BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Cahaya, Detektor dan Serat Optik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Kata kunci : laju aliran udara, tabung venturi dan fiber coupler.

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan diperlihatkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

Karakterisasi XRD. Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab kedua ini akan dijelaskan secara detail mengenai serat optik, fiber

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler

Studi Teori dan Eksperimen Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler dengan Target Cermin Cekung

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

DAN KONSENTRASI SAMPEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

Pengenalan Alat alat instrumen di dunia industri. Disusun oleh:rizal Agustian T NPM:

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

SERAT OPTIK oleh : Sugata Pikatan

Copyright all right reserved

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

PROPOSAL SKRIPSI PERANCANGAN DIRECTIONAL COUPLER VARIABLE MENGGUNAKAN DUA JENIS SERAT OPTIK MULTIMODE

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL COUPLER KONFIGURASI 3 3 SUSUNAN SEGITIGA BERBAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

RANCANG BANGUN INSTRUMENTASI TEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN PRINSIP DEFLEKSI LASER HE-NE SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM KENDALI OPERASI DI BIDANG INDUSTRI

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

Karakteristik Serat Optik

LATIHAN UJIAN NASIONAL

D. 75 cm. E. 87 cm. * Pipa organa terbuka :

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2004

Endi Dwi Kristianto

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN FIBER OPTIK

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5

STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

SIMAK UI Fisika

C17 FISIKA SMA/MA IPA

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Oleh: STAVINI BELIA

Fisika EBTANAS Tahun 1996

FIsika FLUIDA DINAMIK

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Cahaya, Detektor dan Serat Optik Sistem komunikasi serat optik terdiri dari pemancar, serat optik, dan penerima. Salah satu piranti sistem transmisi serat optik adalah tranduser yang mengubah sistem sinyal optik pembawa informasi. Hal ini artinya pengubahan elektro-optis spectrum sinyal transmisi yang lebih baik, perubahan ini dicapai dengan menggunakan modulasi. Beberapa metode modulasi dapat dipakai, tetapi yang paling banyak digunakan adalah modulasi intensitas. 2.1.1 Sumber Cahaya Laser Berkas laser He-Ne mempunyai keistimewaan dibanding dengan sumber cahaya konvensional, yaitu berkasnya kecil dan sangat terarah, monokromatik, koheren, dan kecerahannya tinggi. Komponen utama laser He-Ne adalah zat aktif, cermin-cermin resonator, dan pemompa energi. Bahan aktif yang dipergunakan adalah campuran gas Helium (He) dan Neon (Ne) dengan perbandingan 7 : 1. Zat aktif ini ditempatkan pada sebuah tabung dengan tekanan 1 torr. Resonator terdiri dari dua buah cermin. Cermin pertama memiliki koefisien reflektivitas sampai 99,99% dan cermin kedua yang disebut dengan cermin keluaran adalah cermin penerus sebagian (partially transmitting). Masalah utama dalam laser gas adalah bagaimana atom dapat dirangsang secara terpilih ke tingkat tertentu dalam jumlah yang cukup untuk mencapai pembalikan populasi. Pemompaan elektrik ke dalam zat aktif akan menghasilkan 6

7 populasi elektron tereksitasi yang cukup memadai. Atom He ternyata lebih siap terangsang oleh kejutan elektron daripada atom-atom Ne. Interaksi antara elektronelektron yang dihasilkan oleh lucutan antara anoda dan katoda akan menghasilkan atom-atom He yang elektron-elektronnya tereksitasi. Aras yang dihuni oleh elektronelektron ini adalah 2s 3 dan 2s 1 yang metastabil. Jika suatu atom He dalam keadaan metastabil membentur atom Ne dalam keadaan dasar, maka akan terjadi pertukaran energi sehingga atom Ne akan naik ke tingkat 2s atau 3s dan atom He akan kembali ke keadaan dasar. Hal ini memungkinkan mekanisme populasi terpilih yang secara terus-menerus memberikan atom-atom Ne ke tingkat-tingkat 2s dan 3s yang akan menaikkan populasinya. Mekanisme pembalikan populasi pada zat aktif dapat diamati pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Skema tingkat energi He-Ne (Laud, 1988) 2.1.2 Detektor diode Fotodetektor adalah komponen penting dalam sistem komunikasi optik yang merubah sinyal optik ke dalam sinyal informasi elektrik kemudian dikuatkan dan diproses agar diperoleh sinyal tranmisi yang lebih baik.

