapa tools yang kita gunakan dalam praktikum ini: 1. Label : Kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai program. 2. Text Box : Untuk menampilkan teks dan pemakai dapat berinteraksi dengannya. 3. Command Button : Untuk membuat sebuah tombol pelaksana perintah. 4. Line : Untuk menggambar garis.

2 5. MaskEdBox : Untuk membuat kotak inputan. Cara Menambahkan Maskedbox Pada Toolbox 1. Klik kanan pada toolbox yang kosong. 2. Setelah itu pilih Components, cari dan beri tanda ceklis pada Microsoft Masked Edit Control 6.0 3. Setelah itu klik Apply lalu klik Ok. Input Proses Mb 1 Mb 2 Mb 3 Output Mb 4 Mb 5 Mb 6 Mb 7 Keterangan : Input merupakan tempat memasukkan data. Proses adalah inputan terakhir sebelum menghasilkan output (tempat memasukkan koding). Output adalah hasil yang didapat dari koding yang sudah dimasukkan dalam proses.

3 BAB I HARGA POKOK PRODUKSI A. Definisi Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan perlu menentukan harga pokok produksi yang dihasilkan, karena harga pokok itu merupakan salah satu faktor yang ikut memengaruhi penentuan harga jual dasar penentuan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengolahan perusahaan. Harga pokok produksi juga digunakan untuk menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. Suatu harga dapat diketahui jumlahnya dari jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu produk tersebut. Perhitungan harga pokok produksi dimulai dengan menjumlahkan biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sehingga diperoleh total biaya yang dibebankan pada pekerjaan pada setiap periode. Untuk menghitung harga pokok produksi secara tepat dan teliti, maka biaya yang harus dikeluarkan harus diklasifikasi menurut aliran-aliran biaya itu sendiri. Di dalam akuntansi yang konvensional, komponen harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. B. Komponen Biaya Harga Pokok Produksi Komponen biaya produksi dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis, total biaya produksi terdiri dari dua elemen yaitu, biaya manufaktur dan biaya komersial. Biaya manufaktur dapat disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku sering disebut

4 juga sebagai biaya utama sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut sebagai biaya konversi. Sedangkan biaya komersial adalah biaya yang timbul diluar dari kegiatan produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Biaya Bahan Baku Biaya ini timbul karena adanya pemakaian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang atau produk. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang. Biaya Overhead Pabrik Biaya ini timbul akibat pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan sebagainya. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

5 CONTOH KASUS HARGA POKOK PRODUKSI PT. SAMBER bergerak di bidang pembuatan sepatu pria. Pada bulan November 2015 perusahaan memproduksi 500 pasang sepatu pria dengan harga Rp 150.000 per pasang, berikut ini adalah rincian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan : 1. Pembelian bahan baku Rp 5.000.000, dan bahan penolong 40% dari pembelian bahan baku. 2. Ongkos angkut pembelian Rp 150.000 3. Potongan pembelian 4,5% dari pembelian bahan baku langsung. 4. Perusahaan menggaji 25 orang karyawan dengan gaji Rp 350.000 per bulan dan seorang manajer sebesar Rp 1.000.000. 5. Perusahaaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 445.000, biaya depresiasi pabrik sebesar Rp. 190.000, biaya asuransi pabrik Rp 100.000, biaya pabrik lain-lain sebesar Rp 280.000. 6. Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 800.000, biaya pemasaran Rp 700.000 7. Pajak sebesar 10% 8. 2% dari penjualan adalah potongan penjualan. Dibawah ini adalah data-data mengenai nilai persediaan perusahaan : Diminta : Persediaan (Inventory) Awal Akhir Bahan baku Rp 485.000 Rp 222.000 Barang dalam proses Rp 445.000 Rp 525.000 Barang jadi Rp 680.000 Rp 430.000 1. Hitung besarnya biaya bahan baku! 2. Hitung biaya overhead parik! 3. Hitung biaya produksi! 4. Hitung harga pokok produksi! 5. Hitung harga pokok penjualan! 6. Buat laporan laba rugi!

6 JAWABAN : 1. Menghitung besarnya biaya bahan baku Persediaan bahan baku awal Rp 485.000 Pembelian bahan baku Rp 5.000.000 Ongkos angkut pembelian Rp 150.000 + Rp 5.150.000 Potongan pembelian Rp 225.000 Pembelian bersih Rp 4.925.000 + Bahan baku siap digunakan Rp 5.410.000 Persediaan bahan baku akhir Rp 222.000 Biaya Bahan Baku Rp 5.188.000 2. Menghitung besarnya biaya overhead pabrik Bahan penolong Rp 2.000.000 Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 1.000.000 Biaya listrik pabrik Rp 445.000 Biaya asuransi pabrik Rp 100.000 Biaya depresiasi pabrik Rp 190.000 Biaya pabrik lain-lain Rp 280.000 + Biaya Overhead Pabrik Rp 4.015.000 3. Menghitung besarnya biaya produksi Biaya bahan baku langsung Rp 5.188.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 8.750.000 Biaya overhead pabrik Rp 4.015.000 + Biaya Produksi Rp 17.953.000 4. Menghitung besarnya harga pokok produksi Persediaan BDP awal Rp 445.000 Biaya produksi Rp 17.953.000 + Barang dalam proses Rp 18.398.000

7 Persediaan BDP akhir Rp 525.000 Harga Pokok Produksi Rp 17.873.000 5. Menghitung besarnya harga pokok penjualan Barang jadi awal Rp 680.000 Harga pokok produksi Rp 17.873.000 + Barang tersedia untuk dijual Rp 18.553.000 Persediaan barang jadi akhir Rp 430.000 Harga Pokok Penjualan Rp 18.123.000 6. Membuat laporan laba rugi PT. SAMBER INCOME STATEMENT NOVEMBER 2015 Penjualan 500 x Rp 150.000 Rp 75.000.000 Potongan penjualan 2% x Rp 75.000.000 Rp 1.500.000 Penjualan bersih Rp 73.500.000 Harga pokok penjualan Rp 18.123.000 Laba kotor Rp 55.377.000 Beban Usaha : Beban pemasaran Rp 700.000 Biaya administrasi dan umum Rp 800.000 + Jumlah beban Usaha Rp 1.500.000 Laba sebelum pajak Rp 53.877.000 Pajak (10% x Rp53.877.000) Rp 5.387.700 Laba setelah pajak Rp 48.489.300

