Penapisan dan pemblokiran konten internet, bolehkah? Oleh: Wahyudi Djafar Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

dokumen-dokumen yang mirip
Adapun poin poin tanggapan dan masukan tersebut adalah sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Term of Reference (ToR) Diskusi Panel 2014 National ID-IGF Dialogue

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

MAKALAH KEBEBASAN BEREKSPRESI, BERKUMPUL DAN BERSERIKAT. Oleh: Ifdhal Kasim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI


PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CERDAS ber-media SOSIAL SERI DIGITAL LITERASI RELAWANTIK INDONESIA

Memastikan perlindungan hak atas privasi di era digital

UU ITE Meresahkan Kemerdekaan Berpendapat dan Berekspresi, Penting Segera Direvisi

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

TANGGAPAN DAN MASUKAN ELSAM TERHADAP RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 19 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

(USULAN) Tata Cara Kerja 1. Forum Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif 2

PENANGANAN KONTEN NEGATIF BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

POIN PENTING DALAM UU ITE

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNOFFICIAL TRANSLATION

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

AMNESTY INTERNATIONAL PERNYATAAN PUBLIK

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

Internet dan Kebebasan Berekspresi di Indonesia

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

15 Februari apa isi rpm konten

BAB III PEMBLOKIRAN KONTEN MEDIA ELEKTRONIK. Meningkatnya penggunaan internet hari ini, telah berdampak pula pada

Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat

1. Para Penyedia Layanan Aplikasi Dan/Atau Konten Melalui Internet (Over

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

Nomor 70 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 70 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2010 TENTANG

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2

Daftar Pustaka. Glosarium

Masih Dicari Hukum Yang Pro Kemerdekaan Berpendapat Friday, 21 October :50 - Last Updated Tuesday, 04 September :19

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Mewujukan Netizen Cilik yang Berbudaya Bali

KEAMANAN NASIONAL KEBEBASAN INFORMASI

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

Ketentuan Penggunaan. Pendahuluan

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Menolak Rencana PerMen Sensor Sapujagat Menguji Pengaturan Bloking dan Filtering Konten Internet di Indonesia

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR:SE/06/X/2015 TENTANG PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DI MEDIA SOSIAL

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Bab 2 Etika, Privasi

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

Transkripsi:

Penapisan dan pemblokiran konten internet, bolehkah? Oleh: Wahyudi Djafar Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

Perlindungan HAM dalam berinternet Resolusi 20/8 yang dikeluarkan oleh Dewan HAM PBB pada 29 Juni 2012, menegaskan bahwa hak yang dimiliki setiap orang saat offline, juga diberikan perlindungan yang sama saat mereka online. Perlindungan ini khususnya yang terkait dengan hak atas kebebasan berekspresi, yang berlaku tanpa melihat batasan atau sarana media yang dipilih. Hal ini sebagaimana merujuk pada ketentuan Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Pasal 19 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik.

Cakupan perlindungan kebebasan berekspresi... semua bentuk ekspresi dan cara penyebarannya, termasuk di dalamnya bentuk lisan, tulisan dan bahasa simbol serta ekspresi non-verbal semacam gambar dan bentuk-bentuk seni. Alat ekspresi termasuk buku, surat kabar, pamflet, poster, banner, pakaian serta submisi hukum. Dalam hal ini juga termasuk semua bentuk audio visual juga ekspresi elektronik dan bentuk-bentuk internet... (CCPR/C/GC/34).

Apakah kebebasan berekspresi bisa dibatasi? Diatur melalui UU Dalam suatu masyarakat yang demokratis Ketertiban umum Kesehatan publik Moral publik Keamanan nasional Keamanan publik Hak dan reputasi pihak lain

Selain lawfulness, pembatasan juga harus... Untuk suatu tujuan yang sah (legitimate aim) Ada kebutuhan yang mendesak (necessity) Dilakukan secara proporsional dengan kebutuhan tersebut (proportionality) Hak tertentu hanya diperbolehkan dibatasi berdasar klausul pembatas pada hak tersebut

Praktik penapisan dan pemblokiran Penapisan konten internet adalah istilah yang mengacu pada teknik kontrol yang dikenakan kepada akses informasi di internet. Teknik ini dapat dibagi menjadi dua teknik yang terpisah: (i) teknik alamat; dan (ii) teknik analisis isi. Tindakan ini dilakukan dengan maksud agar konten-konten terlarang tak dapat diakses oleh publik (Deibert and Villeneuve, 2004).

Dimensi penapisan konten internet (Faris and Villeneuve, 2008) Penapisan/Pemblokiran Konten Internet Politik Sosial Keamanan/konflik Ekonomi Dimaksudkan untuk Ditujukan untuk Bertujuan untuk Bermaksud untuk membatasi mencegah mencegah serangan melindungi penyebaran kontenkonten penyebaran konten terhadap keamanan kepentingan ekonomi yang internet yang nasional suatu suatu negara atau bermuatan politik dikhawatirkan negara, dan juga industri. Alasan yang dikhawatirkan menimbulkan keamanan pengguna utama melakukan bisa mengancam keresahan sosial, internet secara penapisan adalah kekuasaan terutama karena individual (termasuk untuk melindungi hak pemerintah di suatu berbenturan dengan di dalamnya cipta konten di dunia negara, umumnya norma-norma sosial, radikalisme dan maya. diterapkan di negaranegara norma agama, dan terorisme). otoriter. moralitas publik dari kelompok mayoritas di suatu negara.

