BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

Selanjutnya Wirartha (2006: 154) mengemukakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian suatu Negara sangat ditunjang oleh berkembangnya usaha

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan yang tercermin dalam globalisasi pasar,

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizky Aprillian Utami, 2013

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Untuk mengatasi hal tersebut suatu perusahaan dituntut untuk lebih

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor) Sumber: Burung Berkicau (2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. krisis. Kelemahan ini, tentunya akan berpengaruh pada ekonomi negara-negara

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan menengah memiliki peranan yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Peranan industri kecil di Indonesia dirasakan sangat penting terutama dalam aspek-aspek seperti kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi di pedesaan, pemerataan tenaga kerja, dan lain-lain. Pembangunan industri khususnya industri kecil diarahkan dapat menjadi salah satu peran yang cukup berkualitas dalam perekonomian, sehingga mampu bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Pengembangan sektor ekonomi rakyat pada otonomi daerah, khususnya pada sektor industri kecil mendapat perhatian ekstra dari pemerintah, dikarenakan sektor industri kecil memberikan banyak dampak pada penyerapan tenaga kerja, maupun pendapatan masyarakat yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan bawah. Setiap tahun industri atau usaha kecil selalu tumbuh dan berkembang, selain itu industrialisasi berperan penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia dan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara optimal. Industri kecil perlu mendapat perhatian dikarenakan industri kecil tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian angkatan kerja namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Selain itu, industri kecil juga dapat memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga, juga berfungsi sebagai strategi dalam mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis ekonomi masyarakat. Industri kecil ini tidak akan terlepas dari peranan para pengusaha (entrepreneur) yang bergerak di dalamnya. Para 1

2 pengusaha ini yang akan memunculkan, mempertahankan dan juga mengembangkannya. Astamoen (2008: 5) mengemukakan bahwa "Dengan banyaknya entrepreneur, dua indikator penting di dalam suatu negara maju dan makmur akan terpenuhi, yaitu rendahnya angka pengangguran dan tingginya devisa yang terutama dari hasil barang-barang ekspor yang dihasilkan." Peran para entrepreneur dalam memajukan perekonomian dan peningkatan taraf hidup masyarakat di dalam suatu negara terasa pentingnya. Kemajuan ekonomi harusnya sejalan dengan kemampuan serta peningkatan daya beli, peningkatan taraf hidup masyarakat, kemakmuran bangsa yang dirasakan secara nyata dan tidak hanya sekedar pada data dan angka statistik saja. Selanjutnya Astamoen (2008: 5) mengemukakan bahwa: Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih sedikitnya jumlah entrepreneur sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha, pedagang, industrialis dan lain-lain. Pada alam pembangunan dan globalisasi ekonomi, yang dibutuhkan bukan saja para entrepreneur andal, melainkan juga entrepreneur yang bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, berdedikasi, berjiwa patriot yang sadar akan jiwa dan rasa kebangsaannya. Tercapainya tujuan jumlah entrepreneur yang banyak dan berkualitas yang ada di dalam suatu negara dapat terwujud dengan berkembangnya industri kecil dan menengah. Dimana di dalam industri kecil dan menengah yang menjadi penggerak dan pengembangnya adalah para entrepreneur. Industri kecil dan menengah ini bersifat fleksibel, namun umumnya mereka rata-rata sulit untuk berkembang. Sedangkan sebenarnya usaha mereka sangat potensial untuk dikembangkan lagi ke arah yang lebih baik. Dalam perkembangannya, banyak industri kecil dan menengah yang seringkali mendapatkan hambatan dan permsalahan yang menyebabkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perkembangan industri kecil dan menengah menggunakan sumber daya lokal akan membantu penciptaan kesempatan kerja (job creation) yang luas,