8 KASUS HARGA POKOK PRODUKSI PT. BEGATUL bergerak di bidang pembuatan jaket kulit. Pada bulan Pebruari 2015 perusahaan memproduksi 250 buah jaket kulit dengan harga Rp 300.000 per buah, berikut ini adalah rincian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan : 1. Pembelian bahan baku Rp 5.000.000, dan bahan penolong 25% dari pembelian bahan baku. 2. Ongkos angkut pembelian Rp 200.000 3. Potongan pembelian 4% dari pembelian bahan baku langsung. 4. Perusahaan menggaji 15 orang karyawan dengan gaji Rp 200.000 per bulan dan seorang manajer sebesar Rp 1.500.000. 5. Perusahaaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 450.000, biaya depresiasi pabrik sebesar Rp. 200.000, biaya asuransi pabrik Rp 150.000, biaya pabrik lain-lain sebesar Rp 300.000. 6. Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 850.000, biaya pemasaran Rp 750.000. 7. Pajak sebesar 10%. 8. 5% dari penjualan adalah potongan penjualan. Dibawah ini adalah data-data mengenai nilai persediaan perusahaan : Diminta : Persediaan (Inventory) Awal Akhir Bahan baku Rp 650.000 Rp 600.000 Barang dalam proses Rp 650.000 Rp 750.000 Barang jadi Rp 700.000 Rp 500.000 1. Hitung besarnya biaya bahan baku! 2. Hitung biaya overhead parik! 3. Hitung biaya produksi! 4. Hitung harga pokok produksi! 5. Hitung harga pokok penjualan! 6. Buat laporan laba rugi!

9

10

11 BAB II HARGA POKOK PESANAN ( JOB ORDER COSTING ) Harga pokok pesanan (job order costing) adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan. A. Karekteristik Usaha Perusahaan yang produksinya Berdasarkan Pesanan 1) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi mulai dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya. 2) Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasinya yang ditentukan oleh pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain. 3) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang. B. Ciri Khusus Harga Pokok Pesanan 1) Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas. 2) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relative teliti dan adil. 3) Biaya produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu: a) Biaya Langsung (direct cost) meliputi biaya bahan baku (raw material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) yang dihitung berdasarkan biaya sebenarnya. b) Biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung yang dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. 4) Harga Pokok pesanan untuk setiap pesanan dihitung pada waktu pesanan selesai diproduksi.

12 5) Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan. 6) Untuk mengumpulkan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai kartu harga pokok pesanan (job order cost method). C. Manfaat Informasi Harga Pokok Pesan Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk: 1) Menentukan Harga yang akan dibebankan kepada pemesan 2) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan 3) Memantau realisasi produksi 4) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan 5) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. D. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan Harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan, dengan formula sebagai berikut : Biaya produksi untuk pesanan Rp xxx Biaya non produksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx + Total biaya pesanan /HP produk Rp xxx Laba yang diinginkan Rp xxx + Harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx Untuk menghitung biaya produksi suatu pesanan dihitung sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx + Biaya produksi Rp xxx

13 E. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan Untuk pengambilan keputusan, manajemen memerlukan informasi total harga pokok produksi pesanan yang bertujuan memberi perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan tidak mengalami kerugian. Cara perhitungannya sebagai berikut : Biaya produksi pesanan : Taksiran biaya bahan baku Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Rp xxx Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx + Total taksiran biaya produksi Rp xxx Biaya non produksi : Taksiran biaya adm & umum Rp xxx Taksiran biaya pemasaran Rp xxx + Taksiran total biaya non produksi Rp xxx + Total taksiran harga pokok pesanan Rp xxx F. Memantau Realisasi Biaya Produksi Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima. Hal ini digunakan untuk memantau apakah proses produksi untuk memenuhi pesanan tersebut menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Cara perhitungannya sebagai berikut : Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx + Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx G. Menghitung Laba atau Rugi Tiap Pesanan Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi, yang dihitung sebagai berikut : Harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx

14 Biaya produksi pesanan tertentu: Biaya bahan baku Rp xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx + Total biaya produksi pesanan Rp xxx - Laba / rugi bruto Rp xxx H. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan Dalam Neraca Biaya yang melekat pada pesanan yang selesai diproduksi namun belum diserahkan kepada pemesan pada tanggal neraca, disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum selesai pada tanggal neraca, disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

15 CONTOH KASUS HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING) TOKO IKI SPORT menerima pesanan dengan nomor IKS3295 untuk membuat 9.500 Bola yang harus diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3 departemen, yaitu departemen X adalah departemen pemotongan bahan baku, Departemen Y adalah departemen penjahitan dan Departemen Z adalah departemen penyelesaian. Berikut ini informasi yang dibutuhkan : Bahan baku utama Rp700.000/jam TKL Bahan baku tambahan Rp250.000/jam TKL KETERANGAN DEPT. X DEPT. Y DEPT. Z Jumlah jam TKL 4.500 jam 6.000 jam 7.200 jam Upah langsung Rp.26.500/jam Rp.35.000/jam Rp.40.000/jam Jam mesin yang digunakan 3.000 jam 4.500 jam 5.500 jam Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen X sebesar Rp. 425.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 40.000 jam TKL, Departemen Y sebesar Rp.550.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 55.000 JM, dan Departemen Z sebesar Rp. 680.000.000 dengan kapasitas direncanakan 80.000 JM. Harga jual per unit 70% dari total biaya produksi per unit. Diminta: 1. Hitung total harga pokok produksi 2. Hitung harga jual 3. Buatlah kartu harga pokok pesanan

