MODUL 12 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Keselamatan Kerja Listrik dan Prosedur Isolasi)

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

MODUL 13 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

MODUL 14 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Pengertian dan Fungsi Manajemen)

Keselamatan kerja segi Mekanik dan Elektrik. Kuliah 10

MODUL 7 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Listrik) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 4 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Pencegahan Kecelakaan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 8 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kabel dan Sambungan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 9 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Tangga dan Beban) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 3 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Penempatan dan Pembuangan)

MODUL 6 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Terluka oleh benda kecil)

MODUL 1 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kesehatan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 17 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Dampak Pencemaran Terhadap Sumer Daya Manusia)

MODUL 16 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan)

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 KESELAMATAN KERJA (Peraturan, Norma dan Standar K3)

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB III EVALUASI A. Kognitif skill

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah. Seri Artikel Keselamatan Kelistrikan Tambang Bawah Tanah 1. LOTO (bagian 1)

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

A. KRITERIA AUDIT SMK3

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK / 2

LOCK OUT TAG OUT (LOTO)

MODUL 2 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG MESI N/ APM) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

Keselamatan Kerja di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program

Sistem Pengoperasian dan Pemeliharaan Pemisah (Disconnecting Switch) Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv Gandul

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

MODUL 15 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Pencemaran Lingkungan)

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME

Perizinan Usaha Penyediaan dan Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Toha Ardi Nugraha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL 1 2 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SANITASI DAN KEAMANAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. pameran, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (T.INDUSTRI/S1) KODE / SKS AK /2 SKS

Bagian 2 Persyaratan dasar

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

Regulasi Keteknikan Di Bidang Ketenagalistrikan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal Menyimpan dalam kedaan off merupakan salah satu cara memperlakukan alat...

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : Diajukan oleh : Dikendalikan oleh : Disetujui oleh :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-33W) Edisi 1

INSTRUKSI KERJA ALAT HOTPLATE AND STIRER IKA C-MAG HS7

TES TERTULIS LEVEL : JUDUL UNIT : Memelihara Instalasi Listrik Tegangan Rendah (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN :

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah. Seri Artikel Keselamatan Kelistrikan Tambang Bawah Tanah 2 LOTO

SUB BIDANG PERANCANGAN

SUB BIDANG KONSTRUKSI

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUB BIDANG PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

PEDOMAN ORGANISASI INSTALASI SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PENANAK NASI (RICE COOKER) DOMO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

Prinsip Dasar dan Regulasi Ketenagalistrikan. Toha Ardi Nugraha

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

MODUL 2 KESELAMATAN KERJA (Peran & Fungsi K3 Pada Pekerjaan Konstruksi)

Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar

APA YANG SALAH? Kasus Sejarah Malapetaka Pabrik Proses EDISI KEEMPAT

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PEMANFAAT TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PENUNJANG

Transkripsi:

MODUL 12 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Keselamatan Kerja Listrik dan Prosedur Isolasi) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO

LEMBAR KERJA SISWA 1 2 DASAR DASAR KESELAMATAN LISTRIK Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja No.Per.04/MEN/1988. Prinsip prinsip keselamatan pemasangan listrik antara lain : a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan. b. Mengindahkan syarat syarat yang telah ditetapkan (PUIL) c. Harus menggunakan tenaga terlatih. d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya. e. Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari instansi yang berwenang. KETENTUAN LAIN MENGENAI PERSYARATAN KESELAMATAN KERJA BIDANG KETENAGALISTRIKAN Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi. Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama untuk tegangan menengah dan / atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan pada pengusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan baik. Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Segera dilakukan penggantian. Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus dibebaskan dari air, debu dan arang dan zat asam, antara lain dengan cara penyaringan. Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh sebab itu harus sering dilakukan pengujian terhadapnya. Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan bahan yang magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik. Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka / dilepas, harus dipasang kembali pada tempatnya. Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat membahayakan instalasi listrik. Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan dan perluasan instalasi pada keadaan bertegangan ; dan dalam keadaan aman, perlengkapan listrik harus terpelihara dengan baik. 1 3