8 Pada fotodiode semikonduktor, proses deteksi dasar terdiri dari pembangkit pasangan lubang elektron foton. Proses ini dimulai di sekitar sambungan p-n, terdapat dua ragam deteksi. Pada ragam fotovoltaik, elektron dihimpun secara difusi ke satu sisi sambungan dan lubang ke sisi lain. Ragam ini berkaitan dengan diode tak terpanjar. Tiap jenis pembawa muatan dikonsentrasikan pada sambungan yang berbeda. Hal ini menghasilkan tegangan pada kaki sambungan dan arus akan mengalir bila piranti ini dibebani. Pada ragam kedua, yaitu ragam fotokonduktif, lubang dipisahkan dari elektron oleh medan elektrik tinggi seperti di dalam lapisan kosong sambungan p-n terpanjar mundur. Hanyutan pembawa muatan pada lapisan kosong mengimbas arus di luar untai. Hubungan antara arus dan tegangan fotodiode diberikan oleh: I=Io{exp(eV/γkθ)-1}-I p (2.1) Dengan Io adalah arus gelap, γ adalah faktor yang menyatakan kualitas sambungan, dan Ip adalah arus foto. Jika tenaga foton sama atau lebih besar dari pada sela pita energi semikonduktor, maka pasangan lubang elektron dapat dibangkitkan. Pada fotodiode proses ini terjadi di dalam lapisan kosong sambungan p-n, tempat cahaya yang datang diserap. Medan elektrik tinggi di daerah ini menyebabkan lubang-elektron terpisah. Pembawa muatan yang dibangkitkan di luar lapisan ini dapat menyumbat arus foto. Semakin besar tegangan panjar mundur, maka daerah kosong lebih besar dan kapasitansi sambungan semakin berkurang. Selanjutnya makin banyak foton yang

9 diserap dan kecepatan hanyut pembawa muatan bertambah sehingga fotodiode lebih cepat dan lebih peka. Jika kuat medan di dalam daerah kosong cukup besar untuk Si kuat medannya lebih dari 10 5 Vm -1 ), pasangan lubang-elektron dapat memperoleh energi yang cukup dari medan untuk menimbulkan tumbukan ionisasi yang akan menciptakan pasangan lubang-elektron yang baru. Selanjutnya pasangan yang baru terbentuk ini dapat menyebabkan tumbukan ionisasi hingga terjadi longsoran pembawa muatan. Selama tegangan diode di bawah tegangan dadal, jumlah pembawa muatan terbatas dan sebanding denagn jumlah pembawa muatan utama ( pembawa muatan utama ini langsung dibangkitkan oleh). Penguatan rata-rata bergantung pada frekuensi sinyal informasi, dapat ditulis: G(ω)= G o /(1+( ω G o τ)) (2.2) Dengan τ, G, dan ω masing-masing adalah tetapan waktu yang bergantung pada struktur diode, penguatan, dan frekuensi. 2.1.3 Serat Optik Serat optik adalah pandu gelombang atau media transmisi gelombang cahaya yang terbuat dari bahan transparan berbentuk silinder dengan indeks bias tertentu yang digunakan untuk merambatkan energi elektromagnetik/cahaya pada frekuensi antara 300 600 Tera Hertz (frekuensi optik). Serat optik memiliki beberapa bagian yakni core, cladding (selubung core), dan coating (jaket).