16 JAWABANCONTOH KASUS : 1. MENGHITUNG TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI BBB Utama : Rp. 700.000 x 4.500 = Rp. 3.150.000.000 Tambahan : Rp. 250.000 x 4.500= Rp. 1.125.000.000 + Total BBB Rp. 4.275.000.000 BTK Dept X : 4.500 x Rp. 26.500 = Rp. 119.250.000 Dept Y : 6.000 x Rp. 35.000 = Rp. 210.000.000 Dept Z : 7.200 x Rp. 40.000 = Rp. 288.000.000 + Total BTK Rp. 617.250.000 BOP Tarif dept X : Rp.425.000.000 / 40.000 = Rp. 10.625/jam Tarif dept Y : Rp. 550.000.000 / 55.000 = Rp. 10.000/jam Tarif dept Z : Rp. 680.000.000 / 80.000 = Rp. 8.500/jam BOP dept X : Rp. 10.625 x 3.000 = Rp. 31.875.000 BOP dept Y : Rp. 10.000 x 4.500 = Rp. 45.000.000 BOP dept Z : Rp. 8.500 x 5.500 = Rp. 46.750.000 Total BOP RP. 123.625.000 + Jumlah harga pokok produksi Rp. 5.015.875.000 2. MENGHITUNG HARGA JUAL PER UNIT Harga jual per unit = (Rp 5.015.875.000 X 70%) / 9.500 = Rp. 369.590,7895

17 3. KARTU HARGA POKOK PESANAN TOKO IKI SPORT JL Pekan Raya Jakarta Telp : (021) 9887575 JOB ORDER COST SHEET ORDER NO : IKS3295 To : M. F. Halariwibisono Production : Bola Quanttity : 9.500 Unit Character : Directly Date : 02/03/2016 Subscription 1. Raw Material Cost Prime Rp 3.150.000.000 Addition Rp 1.125.000.000 Total Cost Rp. 4.275.000.000 2. Direct Labor Cost Dept X : 4.500 x Rp. 26.500 = Rp. 119.250.000 Dept Y : 6.000 x Rp. 35.000 = Rp. 210.000.000 Dept Z : 7.200 x Rp. 40.000 = Rp. 288.000.000 + Total Cost Rp. 617.250.000 3. Factory Overhead Cost Dept X : Rp. 10.625 x 3.000 = Rp. 31.875.000 Dept Y : Rp. 10.000 x 4.500 = Rp. 45.000.000 Dept Z : Rp. 8.500 x 5.500 = Rp. 46.750.000 + Total Cost Rp. 123.625.000 Total Production Cost Rp. 5.015.875.000

18 KASUS HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING) FITS PROJECT menerima pesanan dengan nomor FPR17216 untuk membuat 1.500 Flannel yang harus diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3 departemen, yaitu departemen B adalah departemen pemotongan bahan baku, Departemen R adalah departemen penjahitan dan Departemen O adalah departemen penyelesaian. Berikut ini informasi yang dibutuhkan : Bahan baku utama Rp500.000/jam TKL Bahan baku tambahan Rp250.000/jam TKL KETERANGAN DEPT. B DEPT. R DEPT. O Jumlah jam TKL 2.000 jam 3.000 jam 4.500 jam Upah langsung Rp.4.000/jam Rp.6.000/jam Rp.9.000/jam Jam mesin yang digunakan 2.500 jam 3.000 jam 3.500 jam Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen B sebesar Rp. 120.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 20.000 jam TKL, Departemen R sebesar Rp.160.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 40.000 JM, dan Departemen O sebesar Rp. 180.000.000 dengan kapasitas direncanakan 90.000 JM. Harga jual per unit 85% dari total biaya produksi per unit. Diminta: 4. Hitung total harga pokok produksi 5. Hitung harga jual 6. Buatlah kartu harga pokok pesanan

19

20 BAB III HARGA POKOK PROSES PENGANTAR A. Definisi Harga Pokok Proses (Process Costing) Harga pokok prooses (Process Costing) merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara : Total biaya produksi selama periode tertentu jumlah satuan produk yang dihasilkan selama jangka waktu yang Metode harga pokok proses pengantar ini merupakan metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu : 1. Diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi. 2. Diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. 3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan : Produk hilang pada awal proses Produk hilang pada akhir proses B. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses 1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar 2. Produk ysng dihasilan dari bulan ke bulan 3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. C. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi 1. Menentukan harga jual produk 2. Memntau realisasi biaya produksi 3. Menghitung laba atau rugi periodik

21 4. Menetukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

22 CONTOH KASUS I HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) SATU DEPARTEMEN PT. SUKA SUKA mengolah produk secara massa melalui satu departemen produksi, dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang dihasilkan. Data produksi bulan Agustus 2016 sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp. 5.000.000 Biaya bahan penolong Rp. 7.500.000 Biaya tenaga kerja Rp. 11.250.000 Biaya overhead pabrik Rp. 16.125.000 Total biaya produksi Rp. 39. 875.000 Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah : Produk jadi Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian 2000 Kg 500 Kg Biaya Bahan Baku 100% Biaya Bahan Penolong 100% Biaya Tenaga Kerja 50% Biaya Overhead Pabrik 30% Diminta : 1. Buatlah perhitungan harga pokok produksi persatuan, harga pokok produksi jadi dan persediaan produk dalam proses untuk bulan Agustus 2016! 2. Buatlah laporan biaya produksi bulan Agustus 2016!