DASAR DASAR PROSEDUR ISOLASI Dasar Hukum Peraturan Isolasi tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor Per. 04/MEN/1985 Pasal 6.Isolasi merupakan bagian dari pengendalian bahaya ditempat kerja. Isolasi yang dimaksud adalah mengisolasi sumber energi yang berbahaya sedemikian sehingga dapat memberikan perlindungan dalam pekerjaan yang menuntut suatu bagian tubuh berada dalam posisi di mana gerakan yang tidak sengaja atau lepasnya energi berbahaya yang tersimpan dapat menimbulkan cedera / sakit atau kerugian lain yang tidak diinginkan. Diketahui ada lima kelompok energi yang berbahaya yang berpotensi menimbulkan cedera atau penyakit terhadap personil bila tidak dikendalikan dengan benar. a) Elektrikal Energi listrik dapat berbentuk sirkit hidup (live circuit) atau arus residu (residual current). Energi listrik dikelompokkan menjadi : Tegangan Tinggi (lebih dari 650 volt). Tegangan Rendah (tidak lebih dari 650 volt). Tegangan Sangat Rendah (tidak lebih dari 32 volt). Energi listrik dianggap berbahaya bila arus listrik dapat menimbulkan cedera dengan cara melewati tubuh. b) Panas Energi panas dapat berbentuk temperatur panas atau dingin. Energi panas ini dapat berbahaya bila melampaui kemampuan tubuh untuk menahan temperatur itu. c) Bahan Kimia Energi bahan kimia dianggap berbahaya bila berisi bahan bahan yang dapat menimbulkan cedera atau penyakit melalui kontak dengan cara dihirup, diserap atau dicerna. Bahan kimia biasanya dikelompokkan menjadi :- Korosif Mudah terbakar Beracun Oksidasi Ledakkan d) Radiasi Radiasi atau sumber radioaktif dianggap berbahaya bila secara spontan mengeluarkan energi dalam jumlah cukup banyak untuk menimbulkan perubahan terhadap struktur molekul tubuh merusak organ organ. Radiasi dapat diklasifikasikan menjadi : Ioniasasi Non-Ionisasi e) Mekanikal Energi mekanis dianggpap berbahaya bila energinya cukup besar untuk menimbulkan cedera fisik pada orang. Energi mekanis dapat dikelompokkan menjadi : Gravitasi (karena posisi) Tersimpan (pegas) Hidrolik Pneumatik 2 3

Sebagai bahan pengetahuan, berikut disampaikan contoh prosedur isolasi umum (disadur dari Prosedur Isolasi PT Kaltim Prima Coal) : No Tahapan Yang diperlukan / tindakan 1 Langkah Satu Mengenali sumber energi yang berbahaya al : Kenali semua sumber energi dan konfirmasikan bahwa titik isolasi utama telah diketahui. Ketahuilah suatu instalasi atau alat yang berhubungan dan dapat menciptakan bahaya. Tetapkan jenis isolasi yang akan ditetapkan (individu / kelompok). 2 Langkah Kedua Memberitahukan kepada pihak terkait al : Beritahu semua personil yang akan terkena imbas isolasi untuk mencegah timbulnya masalah. Bila perlu, beritahu pihak operasional bahwa instalasi atau alat yang berhubungan harus diisolasi agar pekerjaan dapat dilakukan dengan aman. 3 Langkah Ketiga Mengisolasi sumber-sumber energi berbahaya al : Isolasi sumber sumber energi berbahaya pada instalasi atau alat pada titik titik isolasi utama dan menggunakan instruksi yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat. Gunakan scissor lock / pad lock atau master series lock. (Jangan menggunakan alat Bantu untuk isolasi tombol tekan, alat sirkuit control, emergency stop, pull wire switch compressor. 4 Langkah Keempat Memastikan potensial energi nol al : Semua isolasi sumber energi berbahaya harus dites untuk memastikan bahwa energi energi itu telah dikendalikan (potensial energi Nol). Periksa juga semua energi tersimpan dan pastikan telah diamankan, seperti : chocking, pengeluaran tekanan, pemasangan barikade, dsb. 5 Langkah Kelima Memasang personal lock-out al : Pasang personal lock out sesuai dengan sumber energi utama yang berhubungan dimana ia bekerja. 6 Langkah Keenam Memulai pekerjaan 7 Langkah Ketujuh Menyelesaikan pekerjaan al : Pastikan semua pekerjaan telah diselesaikan. Semua personal lock out dilepas. Beritahu semua pihak yang relevan atau terpengaruh mengenai maksud menghubungkan kembali sumber energi. Pastikan aslat dites dan mampu beroperasi kembali. Komunikasikan pada semua orang bahwa alat sudah dioperasikan. 3 3

Daftar Pustaka M. Manulang, Dasar Dasar Manajemen, Edisi Ketiga, Erlangga-Jakarta 1983 Ir. Budhy Manan,MT, Manajemen Proyek, APEI-JATIM 2000 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta 1986 Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Cetakan 13, Djambatan- Jakarta 2003 Helena Poerwanto, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Hukum UI, Depok-2005 Silalahi,B.N.B, Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, PT.Pustaka Binaman,Jakarta 1991 Suma mur PK, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan ke-9, CV.Haji Hasagung - Jakarta UU Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23 UU Pokok-Pokok Kesehatan No.9 Tahun 1960 Permenaker 05/MEN/1996 Pasal 13 UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982 Lina Taringan, Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, e-usu Resipository 2004 Universitas Sumatera Selatan Yana Suryana dan Sumadi,Seminar Kualitas Air di Kabupaten Bondowoso Tahun 2003 Kantor Lingkungan Hidup, Sampling dan Analisa Tahunan Pencemaran Koliform di Hilir Sungai Sampean Tahun 2007 Laporan Observasi Peserta Susur Sungai Hari Lingkungan Hidup Th.2003 Media Harian Kompas Edisi 5 Juni 1999, Pencemaran Lingkungan Hidup Merusak Sumber Daya Manusia (SDM) Malikmakassar.wordpress.com/2008/10/05/dampak- pencemaranlingkungan-terhadap-kesehatan