10 Gambar 2.2 Penampang Serat Optik core adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan yang tidak menghantarkan listrik / dielektrik (bahan silika (SiO 2 ), biasanya diberi doping dengan germanium oksida (GeO 2 ) atau fosfor pentaoksida (P 2 O 5 ) untuk menaikan indeks biasnya, core ini memiliki jari-jari yang besarnya sekitar 8 200 μm dan indeks bias (n 1 ) sekitar 1,5. Selubung core (cladding) yaitu material yang melapisi inti, terbuat dari bahan dielektrik (silika tanpa atau sedikit doping), selubung inti memiliki jari-jari sekitar 125 400 μm dengan indeks bias (n 2 ) yang besarnya sedikit lebih rendah dari n 1. Jaket (coating), bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan cladding yang terbuat dari bahan plastik yang elastis. Ada beberapa jenis serat optik, yaitu: Multimode Step Indeks Pada jenis Multimode step indeks ini, diameter core lebih besar dari diameter cladding. Dampak dari besarnya diameter core menyebabkan rugi-rugi dispersi pada waktu transmisi. Penambahan prosentase bahan silika pada waktu pembuatan, tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi pada waktu transmisi. Berikut adalah gambar dari perambatan gelombang dalam serat optik

11 Gambar 2.3 Perambatan Gelombang pada Multimode Step Indeks Multimode Graded Indeks Pada jenis serat optik multimode graded indeks ini, core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Berikut adalah gambar perambatan gelombang dalam Multimode Graded Indeks : Gambar 2.4 Perambatan Gelombang pada Multimode Graded Indeks Singlemode Step Indeks Pada jenis Singlemode Step Indeks, baik core maupun claddingnya dibuat dari bahan silica glass dengan ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding sehingga transmisi data hanya menggunakan satu lintasan cahaya. Metode semacam ini dapat menghindarkan ketidak akuratan yang dapat terjadi dalam penyaluran data. Seperti ditunjukkan gambar berikut :

12 Gambar 2.5 Perambatan Gelombang pada Singlemode Step Indeks Untuk memudahkan pemahaman mekanisme pemanduan gelombang cahaya dalam serat optik step-indeks, digunakan teori sinar dalam mendeskripsikan perambatan muka gelombang cahaya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 berikut. Gambar 2.6 Sketsa perambatan sinar pada serat optik step-index. Penerapan hukum Snellius dilakukan pada proses pemantulan dan pembiasan sinar pada bidang batas antara dua medium yang berbeda. Pada bidang batas antara core dan cladding dalam Gambar 2.6, jika sudut diperbesar secara gradual maka pada sudut θ tertentu, sinar akan dirambatkan pada bidang batas kedua medium yaitu bidang batas core dan cladding (sinar tidak dibiaskan pada cladding). Pada saat θ mencapai kondisi ini dinamakan sudut kritis ( )

13 (2.3) Untuk mengetahui sudut sinar masukan pada bagian core serat optik agar sinar dapat terpandu, diterapkan hukum Snellius pada bidang batas antara core dan udara. Agar sinar dapat terpandu, maka sudut = dengan demikian persamaan Snellius menjadi : 2 1 2 1 sin C 2 (2.4) dengan adalah indeks bias udara yang nilainya 1, maka dengan menggabungkan persamaan (2.2) dan (2.3) dapat dituliskan kembali menjadi persamaan berikut. (2.5) Persamaan (2.4) menunjukkan hubungan antara sudut masukan sinar dengan indeks bias ketiga medium yang berinteraksi. Hubungan tersebut dinyatakan sebagai tingkap numeris atau NA (numerical aperture), sehingga nilai NA serat optik dapat ditulis sebagai berikut.

14 persamaan: (2.6) didefinisikan beda indeks bias antara core dan selubung ( ) menurut perbedaan nilai n 1 dan n 2 sangat kecil sehingga, oleh sebab itu: (2.7) Nilai Δ berkisar sampai untuk serat optik multimode dan sampai untuk serat optik singlemode (Keiser, 1991). Nilai NA untuk serat optik step-index berkisar antara, serat optik graded-index di sekitar (Hoss, 1993). Untuk serat optik step-index multimode dari bahan plastik berdiameter core besar, nilai NA antara (Krohn, 2000). 2.1.3.1 Fiber Coupler Serat Optik Fiber Coupler serat optik adalah perangkat optik yang berfungsi sebagai pemecah (splitter) berkas cahaya, pembagi daya (power divider), optikal switching, divais WDM, divais interferometer baik Michelson maupun Mac Zehnder serta divais optik yang lain (Fernando, 2007)..