23 JAWABAN a. Perhitungan Harga Pokok Produksi Persatuan Unit Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi per Satuan BBB 5.000.000 2000 + (100% x 500) = 2500 2.000 BB Penolong 7.500.000 2000 + (100% x 500) = 2500 3.000 BTK 11.250.000 2000 + (50% x 500) = 2250 5.000 BOP 16.125.000 2000 + (30% x 500) = 2150 7.500 Total Rp. 39.875.000 Rp.17.500 b. Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk Dalam Proses Harga pokok produksi jadi : 2000 Kg x Rp. 17.500 Rp. 35.000.000 Harga pokok persediaan produk dalam proses : BBB: 100% x 500 x Rp. 2.000 = Rp1.000.000 BBP: 100% x 500 x Rp. 3.000 = 1.500.000 BTK: 50% x 500 x Rp. 5.000 = 1.250.000 BOP: 30% x 500 x Rp. 7.500 = 1.125.000 4.875.000 Jumlah biaya produksi bulan Agustus 2016 Rp. 39.875.000

24 PT. SUKA SUKA LAPORAN BIAYA PRODUKSI BULAN AGUSTUS 2016 Data Produksi Dimasukkan dalam proses Produk jadi yang ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir Jumlah produk yang dihasilkan 2500 Kg 2000 Kg 500 Kg 2500 Kg Biaya yang dibebankan dalam bulan Agustus 2016 Total Per Kg Biaya Bahan Baku Rp. 5.000.000 2.000 Biaya Bahan Penolong 7500.000 3.000 Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 5.000 Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 7.500 Jumlah Rp. 39.875.000 Rp. 17.500 Perhitungan Biaya: Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 2000 Kg @ Rp. 17.500 Rp. 35.000.000 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir: Biaya Bahan Baku Rp. 1.000.000 Biaya Bahan Penolong 1.500.000 Biaya Tenaga Kerja 1.250.000 Biaya Overhead Pabrik 1.125.000 4.875.000 Jumlah biaya produksi yang akan dibebankan dalam bulan Rp. 39.875.000 Agustus

25 CONTOH KASUS II HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI PT. MOJO JOJO memulai produksinya tahun 2016 melalui 2 departemen. Departemen I sebagai Pengolahan dan Departemen 2 sebagai Penyelesaian. Adapun data produksi pada bulan Juni 2016, sebagai berikut : ( Dalam Unit ) Departemen I Departemen II Jumlah Produk Masuk Proses 10.000 - (unit started) Selesai Dikirim ke Departemen Berikut 9.000 - (finished goods and transfered out) Diterima dari Departemen Sebelumnya - 9.000 (unit received) Selesai Dikirim ke Gudang - 8.500 (finished goods and transfered out) Produk dalam Proses Akhir BBB 100%, BK 80 % 1.000 - BK 70 % - 500 Biaya Produksi untuk bulan Juni 2015 : Departemen 1 BBB (raw material cost) 12.500.000 - Departemen II BTK (direct labor cost) 10.780.000 9.735.000 BOP (factory overhead) 9.800.000 9.292.500 Pertanyaan! Buatlah laporan harga pokok produksi (production cost report) untuk bulan Juni 2016!

26 Jawaban! PT. MOJO JOJO LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN I (PRODUCTION COST REPORT DEPARTEMENT I) JUNI 2016 Laporan Produksi (production report) Unit Jumlah Masuk Proses (unit started) 10.000 Ditransfer ke Departemen Penyelesaian 9.000 Barang Dalam Proses (BBB 100%, BK 80%) 1.000 + Jumlah Produk yang Dihasilkan 10.000 Biaya Dibebankan di Dept. I Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalen HPP/unit BBB 12.500.000 9.000 + (1.000 X 100 %) = 10.000 1.250 BTK 10.780.000 9.000 + (1.000 X 80 %) = 9.800 1.100 BOP 9.800.000 + 9.000 + (1.000 X 80 %) = 9.800 1.000 + Jumlah Biaya 33.080.000 3.350 Perhitungan HP Produk Selesai di Transfer ke Dept. II HP. Produk selesai untuk di Transfer ke Dept. II (9.000 unit X Rp 3.350) 30.150.000 Perhitungan HP Produk Dalam Proses Dept. I BBB = 1.000 X 100% X 1.250 = 1.250.000 BTK = 1.000 X 80% X 1.100 = 880.000 BOP = 1.000 X 80% X 1.000 = 800.000 + 2.930.000 + Biaya Produksi Dept. I 33.080.000

27 PT. MOJO JOJO LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN II (PRODUCTION COST REPORT DEPARTEMENT II) JUNI 2016 Laporan Produksi (production report) Unit Produk Diterima dari Dept. I 9.000 Ditransfer ke Gudang 8.500 Barang Dalam Proses Akhir (BK 70%) 500 + 9.000 Biaya Dibebankan di Dept. II Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen HPP/unit H.P. dari Dept. I 33.080.000 3.350 Biaya Departemen Penyelesaian BTK 9.735.000 8.500 + (500 X 70 %) = 8.850 1.100 BOP 9.292.500 + 8.500 + (500 X 70 %) = 8.850 1.050 + 19.027.500 + 2.150+ Biaya Kumulatif di Dept. II 52.107.500 5.500 Perhitungan HP Produk Selesai di Transfer ke Gudang HP Produk Selesai di Transfer ke Gudang ( 8.500 unit X 5.500) 46.750.000 Perhitungan HP Produk Dalam Proses Dept. II HP dari Dept. I = 500 X 3.350 = 1.675.000 BTK = 500 X 70 % X 1.100 = 385.000 BOP = 500 X 70 % X 1.050 = 367.500+ 2.427.500 + Biaya Produksi Dept. II 49.177.500

28 KASUS I HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) SATU DEPARTEMEN PT. RILAKKUMA mengolah produk secara massa melalui satu departemen produksi, dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang dihasilkan. Data produksi bulan Oktober 2016 sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp. 7.000.000 Biaya bahan penolong Rp. 9.500.000 Biaya tenaga kerja Rp. 13.250.000 Biaya overhead pabrik Rp. 18.125.000 Total biaya produksi Rp. 47. 875.000 Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah : Produk jadi Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian 4000 Kg 700 Kg Biaya Bahan Baku 100% Biaya Bahan Penolong 100% Biaya Tenaga Kerja 50% Biaya Overhead Pabrik 40% Diminta : 1. Buatlah perhitungan harga pokok produksi persatuan, harga pokok produksi jadi dan persediaan produk dalam proses untuk bulan Agustus 2016! 2. Buatlah laporan biaya produksi bulan Agustus 2016!