3 khususnya bagi angkatan kerja yang berpendidikan rendah dan kurang mempunyai keahlian dan keterampilan, namun memiliki semangat juang, ketekunan dan keuletan. Industri kecil dan menengah yang bergerak di industri pangan memang banyak terdapat di Indonesia, akan tetapi kemampuan dalam penggunaan teknologi yang kini sudah semakin canggih, serta pengelolaan dan strategi usaha dirasa masih kurang jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Salah satu daerah penyumbang industri yang cukup besar di Indonesia adalah Kota Sukabumi. Kota yang terletak di selatan pulau Jawa ini merupakan daerah yang berpotensi dan memberikan kontribusi bagi berkembangnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Tabel di bawah ini adalah perkembangan industri di Kota Sukabumi selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Tabel 1.1 Perkembangan Industri di Kota Sukabumi Tahun Unit Usaha Investasi (Rp. Tenaga Kerja 000) Tahun 2011 2.211 46.198.703 13.088 Tahun 2012 2.244 46.642.690 13.198 Tahun 2013 2.279 47.028.930 13.321 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Sukabumi Tabel di atas menunjukkan bahwa industri di Kota Sukabumi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya, baik dari segi unit usaha, nilai investasi maupun penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013 unit usaha yakni sejumlah 2.279 unit, nilai investasi yang ditanamkan yakni Rp. 47.028.930.000, lalu penyerapan tenaga kerja sebesar 13.321 orang. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Sukabumi memberikan kontribusi baik bagi perindustrian negara. Perkembangan industri di Kota Sukabumi yang setiap tahunnya mengalami peningkatan ini didukung oleh berbagai pihak. Baik itu pemerintah, masyarakat maupun para pelaku industri itu sendiri. Perkembangan industri ini terdiri dari industri kimia, agro dan hasil hutan, industri aneka, dan industri logam dan alat

4 transportasi yang berskala menengah dan kecil. Berikut adalah potensi industri kecil di Kota Sukabumi pada tahun 2013. Keterangan Tabel 1.2 Potensi Industri Kecil di Kota Sukabumi Tahun 2013 Klasifikasi Industri Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan (IKAH) Formal Non Formal Industri Aneka (IA) Formal Non Formal Industri Logam dan Alat Transportasi (ILAT) Non Formal Formal Unit Usaha 467 1.037 66 332 39 261 Investasi (Rp. 000) 10.795.506 7.123.322 1.593.166 2.540.850 684.929 2.349.271 Tenaga Kerja 2822 3895 1255 1199 274 1299 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Sukabumi Ditinjau dari unit usaha, nilai investasi maupun penyerapan tenaga kerjanya, industri kecil di Kota Sukabumi didominasi oleh industri kimia, agro dan hasil hutan baik industri yang bersifat formal maupun non formal. Industri aneka pun tak kalah saing, kelompok industri aneka di Kota Sukabumi menunjukkan kontribusinya yang cukup baik bagi perindustrian di Kota Sukabumi. Potensi industi kecil di Kota Sukabumi ini diharapkan terus meningkat agar memberikan dampak positif bagi daerah pada khususnya, dan bagi negara Indonesia pada umumnya. Ditinjau dari jenis kegiatan yang dilakukan, industri pengolahan di Kota Sukabumi didominasi oleh usaha makanan & minuman. Nilai investasi yang ditanamkan untuk sektor industri di Kota Sukabumi terus meningkat. Dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan Kota Sukabumi mencatat investasi di

5 berbagai kegiatan pada sektor industri mencapai Rp 46,64 milyar. (Publikasi BPS Kota Sukabumi, Http://Sukabumikota.Bps.Go.Id/?Q=Publikasi/Statistik-Daerah- Kota-Sukabumi-2013) Salah satu industri makanan yang ada di Indonesia adalah industri makanan mochi. Kota Sukabumi adalah sentra produksi mochi yang dapat memberi peluang usaha bagi masyarakat Kota Sukabumi dalam membuka usaha sendiri dan keberadaannya mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari produk mochi yang dihasilkan. Karena dalam penyediaan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, bahan baku yang mudah didapat dengan cara pengolahan yang sederhana. Proses produksi mochi menghasilkan nilai tambah sehingga dapat dikembangkan menjadi usaha yang menggunakan bahan baku lokal dan melibatkan tenaga kerja manusia. Apabila dilihat secara umum, aktivitas industri mochi dilaksanakan pada skala kecil dan merupakan wadah kegiatan ekonomi yang digeluti oleh tenaga manusia dan secara tradisional merupakan potensi rakyat. Usaha ini memiliki dampak positif seperti sumbangan terhadap peningkatan pendapatan keluarga, penyerapan tenaga kerja baik dari keluarga maupun bukan keluarga dan memberikan kontribusi dalam mendorong kemajuan perekonomian lokal. Seiring dengan berkembangnya zaman, Dinas Perkoperasian dan Perindustrian Kota Sukabumi mencatat pengusaha mochi yang ada di Kota Sukabumi bertambah dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penambahan ini tentu disambut baik oleh dinas terkait dan pemerintah daerah Kota Sukabumi. Karena dengan seiring bertambahnya pengusaha mochi, akan berdampak baik bagi kelangsungan industri makanan khas ini agar tidak berhenti berkembang. Penulis melakukan wawancara dan pengumpulan data di Dinas Perkoperasian dan Perindustrian Kota Sukabumi untuk mengetahui gambaran awal kondisi industri makanan mochi di Kota Sukabumi. Di bawah ini adalah data terkait jumlah industri mochi yang ada di Kota Sukabumi beserta nama pengusaha dan merk dari usaha mochi yang mereka miliki.