15 Fiber coupler yang tersusun dari dua buah serat optik mempunyai empat buah port dan disebut fiber coupler serat optik struktur simetri 2x2. Skema fiber coupler serat optik struktur simetri 2x2 yang dibuat dengan metode fused biconical tapered diperlihatkan pada Gambar 2.7 berikut. Gambar 2.7. Fiber coupler Struktur Simetri 2x2 Berbahan Serat Optik dengan Metode Fused Biconical Tapered (Fernando, 2007) Dengan mengacu pada Gambar 2.7, parameter-parameter tersebut dituliskan dalam persamaan-persamaan sebagai berikut : (2.8) (2.9) (2.10) 2.1.3.2 Directional Coupler Sebagai Pergeseran (2.11) Desain directional coupler sebagai sensor pergeseran terdiri dari laser, detector, directional coupler dan cermin (target) diperlihatkan pada gambar. Laser Input Port Coupler Detektion port Detektor Gambar 2.8 Desain displacement sensor Planar mirror

16 Prinsip pengukuran pergeseran z adalah dengan cara membandingkan daya optik cahaya pantulan dari cermin yang dikopel balik port sensing terhadap daya optik cahaya yang dipancarkan oleh sumber melalui port sensing. Besarnya daya optik cahaya yang diterima detektor (Pd) melalui port deteksi bergantung pada jarak antara port sensing dari permukaan cermin. Hubungan perubahan daya optik cahaya akibat pergeseran cermin dengan menggunakan pendekatan berkas elektromagnet Gaussian diberikan oleh persamaan berikut: 2 P= P 0 1 exp 2 (2.12) cz 1 Pi, Po dan z masing-masing menyatakan daya optik cahaya yang dierima sensing port, daya total cahaya dan pergeseran cermin. Sedangkan konstanta C=(2 tan sin -1 NA) / a (2.13) NA dan a masing-masing adalah tingkat numerik dan jari-jari serat optik( Samian dkk, 2009). Adapun di pasaran, fiber coupler multimode yang berbentuk Y yang memiliki rasio daya pisah cahayanya 50 : 50. Fiber coupler ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.9 berikut: Ujung spliter 1 50% Intensitas 100% Ujung transmiter Ujung spliter 2 50% Gambar 2.9 Fiber coupler multimode splitter 1x2 dengan rasio 50:50

17 2.2 Pengertian Sensor Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi, seperti: energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi mekanik dan sebagainya (D Sharon dkk, 1982). Dalam memilih peralatan sensor yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan di sensor, maka persyaratan umum sensor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. a. Linearitas Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinu. Contohnya, sebuah sensor ketinggian dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan ketinggian yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 2.10 memperlihatkan hubungan antara tegangan listrik sebagai fungsi dari ketinggian fluida.

18 0.12 Tegangan keluaran detektor (V) 0.10 0.08 0.06 0.04 y = 0.1309x + 0.0711 R² = 0.9914 0.02 0.04-0.24 (m) 0.00 cm 0.0 0.1 0.2 0.3 Tinggi Bensin (m) Gambar 2.10. Grafik Tegangan Keluaran Detektor terhadap Perubahan Ketinggian Permukaan Bensin (Hadi Suntaya, 2011) b. Sensitivitas Sensitivitas akan menunjukkan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan. Misalnya, beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan satu volt per derajat, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan dua volt per derajat, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linearitas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan.

19 c. Resolusi Nilai resolusi sistem sensor adalah satuan ukuran terendah yang dapat dibaca oleh sensor, atau dengan kata lain resolusi merupakan nilai perubahan terkecil dari input sensor yang dapat mengubah output sensor (Joseph J. Carr, 2010). d. Tanggapan waktu Secara umum sensor tidak mengubah parameter keluaran segera ketika perubahan parameter masukan terjadi. Sebaliknya, itu akan berubah menjadi keluaran baru selama periode waktu tertentu yang disebut tanggapan waktu. Tanggapan waktu dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk output sensor untuk berubah dari keadaan sebelumnya ke nilai parameter keluaran. 2.3 Pengertian Fluida Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Oleh karena itu yang termasuk fluida hanyalah zat cair dan gas. Fluida terbagi dua : - fluida statis (hidrostatis) - fluida dinamis (hidrodinamis)