29 KASUS II HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI PT. BAPER memulai produksinya tahun 2020 melalui 2 departemen. Departemen I sebagai Pengolahan dan Departemen 2 sebagai Penyelesaian. Adapun data produksi pada bulan Juli 2016, sebagai berikut : ( Dalam Unit ) Departemen I Departemen II Jumlah Produk Masuk Proses 50.000 - (unit started) Selesai Dikirim ke Departemen Berikut 40.000 - (finished goods and transfered out) Diterima dari Departemen Sebelumnya - 40.000 (unit received) Selesai Dikirim ke Gudang - 38.000 (finished goods and transfered out) Produk dalam Proses Akhir BBB 3/4, BK 1/2 10.000 - BK 3/4-2.000 Biaya Produksi untuk bulan Juni 2015 : Departemen 1 BBB (raw material cost) 15.000.000 - Departemen II BTK (direct labor cost) 13.000.000 8.500.000 BOP (factory overhead) 12.000.000 8.000.000 Pada bulan Juli 2020 terjual 12.000 unit dengan harga jual Rp. 15.000, dimana diketahui biaya administrasi dan umum Rp. 9.321.140 dan biaya pemasarannya Rp. 5.210.020. Pertanyaan! Buatlah laporan harga pokok produksi (production cost report) untuk bulan Juli 2020! SATU DEPARTEMEN

30 SATU DEPARTEMEN

31

32 LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN

33

34 BAB IV HARGA POKOK PROSES LANJUTAN Harga pokok proses lanjutan adalah penguraian l;ebih lanjut metode harga pokok proses yang telah memperhitungkan harga pokok persediaan produk dalam proses awal periode. Harga pokok persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokoknya pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk dalam proses pada awal periode dalam departemen produksi yang bersangkutan. Harga pokok produk dalam proses awal periode ini akan mempunyai pengaruh dalam penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Karakteristik persediaan produk dalam proses awal : Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya. Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Metode penentuan harga pokok produksi yang digunakan untuk memperhitungkan harga pokok persediaan produk dalam proses awal ada 2, diantaranya adalah : 1. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang Dalam tiap harga pokok rata-rata tertimbang, tiap unsur harga pokok produk yang melekat pada persediaan produk dalam proses dijumlahkan dengan unsur biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang untuk menghitung harga pokok rata-rata tertimbang. Kemudian harga pokok rata-rata tertimbang ini dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang untuk menentukan harga pokok produk tersebut.

35 2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

36 CONTOH KASUS HARGA POKOK PROSES LANJUTAN PT. RI memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu departemen R dan departemen I. Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Januari 2016 : Departemen A Departemen B Produk dalam proses awal : BB = 100% ; BK = 40% 5.000 - TKL = 20 % ; BOP = 60% - 6.000 Produk Masuk Proses 40.000 - Unit yang ditransfer ke Dept. A 39.000 - Unit yang diterima dari Dept. B - 39.000 Produk yang ditransfer ke gudang - 40.000 Produk dalam proses akhir : BB 100%; BK 70% 6.000 - TKL 40 %; BOP 80% - 5.000 Harga Pokok Produk Dalam Proses-Awal: Rp. 25. 000.000 Harga Pokok dari Dep. R - - Biaya Bahan Baku Rp. 3.500.000 Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.560.000 Rp. 1.200.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 2.880.000 Rp. 4.000.000 Biaya-biaya Produksi : Biaya Bahan Baku Rp. 19.000.000 - BTKL Rp. 32.000.000 Rp. 27.000.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 36.000.000 Rp. 35.000.000 Diminta : Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) untuk masing-masing Departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-rata!

37 JAWABAN : PT. MERDEKA LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. R BULAN JANUARI 2013 Laporan Produksi (Production Report) Unit Produk dalam proses awal : BB = 100% ; BK = 40% 5.000 Produk Masuk Proses 40.000 + 45.000 Unit yang ditransfer ke Dept. I 39.000 Produk dalam proses akhir BB 100%; BK 70% 6.000 + 45.000 Biaya yang dibebankan pada Dept. R Elemen HPP PDP Biaya Bulan Unit HPP / Jumlah Biaya Awal Januari Ekuivalen Unit BBB Rp. 3.500.000 Rp.19.000.000 Rp. 22.500.000 45.000 1) Rp. 500 BTK Rp. 2.560.000 Rp. 32.000.000 Rp. 34.560.000 43.200 2) Rp. 800 BOP Rp. 2.880.000 Rp. 36.000.000 Rp. 38.880.000 43.200 2) Rp. 900 Jumlah Rp. 8.940.000 Rp. 87.000.000 Rp. 95.940.000 Rp. 2.200 ** Ket : 1) 39.000+ ( 6.000 * 100% ) = 45.000 2) 39.000+ ( 6.000 * 70% ) = 43.200