6 Tabel 1.3 Daftar Pengusaha Kelompok Industri Pengolahan Makanan Mochi di Kota Sukabumi No Pengusaha Merk Produk Mochi Penggunaan Teknologi Alamat 1 Wanti K Lampion Tradisional Jl. Bhayangkara Gg.Kaswari II No.19 2 Ujang S Bakat Jaya Tradisional Jl. Bhayangkara Gg.Kaswari 3 Agustin R Mahkota Tradisional Jl. Bhayangkara Gg.Kaswari II No.73 4 Gita A Kharisma Tradisional Jl. Bhayangkara Gg.Kaswari No.12-13 5 Dedi P Putra Tradisional Jl. Bhayangkara Gg.Kaswari Mandiri 6 Enjay J Firzi Tradisional Jl. Bhayangkara Gg.Kaswari III No.146 7 Cecep Burhan Doa Ibu Tradisional Jl.Pemuda Gg.Hikmat 1 No.20 8 Leonard D.S Lewi Tradisional Jl. Suryakencana, Ruko Pesona Madrid No. 3 9 Kokoy Happiness Tradisional Jl.Otista No.39 Kebonjati 10 Didin S Rejeki Jl.Cimandiri Gg.Mesjid Kota Paris 11 Beni Berkah Tradisional Jl.Ahmad Yani No.170 A 12 Rudi Arjuna Tradisional Jl.RE Martadinata Gg.Adjid 1 No.3 13 Soni M Pandawa Tradisional Jl.Pelabuan II Gg.Arjuna No.4/31 14 Asep M Bagja Tradisional Jl.Cimandiri Gg.Mesjid Kota Paris 15 Yudi I Raos Tradisional Jl.Pelda Suryanta Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Sukabumi Data yang didapatkan dari Dinas Perkoperasian, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi, menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2014 keseluruhan jumlah pengusaha di industri mochi yang ada di Kota Sukabumi yaitu sebanyak 15 orang pengusaha yang masing-masing memiliki brand produknya masing-masing. Hal ini secara otomatis menunjukkan bahwa di Kota Sukabumi terdapat 15 merk produk industri mochi.

