Elektronika Kedokteran CT Scanner

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian secarageografisterletakpada107 o o BT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

PENGUJIAN HASIL REKONSTRUKSI CITRA RADIOGRAFI DIGITAL MENGGUNAKAN PROGRAM LABVIEW

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Kalibrasi Sistem Tomografi Komputer Dengan Metode Perbandingan Jumlah Cacah Puncak Spektrum Berbasis Detektor Photodioda CsI(Tl)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengembangan Fasilitas Radiografi Neutron, RN1, untuk Tomografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DETEKSI SISI CITRA TOMOGRAFI SINAR X MENGGUNAKAN OPERATOR LAPLACE. Supurwoko, Sarwanto Pendidikan Fisika FKIP UNS Surakarta ABSTRAK

BAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

BAB II CITRA DIGITAL

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pengantar Teknologi Informasi. Agustina Purwatiningsih., S.Kom

One picture is worth more than ten thousand words

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

II.1.1 PESAWAT SINAR-X KONVENSIONAL. a. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

Bab III Perangkat Pengujian

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Rekonstruksi Citra Tomografi Neutron Untuk Aplikasi Teknologi Nuklir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FAKTOR EKSPOSE TERHADAP KONTRAS RESOLUSI CT SCAN SKRIPSI HOTROMASARI DABUKKE NIM :

Grafik Komputer : Konsep 3 Dimensi

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1

SAMPLING DAN KUANTISASI

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

ANALISIS CITRA DIGITAL SAMPEL TANAH DAN BATUAN MENGGUNAKAN MICRO-CT SKYSCAN 1173

Tugas Pengantar Sistem Operasi (PSO) How It Works

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK REKONSTRUKSI CITRA 3 DIMENSI DARI LEMBARAN CITRA HASIL REKONSTRUKSI 2 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI METODE HISTOGRAM EQUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS CITRA DIGITAL

UNTUK MENGURANGI RESIKO RADIASI P ADA OPERATOR. Ferry Suyatno PRPN -BAT AN PEREKA YASAAN SISTEM PESA W AT SINAR-X FLUOROSCOPY

Penerapan Algoritma Greedy pada Perbaikan Sudut Pergerakan Awal dalam Snellius Ray Path Tracing Tomografi

PEMBUATAN MODEL UJI NILAI TEBAL PARUH (HVL) PESAWAT KONVENSIONAL SINAR-X MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

BAB IV Alat Ukur Radiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

Elektronika Kontrol. Sensor dan Tranduser. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

RONTGEN Rontgen sinar X

APLIKASI TEKNIK PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PADA DOMAIN SPASIAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA SINAR-X

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).


KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN SKRIPSI HEDIANA SIHOMBING NIM :

DATA/ INFO : teks, gambar, audio, video ( = multimedia) Gambar/ citra/ image : info visual a picture is more than a thousand words (anonim)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Tugas Makalah CT Scanner Elektronika Kedokteran CT Scanner Nama : Putri Ramadhani Stb : D411 03 020 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2006

CT Scanner Pengertian Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostik dengan teknik radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor tv hitam putih. Computer Tomography (CT) biasa juga disebut Computed axial tomography (CAT), computer-assisted tomography, atau (body section roentgenography) yang merupakan suatu proses yang menggunakan digital processing untuk menghasilkan suatu gambaran internal tiga dimensi suatu obyek dari satu rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar dua dimensi. Kata " tomography" diperoleh dari Yunani tomos ( irisan) dan graphia ( gambarkan). Gambar 1. CT scan tampak depan Alat ini pada umumnya digunakan dalam dunia kedokteran sebagai alat diagnostik dan sebagai pemandu untuk interventional prosedur. Kadang-Kadang material seperti barium atau intravenous iodinated contrast dimasukkan ke tubuh pasien yang berguna dalam mempermudah proses scanning seperti untuk melihat isi perut atau bagian tubuh yang sukar untuk digambarkan dengan cara scanning. Penggunaan contrast material dapat juga membantu khususnya guna

memperoleh informasi fungsional tentang jaringan/tisue pada tubuh pasien. Sistem CT Scanner Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol. Sistem pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi dapat berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari komputer. Bagian keluaran dari sistem pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisikdalam hal ini radiasi-menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sina-x seletalh melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi data maka datadata dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan interfacae (antarmuka ) analog ke komputer.

Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik. Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik Manfaat CT Scanner CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda seperti : Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli) Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident) Batu ginjal Inflamed appendix Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll. Tulang yang retak

Prinsip dasar CT Scanner Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional. CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan - lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya). Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material

cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah perut. Prinsip Kerja CT Scanner Logger dan integrator detector object A/D Display Computer converter unit Raw profile Digital value One image Multi Image Camera Image display film X-ray tube Gambar 2. Bagan Prinsip Kerja CT Scanner Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager

Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi. Pemprosesan data Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : X-ray tube filter objek detector collimator collimator Gambar 3. Collimator dan Detektor Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :

preamp logger integrator detector A/D Convertor P.D CPU Konversi dari intensitas yang di terima melalui sinar x-ray menjadi photo energy Photo energy arus listrik Gambar 4. Proses pembentukan citra Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya. Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning menggunakan CT Scanner : Gambar 5.Hasil whole body scanning

Gambar 6. Hasil scanning pada kepala pasien Perkembangan CT Scanner Proses pengumpulan data intensitas radiasi terusan pada bidang irisan obyek untuk berbagai sudut dinamakan scanning atau pemayaran. Terdapat berbagai macam cara pemayaran, bergantung pada "generasi" CT scan yang digunakan. Istilah "generasi" menggambarkan tipe komersial yang tersedia yang mengacu pada perbedaan geometris gerak pemayaran, waktu pemayaran, bentuk berkas radiasi perunut, dan sistem detektor yang berbeda-beda antara satu generasi dan generasi lain. Berdasarkan perkembangan Teknologi, CT Scanner mengalami beberapa perkembangan sesuai kemajuan teknologi.

Generasi Pertama X-ray tube translation Rotation Pencil beam Rotation object Translation-Rotation Serial X-ray Pencil Beam Single detector translation Gambar 7. Generasi I CT Single detector Generasi Kedua X-ray tube translation Rotation Translation-Rotation object Serial X-ray Multi-Pencil Beam Multiple detector Gambar 8. Generasi II CT translation Multiple detectors Generasi Ketiga X-ray tube Rotation Rotation Fan beam Multiple detector object Rotation-Rotation Pulse X-ray Fan Beam Multiple detectors Gambar 9. Generasi III CT

Generasi Keempat X-ray tube Rotation Object Stationary-Rotation Fan beam Pulse X-ray(serial x-ray) detectors Fan Beam Gambar 10. Generasi IV CT Multiple detectors berbentuk lingkaran Walaupun terdapat perbedaan antara berbagai "generasi", secara umum CT scan terdiri atas empat bagian pokok, yaitu sumber radiasi, sistem deteksi, manipulator mekanis, dan komputer beserta penampil. Fungsi sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X. Sistem deteksi ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT scan salah adalah kristal natrium iodida yang "dikotori" dengan talium (kristal NaI(Tl). Manipulator mekanis yang digunakan berfungsi menentukan geometris gerak pemayaran yang bergantung pada "generasi" CT scan. Komputer berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga dimensi obyek yang di-scan.

Whole Body CT System Sistem ini mempunyai micro CPU pada setiap komponennya dimana komunikasi antara komponen tersebutmelalui serial communication. Sistem ini dapat dikelompokkan dalam dua grup yaitu : 1. Sistem mage Processing yang terdiri dari panel dan Image processing Unit. 2. Sistem Scanner terdiri atas scanner, patient table dan x-ray controller. X-ray tube scanner Scanner & table control HV Cable scatter HV generator M ikro CPU X-ray control X-ray Controller detector Preamplifier Patient table Control Panel Image Processing Unit Central Control console AC 200V AC 200V AC 200V Gambar 11. Arsitektur Whole body CT System AC 200V Switch board at hospital side Panel kontrol berfungsi sebagai interface antara operatr dan sistem CT dan meneruskan instruksi dari operator ke image processing unit. Pada scanner terdapatsub micro CPU yang berfungsi mengumpulkan informasi dari masing masing komponen dan diteruskan ke IP melalui communication line berdasarkan permintaan (request) dari IP.

Peta distribusi besaran fisis Citra yang dihasilkan oleh CT scan secara matematis dapat dipandang sebagai peta distribusi spasial parameter fisis f(x,y) dalam bidang dua dimensi tampang lintang obyek, tegak lurus sumbu z. Parameter fisis ini, yang besarnya dinyatakan dengan angka-angka, ditampilkan pada perangkat display dalam representasi warna, biasanya dalam derajat keabuan (grayscale) sehingga peta ini tampak sebagai gambar hitam putih di layar monitor. Bagian gambar yang memiliki warna paling gelap atau derajat keabuan paling tinggi merepresentasikan nilai parameter fisis yang kecil, sebaliknya bagian gambar yang paling terang atau derajat keabuan paling kecil merepresentasikan nilai parameter fisis yang besar. Parameter fisis yang ditampilkan ini bersesuaian dengan besaran fisis yang disebut koefisien atenuasi linear (linear attenuation coefficient) dan diberi lambang mu. Besarnya mu ditentukan oleh jenis bahan yang merujuk pada nomor atom (Z) dan energi radiasi (E). Jumlah intensitas radiasi terusan, selain ditentukan oleh tebal bahan, juga ditentukan oleh harga mu ini. Sumber : NN, Alat Radiologi IV. Akademi Teknik Elektromedik Hasan, Ir. Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor Nugroho, Bintoro Siswo. Inspeksi Pemalsuan Produk dengan Teropong Otak. http:\\ www.fisik@net.htm. 2006x http:\\ www.medistrahospital.htm. Helical CT Scan. 2004 http://swissradiology.com