38 Perhitungan Harga Pokok : Harga pokok produk yang ditransfer ke Departemen I yaitu : ( Rp. 39.000* Rp. 2.200) Rp. 85.800.000 Perhitungan pokok produk dalam proses akhir : BBB 6.000 * 100% * 500 = Rp. 3.000.000 BTK 6.000 * 70% * 800 = Rp. 3.360.000 BOP 6.000 * 70% * 900 = Rp. 3.780.000 + Rp. 10.140.000 + Total Harga Pokok Produk di Departemen R Rp. 95.940.000 PT. MERDEKA LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I BULAN JANUARI 2013 Laporan Produksi (Production Report) : Unit Produk dalam proses awal 6.000 TKL = 20%, BOP = 60% Produk yang diterima dari Dept. R 39.000 + 45.000 Produk yang ditransfer ke Gudang 40.000 Produk dalam proses akhir TKL = 40%, BOP = 80% 5.000 + Biaya yang dibebankan pada Departemen I 45.000 Biaya HPP PDP BP Bulan Unit HPP / Jumlah Produksi Awal January (Rp.) Ekuivalen Unit HP Dept.G Rp 25.000.000 Rp. 85.800.000 Rp. 110.800.000 45.000 1) Rp. 2.462 TKL Rp. 1.200.000 Rp. 27.000.000 RP. 28.200.000 42.000 2) Rp. 671 BOP Rp. 4.000.000 Rp. 35.000.000 Rp. 39.000.000 44.000 3) Rp. 886 Rp. 5.200.000 Rp. 62.000.000 Rp. 67.200.000 Rp. 1557 Jumlah Rp. 30.200.000 Rp. 147.800.000 Rp. 178.000.000 Rp. 4019

39 ** Ket : 1) 40.000 + 5.000 = 45.000 2) 40.000 + ( 5.000 x 40% ) = 42.000 3) 40.000 + ( 5.000 x 80% ) = 44.000 Perhitungan Harga Pokok : Harga pokok produk yang ditransfer ke ke Gudang yaitu : (Rp. 40.000 * Rp. 4019) Rp. 160.760.000 Perhitungan pokok produk dalam proses akhir : Dari Dept.R 5.000 * 100% * 2.462 = Rp. 12.310.000 TKL 5.000 * 40% * 671 = Rp. 1.342.000 BOP 5.000 * 80% * 1.557 = Rp. 6.228.000 + Rp. 19.880.000 + Total Harga Pokok Produksi yang dibebankan pada Dept.I Rp. 180.640.000

40 KASUS HARGA POKOK PROSES LANJUTAN PT. JEYS memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu departemen A dan departemen B. Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Februari 2016 : Departemen A Departemen B Produk dalam proses awal : BB = 100% ; BK = 40% 10.000 - TKL = 30 % ; BOP = 50% - 10.000 Produk Masuk Proses 95.000 - Unit yang ditransfer ke Dept. B 80.000 - Unit yang diterima dari Dept. A - 80.000 Produk yang ditransfer ke gudang - 60.000 Produk dalam proses akhir : BB 100%; BK 60% 25.000 - TKL 40 %; BOP 80% - 30.000 Harga Pokok Produk Dalam Proses-Awal: Harga Pokok dari Dep. A - Rp 27.550.000 Biaya Bahan Baku Rp.15.000.000 - Biaya Tenaga Kerja Rp. 5.300.000 Rp. 5.780.000 Biaya Overhead Pabrik Rp.11.200.000 Rp. 5.360.000 Biaya-biaya Produksi : Biaya Bahan Baku Rp. 42.750.000 BTKL Rp. 55.500.000 Rp. 38.500.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 56.250.000 Rp. 29.500.000 Diminta : Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) untuk masing-masing Departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-rata!

41

42 BAB V VARIABEL COSTING A. Definisi Variabel Costing Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi yang berperilaku variabel saja kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produknya terdiri dari : 1. Biaya bahan baku 2. Biaya tenaga kerja variabel 3. Biaya overhead pabrik variabel B. Manfaat Variabel Costing Laporan Laba/Rugi dengan contribusi margin hampir mengikuti pemikiran manajemen tentang prestasi laba sebagai fungsi penjualan. Informasi untuk analisis Biaya-Volume-Laba dapat diperoleh langsung dari laporan Laba/Rugi. Penentuan harga pokok variabel menyajikan dasar untuk menyiapkan anggaran fleksibel (yang memisahkan biaya variabel dan tetap).. C. Kelemahan Variabel Costing Pemisahan pola perilaku biaya menjadi biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dan hasilnya merupakan taksiran. Penentuan harga pokok variabel tidak dapat digunakan untuk pelaporan eksternal, maksudnya tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (SAK). Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebihan dalam periode tertentu dan menyajikan labayang tidak normal pada periode lainnya. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan Contribusi Margin = Hasil Penjualan Biaya Variebel

43 CONTOH KASUS VARIABLE COSTING Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2015 dari PT MOVE ON. 1. Produksi selama tahun 2015 sebanyak 250.000 unit. 2. 80% dari produksi tahun 2015 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada akhir tahun. 3. BBB sebesar Rp 80.000.000 4. BTKL sebesar Rp 50.000.000 5. BOP (V) sebesar Rp 34.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp 27.000.000 6. Harga jual per unit Rp 5.000 7. Biaya administrasi dan umum (V) sebesar Rp 15.000.000 dan Biaya administrasi dan umum (T) sebesar Rp 10.000.000 8. Biaya pemasaran (V) sebesar Rp 12.000.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp 15.000.000 Diminta : a. Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode variable costing dan full costing! b. Buatlah laporan Laba Rugi menurut metode variable costing dan full costing!