7 Industri mochi di Kota Sukabumi masih tergolong industri rumahan, maka proses produksinya pun masih bersifat tradisional. Penggunaan teknologi tradisional yang tetap dipertahankan ini dikarenakan agar terjaga kualitas dan keaslian mochi yang diproduksi. Industri mochi di Kota Sukabumi ini memberikan peningkatan kesempatan kerja baik dalam hal penyediaan bahan baku, pengolahan, pemasaran dan peningkatan nilai tambah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan keluarga, masyarakat dan pemerintah lokal maupun nasional. Industri mochi memberikan dampak yang positif terhadap penyediaan lapangan kerja baru. Rata-rata pekerja yang bekerja di industri ini merupakan keluarga ataupun tetangga terdekat dengan rumah produksi atau toko. Para pengusaha mochi di Kota Sukabumi masih mengandalkan teknologi yang sederhana dan tradisional. Begitupun dengan pengelolaan usaha (manajemen usaha) yang masih belum berkembang dengan baik dan secara merata. Beberapa pengusaha mochi memang ada yang sudah mengembangkan usahanya dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Namun pengusahapengusaha lainnya masih belum memiliki strategi pengembangan yang optimal bagi tumbuhnya industri mochi ini. Ketidakmerataan ini disebabkan salah satunya oleh kurang baiknya pengelolaan yang dilakukan oleh pengusaha terhadap usahanya. Setelah didapatkan sejumlah data dari Dinas Perkoperasian, Perindustrian Dan Perdagangan terkait dengan pengusaha mochi di atas, kemudian untuk mendukung penelitian ini, penulis melakukan penyebaran angket pra penelitian kepada pengusaha mochi yang ada di Kota Sukabumi yaitu sebanyak 15 orang pengusaha. Kegunaan data pra penelitian ini, selain sebagai pendukung penelitian, juga sebagai penguat masalah yang diteliti oleh penulis. Sehingga permasalahan yang ada semakin diperkuat dengan adanya data dari lapangan. Hasil dari data pra penelitian tersebut akan penulis tampilkan di dalam tabel 1.4 berikut ini.

8 No Tabel 1.4 Gambaran Pra Penelitian Frekuensi Jawaban Responden Frekuensi Aspek-aspek Perilaku Kewirausahaan Nilai Skor Jawaban Responden 5 4 3 2 1 Jumlah Responden 1 Kreativitas 0 1 5 2 0 8 2 Kepemimpinan 0 2 4 2 0 8 3 Pemasaran 0 2 1 2 3 8 4 Keberanian Menghadapi Resiko 0 1 4 1 2 8 5 Pengelolaan Keuangan 1 2 4 1 0 8 6 Kemampuan Manajerial 1 0 4 3 0 8 Jumlah 2 8 22 11 5 Sumber : Kuesioner pra penelitian, data diolah Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang dijadikan sampel yakni sebanyak 8 orang dengan pemilihan secara acak. Selanjutnya item pernyataan yang diberikan kepada responden adalah sebanyak 6 item terkait dengan aspekaspek perilaku kewirausahaan. Aspek-aspek perilaku kewirausahaan yang dipilih yakni kreativitas, kepemimpinan, pemasaran, keberanian menghadapi resiko, pengelolaan keuangan, dan kemampuan manajerial. Untuk mengetahui gambaran secara lebih jelas tentang perilaku kewirausahaan, maka dibuat ukuran standar yang dibagi dalam 5 rank dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pembagian rank ini dilakukan dengan melakukan tahap perhitungan sebagai berikut : SMI M SD = SST x JP = 5 x 6 = 30 = ½ x SMI = ½ x 30 = 15 = 1/3 x M = 1/3 x 15 = 5

9 M + 1,5 SD = 15 + 1,5 (5) = 22,5 M + 0,5 SD = 15 + 0,5 (5) = 17,5 M 0,5 SD = 15 0,5 (5) = 12,5 M 1,5 SD = 15 1,5 (5) = 7,5 Setelah didapatkan batasan kategori dari perhitungan diatas, kemudian ditentukan rentang skor yang menunjukkan batasan kategori. Batasan kategori menjadi 5 kelompok yakni, kategori sangat rendah untuk skor < 7,5. Kategori rendah dengan skor 7,6-12,5. Lalu, skor 12,6-17,5 termasuk kategori sedang. Skor 17,5-22,5 untuk kategori tinggi. Dan terakhir untuk kategori sangat tinggi adalah rentang skor >22,5. Kemudian dengan berpedoman pada rentang skor tersebut, klasifikasi perilaku kewirausahaan pengusaha disajikan dalam tabel 1.5 berikut ini. Tabel 1.5 Gambaran Pra Penelitian Klasifikasi Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Mochi di Kota Sukabumi Skor Frekuensi Presentase Kategori <7,5 0 0 Sangat Rendah 7,6-12,5 3 37,5 Rendah 12,6-17,5 2 25 Sedang 17,5-22,5 2 25 Tinggi >22,5 1 12,5 Sangat Tinggi Jumlah 8 100 Sumber : Kuesioner pra penelitian, data diolah. Hasil di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden memiliki perilaku yang rendah sebanyak 3 orang atau 37,5%. Lalu, sebanyak 2 responden berada pada perilaku kewirausahaan kategori sedang. Untuk kategori tinggi ada 2 orang responden berada pada kategori ini. Dan di kategori sangat tinggi ada 1 orang responden yang berada di kategori ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa responden dominan memiliki perilaku kewirausahaan di kategori rendah yakni sebesar 37,5% pengusaha.