Kategori penapisan konten internet (Deibert, 2009: 324-325) Penapisan terbuka (inklusi): model penapisan ini mengijinkan pengguna untuk mengakses daftar pendek situs yang disetujui, dikenal sebagai daftar putih, sedangkan konten lainnya diblokir. Penapisan dengan pengecualian: model ini membatasi akses pengguna dengan memblokir situs yang terdaftar pada daftar hitam, sedangkan semua konten lainnya diijinkan. Analisis isi: model ini membatasi akses pengguna dengan melakukan analisis secara dinamis terhadap konten laman situs dan memblokir situs-situs yang mengandung kata kunci, grafis atau kriteria tertentu lainnya dilarang.

Mekanisme penapisan konten internet (Murdoch and Anderson, 2008) a. Mekanisme Header TCP/IP Filtering b. Mekanisme Content TCP/IP Filtering c. Mekanisme DNS Tampering d. Mekanisme HTTP Proxy Filtering e. Mekansime Hybrid TCP/IP dan HTTP Proxy f. Mekanisme Denial-of-Service (DoS) g. Mekanisme Domain Deregistration h. Mekanisme Server Take Down i. Mekanisme Surveillance j. Mekanisme Social Techniques

Apakah penapisan melanggar hak asasi? Pertama, kondisi khusus yang membenarkan pemblokiran tidak terdapat dalam hukum, atau diatur oleh hukum namun pengaturannya sangat luas dan tidak langsung, sehingga menyebabkan pemblokiran konten secara luas dan semena-mena; Kedua, pemblokiran tidak dilakukan untuk memenuhi tujuan yang dijelaskan Pasal 19 ayat (3) ICCPR, dan daftar pemblokiran secara umum dirahasiakan sehingga sulit untuk ditentukan apakah akses ke konten yang dibatasi tersebut dilakukan demi tujuan yang benar; Ketiga, bahkan ketika pembenaran terhadap pemblokiran dilakukan, tindakan pemblokiran telah menciptakan alat-alat yang tidak perlu dan tidak sesuai untuk mencapai tujuan karena tindakan tersebut sering tidak mempunyai tujuan yang cukup untuk dilakukan dan menyebabkan konten tidak bisa diakses karena dianggap ilegal; dan Keempat, pemblokiran dan penyaringan dilakukan tanpa adanya intervensi atau kemungkinan pengujian kembali oleh sebuah pengadilan atau badan independen

Lalu, apakah penapisan bisa dilakukan? informasi yang mengandung muatan pornografi anak (untuk menjaga hak-hak anak), penyebaran kebencian (untuk melindungi hak-hak komunitas yang terpengaruh oleh hal itu), pencemaran nama baik (untuk menjaga hak dan reputasi orang lain dari serangan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab), hasutan publik untuk melakukan genosida (untuk melindungi hakhak orang lain), dan advokasi nasional terhadap ras atau agama yang bisa memicu hasutan diskriminasi, kekerasan atau permusuhan (untuk menjaga hak-hak orang lain, seperti hak untuk hidup).

Perlunya uji kumulatif ketika akan melakukan penapisan (Rundle and Birdling, 2008) Penapisan tersebut harus diatur oleh hukum, yang jelas dan dapat diakses oleh semua orang (prinsip-prinsip prediktabilitas dan transparansi) Tujuan dari dilakukannya penapisan Pernyataan yang harus dilakukan (tindakan hukum terhadap...) Penjelasan khusus mengenai cara penapisan yang akan dilakukan Penapisan tersebut harus memenuhi salah satu tujuan yang diatur pada Pasal 19 ayat (3) ICCPR Proses ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada publik mengenai permasalahan yang sedang terjadi dan solusinya (membantu memastikan bahwa hukum tidak diterapkan dengan sewenang-wenang dan negara menyediakan mekanisme pemulihannya). diaplikasikan oleh badan yang independen, bebas dari pengaruh politik, komersial atau pihak yang tidak berwenang. Harus ada perlindungan untuk menghadapi penyalahgunaan termasuk kemungkinan terhadap komplain dan pemulihan atas tindakan penapisan yang disalahgunakan.

Konten yang dilarang di Indonesia (UU ITE) i. konten yang dianggap melanggar kesusilaan; ii. konten yang mengandung muatan perjudian; iii. konten yang memuat unsur penghinaan dan/atau pencemaran nama baik; iv. konten yang mengandung unsur pemerasan dan/atau pengancaman; v. konten yang menyebarkan berita bohong sehingga menimbulkan kerugian konsumen; vi. konten yang menimbulkan kebencian berdasar SARA; dan vii. konten yang mengandung muatan ancaman kekerasan.

Wewenang penapisan konten internet untuk memutus jaringan pembuatan dan mencegah penyebarluasan produk pornografi, pemerintah dapat melakukan pemblokiran pornografi melalui internet (Pasal 18 dan 19 UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi). tindakan pembatasan dan pengawasan konten internet di Indonesia, dilakukan pemerintah dengan maksud untuk melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan penyalahgunaan informasi dan transaksi elektronik yang mengganggu ketertiban umum (Pasal 40 ayat (2) UU Informasi dan Transaksi Elektronik).

Masalahnya hari ini... Hukum yang belum secara detail dan rigid mengatur mengenai tindakan penapisan konten internet (siapa yang berwenang dan kategori konten apa saja). Tiadanya hukum acara (prosedur) yang jelas untuk melakukan penapisan konten, termasuk mekanisme komplain dan pemulihannya. Belum adanya badan independen (bebas dari pengaruh pihak manapun), yang diberikan wewenang melakukan penapisan. Tapi ingat, hukum saja tidak cukup untuk mengatur, internet harus senantiasa tersedia mekanisme lain di luar hukum (social techniques)