44 Jawaban : a. Menghitung nilai persediaan akhir Produk terjual = 80% x 250.000 unit = 200.000 unit Persediaan akhir tahun 2015 = 20% x 250.000 unit = 50.000 unit Nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode variable costing : BBB Rp 80.000.000 BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 + HP. Produksi Rp 164.000.000.. HP. Produksi per unit = = Rp 656. Nilai persediaan akhir tahun 2015 = 50.000 unit x Rp 656 = Rp 32.800.000 Nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode full costing : BBB Rp 80.000.000 BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 BOP (T) Rp 27.000.000 + HP. Produksi Rp 191.000.000 HP. Produksi per unit = Rp 191.000.000 = Rp 764 250.000 Nilai persediaan akhir tahun 2015 = 50.000 unit x Rp 764 = Rp 38.200.000

45 b. Laporan Rugi/Laba PT. MOVE ON LAPORAN L/R VARIABLE COSTING PER 31 DESEMBER 2015 Penjualan 200.000 unit x Rp 5.000 Rp1.000.000.000 HPP Variable BBB Rp 80.000.000 BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 + HP. Produksi Rp 164.000.000 Persediaan akhir Rp 32.800.000 - HPP Variable Rp 131.200.000 By. Adm & Umum (V) Rp 15.000.000 By. Pemasaran (V) Rp 12.000.000 + Total Biaya Variable Rp 158.200.000 - Contribusi Margin Rp 841.800.000 Biaya Tetap BOP (T) Rp 27.000.000 By. Adm & Umum (T) Rp 10.000.000 By. Pemasaran (T) Rp 15.000.000 + Total Biaya Tetap Rp 52.000.000 - Laba Bersih Rp 789.800.000

46 PT. MOVE ON LAPORAN L/R FULL COSTING PER 31 DESEMBER 2013 Penjualan 200.000 unit x Rp 5.000 Rp 1.000.000.000 HPP Variable BBB Rp 80.000.000 BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 BOP (T) Rp 27.000.000 + HP. Produksi Rp 191.000.000 Persediaan akhir Rp 38.200.000 - HPP Rp 152.800.000 - Laba Kotor Rp 847.200.000 Biaya Operasi By. Adm & Umum (V) Rp 15.000.000 By. Pemasaran (V) Rp 12.000.000 By. Adm & Umum (T) Rp 10.000.000 By. Pemasaran (T) Rp 15.000.000 + Total Biaya Operasi Rp 52.000.000 - Laba Bersih Rp 795.200.000

47 KASUS VARIABLE COSTING Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2015 dari PT. AKU DAN DIA 1. Produksi selama tahun 2015 sebanyak 300.000 unit. 2. 70% dari produksi tahun 2015 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada akhir tahun. 3. BBB sebesar Rp 90.000.000 4. BTKL sebesar Rp 85.000.000 5. BOP (V) sebesar Rp 65.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp 60.000.000 6. Harga jual per unit Rp 7.000 7. Biaya administrasi dan umum (V) sebesar Rp 30.500.000 dan Biaya administrasi dan umum (T) sebesar Rp29.500.000 8. Biaya pemasaran (V) sebesar Rp 28.500.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp 34.500.000 Diminta : a. Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode variable costing dan full costing! b. Buatlah laporan Laba Rugi menurut metode variable costing dan full costing!

48

49

50 BAB VI BIAYA OVERHEAD PABRIK Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau wujud rillnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri. Biaya overhead pabrik dibebankan ke harga pokok produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Kemudian analisa dan perlakuan terhadap selisih antara BOP yang dibebankan ke produk berdasarkan tarif dengan BOP yang sesungguhnya. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk terbagi atas dasar pembebanan sebagai berikut : a. Unit produksi b. Biaya bahan baku c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung e. Jam mesin Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan : 1. Biaya Overhead Pabrik Tetap Adalah biaya overhead yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Contohnya depresiasi pabrik. 2. Biaya Overhead Pabrik Variabel Adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan volume kegiatan. Contohnya bahan penolong. 3. Biaya Overhead Pabrik Semivariabel Adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan (gabungan biaya tetap dan variabel). Contoh biaya listrik Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan departemen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Biaya Langsung Departemen, yaitu BOP yang terjadi pada departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contohnya biaya gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong. 2. Biaya Tidak Langsung Departemen, yaitu BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik.

51 Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi maka proses penentuan tarif BOP adalah sebagai berikut : 1. Ditentukan anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut. 2. Ditentukan dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen produksi yang bersangkutan. 3. Ditetapkan tarif BOP berdasarkan anggaran BOP dibagi dengan dasar pembebanan.

52 CONTOH KASUS BIAYA OVERHEAD PABRIK PT. CONJURING menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk Agustus 2016 dengan kapasitas normal 5.000 jam mesin disajikan sebagai berikut : JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 7.000.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.500.000 Biaya bahan penolong V Rp 1.150.000 Biaya depresiasi pabrik F Rp 750.000 Biaya bahan baker pabrik (Fuel) V Rp 1.000.000 Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 650.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik V Rp 550.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik F Rp 400.000 Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp. 750.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 900.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 975.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.100.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 750.000 Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 40.000 jam mesin (machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut :

53 JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 7.000.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.500.000 Biaya bahan penolong V Rp 950.000 Biaya depresiasi pabrik F Rp 600.000 Biaya bahan bakar pabrik (Fuel) V Rp 950.000 Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 650.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik V Rp 500.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik F Rp 450.000 Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp. 650.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 850.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.050.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 750.000 Data lain berkaitan dengan produksi: Jam kerja langsung (direct labour hours) 17.000 jam. Unit produksi (production units) 70.000 unit Diminta : 1. Berapakah BOP Tetap dan variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya? 2. Hitunglah tarif BOP bulan Agustus 2016 yang dianggarkan berdasarkan : a. Jam mesin (machine hours) (Rp) b. Biaya bahan baku (direct material) (%) c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) (%) d. Jam kerja langsung (direct labor hours) (Rp) e. Unit produksi (production units) (Rp)