20 2.3.1 Jenis Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional, tak rotasional. 2.3.2 Persamaan Hidrostatik (Tekanan) Secara umum tekanan didefinisikan sebagai gaya (F) per satuan luas (A) yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan (Giancolli, 2001). Dan dapat dinyatakan dengan : (2.14) Satuan tekanan dalam SI adalah N/m 2. Satuan ini mempunyai nama resmi Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m 2. Namun untuk penyederhanaan, sering menggunakan N/m 2. Satuan lain yang digunakan adalah dyne/cm 2, lb/in 2, (kadang disingkat dengan psi ), dan kg/cm 2 (apabila kilogram adalah gaya : yaitu, 1 kg/cm 2 = 10 N/cm 2 ). Persamaan (2.14) bukan suatu tekanan mutlak/absolut dari dasar wadah karena tidak diperhitungkan adanya tekanan udara yang mempengaruhi cairan tersebut. Tekanan mutlak adalah penjumlahan tekanan udara/atmosfir dengan tekanan cairan yang memiliki persamaan sebagai berikut, (2.15) dengan, ρ,, dan h, masing-masing adalah tekanan atmosfir, kerapatan zat cair, percepatan gravitasi, dan tinggi zat cair.

21 2.3.3 Persamaan Kontinuitas Pada gambar 2.12, jika fluida tersebut tidak dapat ditekan ( tidak berubah terhadap tekanan) yang merupakan pendekatan untuk zat cair dalam sebagian besar kondisi maka dan persamaan kontinuitas menjadi, (2.16) V 1 A 1 A 2 V 2 Gambar 2.12 Aliran fluida melalui saluran yang berbeda luas penampangnya 2.3.4 Persamaan Bernoulli v2 v1 P 1 P 2 h2 h1 Gambar 2.13 Aliran fluida melalui saluran pipa Dalam kondisi lain, jika saluran pipa titik 1 dan titik 2 berbeda pada ketinggiannya maka berlaku persamaan Bernoulli, lihat gambar di bawah ini, Pada Gambar 2.13, menurut prinsip kerja energi, kerja total yang dilakukan pada sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya, dengan demikian persamaan di atas menjadi,

22 Massa m mempunyai volume =, berarti kita bisa mensubstitusikan, dan juga nantinya dibagi dengan sehingga didapatkan: maka dilakukan penyusunan ulang untuk mendapatkan persamaan Bernoulli, yaitu: dimana; P = tekanan fluida ( ) v = kecepatan aliran ( ) ρ = massa jenis fluida ( ) = gravitasi bumi ( ). (2.17) 2.4 Alat-alat Flowratemeter Alat ukur aliran fluida umumnya ada dua yaitu : 1. Venturimeter 2. Pitot tubes Pada dasarnya prinsip kerja dari kedua alat ukur ini adalah sama yaitu bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju aliran yang diberikan kepada alat ini bertambah.

23 2.4.1 Venturimeter Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan. Gambar 2.14 Desain venturimeter Berlaku persamaan Bernoulli dimana h 1 =h 2 =H, sehingga: (2.18) Karena berlaku persamaan kontinuitas,, maka: 1 2 A1 = v1 ( 1) 2 A2 2 Selisih ketinggian fliuda (ΔH=H 1 -H 2 ) pada gambar 2.14 mengakibatkan perbedaan tekanan fluida (P 1 -P 2 ) pada kedua luas penampang, sehingga: 1 2 A1 gh v1 ( 1) 2 A2 2

24 v 1 v 1 2gH A A2 2 1 1 Persamaan lain yang dapat diturunkan dari Persamaan 2.18 : 2( P1 P2 ) 2 A 1 1 A2 (2.19) (2.20) Persamaan 2.20 adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan besarnya laju aliran fluida dengan mengukur selisih tekanan (P 1 - P 2 ) pada kedua penampang tabung venturi. 2.4.2 Pitot tubes Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.15. Sama halnya seperti plate orifice, pitot tubes membutuhkan dua lubang pengukuran tekanan untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot tubes ini biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes terbuat dari stainless steel dan kuningan. Gambar 2.15 Tabung Pitot