10 Perilaku kewirausahaan yang baik yang dimiliiki oleh pengusaha perlu dimiliki dan diterapkan dalam usaha mochi. Hal ini dikarenakan pengusaha adalah salah satu ujung tombak keberhasilan usaha. Pengusaha merupakan organisator yang penting dalam usaha mochi. Kemampuan dari dalam diri pengusaha akan terwujud dalam perilaku kewirausahaan. Perilaku dari pengusaha harus mencerminkan perilaku seorang wirausaha yang baik. Perilaku kewirausahaan pengusaha akan berimbas pada keberhasilan usaha yang dimilikinya. Penentuan sub variabel dan indikator dari variabel perilaku kewirausahaan pada penelitian ini didukung oleh teori dari Kathlen L. Hawkins Dan Peter A. Turla yang dikutip oleh Suryana (2006: 51), yaitu: 1. Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan, dan kemauan kuat. 2. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antarpersonal, kepemimpinan dan manajemen. 3. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga, periklanan dan promosi. 4. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan, penjadwalan, serta pengaturan pribadi. 5. Keuangan, indikatornya adalah sikap dan cara mengatur uang. Aspek kepribadian diperlukan di dalam usaha mochi karena kepribadian pengusaha akan mencerminkan perilaku pengusaha. Pengusaha adalah modal utama yang akan mempengaruhi sukses atau tidaknya usaha mochi. Mochi yang merupakan industri kecil yang pengolahannya bersifat tradisional dan lebih banyak memiliki tenaga kerja manusia, harus dapat dibina dan diatur oleh pengusaha yang memiliki kepribadian baik. Karena pada dasarnya pengusaha mochi adalah sumber daya penting yang mampu menggerakkan usaha ke arah yang jauh lebih baik. Kepribadian pengusaha yang baik akan berimbas pada perilaku kewirausahaan yang baik dan kemudian jika diterapkan sungguhsungguh dalam usaha mochi akan memperlihatkan perkembangan usaha yang baik pula.

11 Kemudian aspek hubungan pengusaha, dalam hal ini yang dimaksud dengan hubungan pengusaha yang dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antarpersonal, kepemimpinan dan manajemen diperlukan di dalam diri pengusaha. Aspek ini diperlukan karena kemampuan hubungan yang dimiliki pengusaha mochi yang tercermin dalam bentuk perilaku kewirausahaan yang akan menjadi skill pengusaha. Dimana skill ini sangat perlu diterapkan dalam industri mochi. Pengusaha yang mampu menjaga hubungan komunikasi dengan karyawan, pelanggan, relasi dan sebagainya akan membuat lingkungan usaha menjadi nyaman dan pelanggan akan terpuaskan. Selain itu kemampuan kepemimpinan dan manajemen yang ada dalam diri pengusaha akan membuat industri ini terkendali dan terkoordinir dengan baik. Aspek pemasaran diperlukan di dalam usaha mochi karena pengusaha mochi belum banyak yang memahami bahwa pemasaran itu suatu hal yang penting bagi usaha mochi. Padahal usaha mochi jelas memiliki potensi yang besar untuk dipasarkan lebih luas. Kelemahan pengusaha mochi ini adalah mereka beranggapan bahwa pada saat ini mochi hanya sebatas makanan untuk oleh-oleh khas saja. Padahal sebenarnya jika dipasarkan lebih luas lagi, mochi bisa menjanjikan keuntungan finansial yang besar mengingat proses pembuatannya yang sederhana, namun dapat menciptakan nilai tambah yang baik. Aspek keahlian dalam mengatur terwujud dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan, penjadwalan dan pengaturan pribadi diperlukan karena keahlian ini dapat membuat usaha mochi menjadi teratur. Keahlian dalam mengatur ini lazim juga disebut sebagai kemampuan manajerial. Saat ini pengusaha mochi masih belum bisa mengatur usahanya dengan baik. Kemampuan manajerial memang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap pengusaha. Namun, rata-rata pengusaha industri kecil dan industri rumah tangga, seperti juga pengusaha di industri mochi yang termasuk industri kecil, kurang memprioritaskan hal ini. Karena mereka biasanya berpikiran bahwa usaha mereka masih dalam skala kecil, sehingga tidak memerlukan kemampuan manajerial yang baik di dalam usahanya. Padahal