54 JAWABAN: 1. BOP yang dianggarkan dan yang sesungguhnya (budgeted and realized FOH) : BOP dianggarkan BOP sesungguhnya BOP Tetap (Fixed FOH) Rp 3.750.000 Rp 3.500.000 BOP Variabel (Variable FOH) Rp 5.225.000 Rp 4.850.000 Total BOP (Total FOH) Rp 8.975.000 Rp 8.350.000 2. Menghitung tarif BOP yang dianggarkan berdasarkan : a. Tarif BOP Budgeted Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = Rp 3.750.000 5.000 = Rp 750 JM Tarif BOP Variabel (Variabel rate) = Rp 5.225.000 =Rp1045/JM+ 5.000 Total tarif BOP Rp.1795/JM b. Tarif BOP berdasarkan biaya bahan baku : Tarif BOP Tetap = Rp 3.750.000 Rp 7.000.000 * 100% = 53,57 % Tarif BOP Variabel = Rp 5.225.000 Rp 7.000.000 * 100% = 74,64 % + Total tarif BOP 128,21 % c. Tarif BOP berdasarkan biaya tenaga kerja langsung : Tarif BOP Tetap = Rp 3.750.000 Rp 4.500.000 * 100% = 83,33 % Tarif BOP Variabel = Rp 5.225.000 Rp 4.500.000 * 100% = 116,11 % + Total tarif BOP 199,44 %

55 d. Tarif BOP berdasarkan jam kerja langsung : Tarif BOP Tetap = Rp 3.750.000 17.000 = Rp. 220,59 / JKL Tarif BOP Variabel = Rp 5.225.000 17.000 = Rp. 307,35 / JKL + Total tarif BOP Rp. 527,94 / JKL e. Tarif BOP berdasarkan unit produksi : Tarif BOP Tetap = Rp 3.750.000 70.000 = Rp 53,57 / Unit Tarif BOP Variabel = Rp 5.225.000 70.000 = Rp 74,64 / Unit + Total tarif BOP Rp. 128,21 / Unit

56 KASUS BIAYA OVERHEAD PABRIK PT. SINISTER menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk Januari 2016 dengan kapasitas normal 12.000 jam mesin disajikan sebagai berikut : JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 5.500.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.750.000 Biaya bahan penolong V Rp 900.000 Biaya depresiasi mesin jahit F Rp 600.000 Biaya listrik mesin jahit (electric cost) V Rp 650.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit V Rp 950.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit F Rp 450.000 Biaya asuransi mesin jahit (insurance) F Rp 650.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 700.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.100.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 700.000 Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 17.000 jam mesin (machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut : JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 5.500.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.750.000 Biaya bahan penolong V Rp 850.000 Biaya depresiasi mesin jahit F Rp 550.000 Biaya listrik mesin jahit (electric cost) V Rp 600.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit V Rp 850.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit F Rp 450.000

57 Biaya asuransi mesin jahit (insurance) F Rp. 625.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 800.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.150.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 700.000 Data lain berkaitan dengan produksi: Jam kerja langsung (direct labour hours) 18.000 jam Unit produksi (production units) 70.000 unit Diminta : 1. Berapakah BOP Tetap dan variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya? 2. Hitunglah tarif BOP bulan Januari 2016 yang dianggarkan berdasarkan : a. Jam mesin (machine hours) (Rp) b. Biaya bahan baku (direct material) (%) c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) (%) d. Jam kerja langsung (direct labor hours) (Rp) e. Unit produksi (production units) (Rp)

58

59

60 BAB VII DEPARTEMENTALISASI BOP (Factory Overhead Departmentalization) Departementalisasi BOP adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang disebut Departemen dimana BOP akan dibebankan. Departementalisasi BOP bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. berikut : Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead departementalisasi adalah sebagai 1. Disusun terlebih dahulu anggaran biaya overhead pabrik per departemen. Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen dibagi menjadi empat tahap utama berikut ini: a. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran. b. Penaksiran BOP tidak langsung departemen. c. Distribusi BOP tidak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya. d. Menjumlah BOP per departemen (baik BOP langsung maupun departemen tak langsung). 2. Mengalokasikan BOP departemen pembantu ke departemen produksi dengan cara a. Metode alokasi langsung Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu di alokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departeman pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departeman pembantu yang memakai jasa departemen pembantu lain. b. Metode alokasi bertahap Metode alokasi bertahap digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan oleh depatemen pembanti lainnya.

61 Metode alokasi bertahap dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan jasa timbal balik antar departemendepartemen pembantu. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah: a. Metode alokasi kontinyu (continous allocation method) Yaitu BOP departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa di alokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah BOP yang belum di alokasikan menjadi tidak berarti. b. Metode aljabar (algebraic method) Dalam metode ini jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah metode urutan alokasi yang diatur (specified order of closing). 3. Perhitungan Tarif Pembebanan BOP Per Departemen Didalam memperhitungkan tarif pembebanan BOP per departemen terdapat istilah-istilah yang dipakai, yaitu : a. Distribusi BOP Menggambarkan pembagian BOP tak langsung departemen kepada departemendepartemen yang menikmati manfaatnya, baik departemen produksi maupun departemen pembantu. b. Alokasi BOP Menggambarkan pembagian BOP departemen pembantu ke deparatemen produksi, atau dari departemen pembantu ke departemen pembantu yang lain dan departemen produksi. c. Pembebanan BOP Menggambarkan pembagian BOP di departemen produksi kepada produk.

62 CONTOH KASUS DEEPARTEMENTALISASI BOP (Factory Overhead Departmentalization) Didalam menghitung tarif BOP tahun 2016 PT. Perasaan menggunakan metode langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu D, I, dan A adalah sebagai berikut : PT. Perasaan menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk April 2016 dengan kapasitas normal 20.000 jam mesin disajikan sebagai berikut : Departemen produksi (Production Department) C Rp 30,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) I Rp 25,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) N Rp 30,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) T Rp 30,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) A Rp 15,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) D Rp 22,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) I Rp 34,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) A Rp 14,000,000.00 Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departemen pembantu untuk setiaap departemen produksi yang dirincikan sebagai berikut : Departemen Pembantu Departemen Produksi C I N T A Departemen pembantu D 10% 20% 15% 35% 20% Departemen pembantu I 25% 30% 15% 20% 10% Departemen pembantu A 15% 10% 30% 20% 25% Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing departemen produksi adalah sebagai berikut :