12 sebenarnya, kemampuan manajerial yang baik dan dilaksanakan dengan tepat akan menghasilkan output yang baik pula bagi perusahaan yang dijalankannya. Aspek terakhir yakni aspek keuangan. Sudah jelas aspek keuangan ini penting diterapkan dalam perilaku kewirausahaan pengusaha mochi karena keuangan adalah modal material terpenting yang dapat menggerakkan semua faktor produksi dan akan berimbas pada menggerakkan usaha. Aspek keuangan ini diperlukan untuk membuat perputaran kas dan modal di dalam usaha mochi menjadi lebih rapi, tersusun dan terkontrol dengan baik. Pengelolaan keuangan di industri ini dirasa masih kurang baik, seperti sistem pembukuan keuangan yang masih kurang. Sejauh yang penulis ketahui, pengaturan dan pengelolaan keuangan yang baik akan membuat usaha tumbuh semakin baik. Pengusaha yang ada di usaha mochi memiliki beragam jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan formal yang berbeda-beda, dan juga memiliki pengalaman usaha yang bermacam-macam, ada yang sudah bertahun-tahun ataupun juga yang baru merintis beberapa bulan saja. Keberagaman tersebut akan mencerminkan perilaku kewirausahaan yang berbeda-beda antara satu orang pengusaha mochi dengan pengusaha yang lainnya. Berdasarkan permasalahan, fakta, dan data yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah perilaku kewirausahaan pada pengusaha mochi di Kota Sukabumi. Adapun judul yang diangkat penulis adalah ANALISIS DESKRIPTIF PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PADA PENGUSAHA INDUSTRI MOCHI DI KOTA SUKABUMI 1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah. Maka dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek jenis kelamin?

13 2. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek usia? 3. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek latar belakang pendidikan formal? 4. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek pengalaman usaha? 5. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel kepribadian pengusaha? 6. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel hubungan pengusaha? 7. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel pemasaran? 8. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel keahlian dalam mengatur? 9. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel keuangan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan beberapa permasalahan tadi, maka ada hal yang menjadi tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek jenis kelamin. 2. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek usia.

14 3. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek latar belakang pendidikan formal. 4. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari aspek pengalaman usaha. 5. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel kepribadian pengusaha. 6. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel hubungan pengusaha. 7. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel pemasaran. 8. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel keahlian dalam mengatur. 9. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha industri mochi di Kota Sukabumi ditinjau dari sub variabel keuangan. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang perilaku kewirausahaan pada pengusaha mochi di Kota Sukabumi.

15 b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan. c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis. 1.3.2.2 Manfaat Praktis a. Bagi pengusaha mochi, penelitian ini akan bermanfaat untuk mengetahui ciri-ciri, bentuk, konsep, dan teori terkait dengan perilaku kewirausahaan yang baik dan benar sehingga dapat diaplikasikan di dalam pengembangan usaha mochi. Dan harapannya seluruh usaha industri mochi yang ada di Kota Sukabumi dapat terus tumbuh ke arah yang lebih baik di tangan para pengusaha yang memiliki perilaku kewirausahaan yang baik pula. Dan bahkan jumlah pengusaha mochi di Kota Sukabumi dapat semakin bertambah jumlahnya. b. Bagi pemerintah, dapat pula dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mendorong usaha kecil rakyat baik itu dalam bentuk kebijakan maupun dukungan dalam bentuk lain. c. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai teori terkait perilaku kewirausahaan d. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah perilaku kewirausahaan di industri mochi Kota Sukabumi khususnya dan umumnya juga menambah wawasan terkait dengan teori dan konsep perilaku kewirausahaan. Selain itu, juga sebagai referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang perilaku kewirausahaan dan penelitian ini.