BAHAYA RADIASI DAN CARA PROTEKSINYA HAZARDOUS AND RADIATION PROTECTION METHODS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

TEORI DASAR RADIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FISIKA ATOM & RADIASI

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

Gelombang Elektromagnetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah :

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

NUKLIR DI BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN.. 01 A. Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum. 02 Tujuan Instruksional Khusus 02

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

RADIOAKTIF Oleh Arif Yachya, M.Si

KIMIA (2-1)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 2. Nilai Batas Dosis

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, membuat banyaknya. peralatan listrik modernyang menggunakan gelombang elektromagnetik

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation.

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

Radiasi 22/12/2014. Radiasi Sumengen Sutomo

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

Transkripsi:

BAHAYA RADIASI DAN CARA PROTEKSINYA Badunggawa P*, Sandi IN**, Merta IW*** *Bagian Radiologi RSUP Sanglah/Fak. Kedokteran Universitas Udayana, **Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Fak. Kedokteran Universitas Udayana, ***Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Denpasar ABSTRAK Radiasi yang kita terima setiap saat, termasuk radiasi untuk tujuan kedokteran, mempunyai dampak positif dan negatif terhadap keselamatan manusia dan lingkungan. Dampak positif dari radiasi terhadap keselamatan manusia diantaranya adalah digunakan sebagai pengobatan dan dampak negatifnya adalah tergantung dari besar dosis yang diterima diantaranya adalah mulai dari mual, muntah, pusing-pusing, rambut rontok, menyebabkan kanker, diturunkan secara genetik, dan yang lebih berbahaya lagi adalah menyebabkan kematian. Oleh karena itu kita harus berhati-hati terhadap bahaya yang ditimbulkannya, baik terhadap pekerja radiasi maupun masyarakat umum termasuk pasien. Perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan radiasi ini dikenal dengan istilah proteksi radiasi. Sehingga dosis yang diterima pertahun oleh pekerja atau masyarakat umum tidak melebihi batas dosis yang ditetapkan oleh Bapeten. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meminimalkan bahaya tersebut sehingga pekerja dan pasien merasa aman melakukan dan dikenai tindakan medik.[medicina 2009;40:47-51]. Kata kunci: radiasi, proteksi radiasi, batas dosis. HAZARDOUS AND RADIATION PROTECTION METHODS ABSTRACT Daily exposure to radiation, including of radiation for medical purpose, has positive and negative effect to human and environment. The positive effect of radiation can be used as medical treatment and the negative effect is depend on how much dose of radiation exposed to human, the effect is such as nausea, vommitting, headache, hair loss, cancer, genetic mutation, also caused of death. Special precaution must be done to deal with its hazardous effect particularly for worker and patients, is calling of radiation protection. Annual total dose of radiation exposed to worker and patients should not exceed the doses recommended by Bapeten. Some measured has been done to minimize the danger of irradiation for the security and safety in carrying and medical procedures.[medicina 2009;40:47-51]. Keywords: radiation, radiation protection, limit of dose 1

PENDAHULUAN Radiasi atau pancaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana energi dilepaskan oleh suatu atom. 1,2 Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional, radiasi adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. 3 Jadi radiasi kedokteran adalah energi yang dipancarkan oleh atom dalam bentuk partikel atau gelombang yang digunakan dalam dunia kedokteran, baik untuk tujuan diagnosis maupun tujuan pengobatan (terapi). Ada beberapa radiasi yang kita terima set iap saat, baik yang berasal dari alam maupun dari buatan manusia. Radiasi tersebut ada yang bermanfaat atau berdampak positif dan ada yang merugikan atau berdampak negatif bagi tubuh manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan Pengetahuan kita sangat terbatas mengenai mana radiasi yang bermanfaat dan mana yang merugikan bagi tubuh manusia, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius agar radiasi tersebut tidak merusak tubuh atau mengusahakan agar radiasi untuk tujuan diagnosis ataupun terapi sekecil mungkin dengan mempertimbangkan berbagai faktor, sehingga jumlah radiasi yang diterima oleh seseorang pertahun tidak melebihi batas ambang yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nukklir (Bapeten). Walaupun dosis radiasi yang diterima dari diagnosis maupun terapi dapat dihitung, namun kita juga menerima radiasi dari luar tujuan tersebut, misalnya dari sinar kosmik, sinar ultraviolet, dari lingkungan bebas maupun di dalam rumah yang berasal dari bahan bangunan batako, pasir semen, kayu dan lain-lain, yang sulit untuk kita ukur besar dosisnya, karena masing-masing orang menerima radiasi yang berbeda. Makalah ini membahas tentang radiasi kedokteran dan cara-cara melakukan proteksi radiasi. JENIS-JENIS RADIASI Perkembangan ilmu kedokteran saat ini, termasuk radiologi dan kedokteran nuklir sangat pesat, didukung oleh perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra alat tubuh dengan komputer sebagai pengolah data. Kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan kamera positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh dua dimensi ataupun tiga dimensi baik bersifat statis maupun dinamis. Dalam kedokteran nuklir, menggunakan sumber radiasi terbuka buatan yang berasal dari disintegrasi inti radionuklida, baik yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien ( studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dalam bahan biologis yang diambil dari tubuh pasien (studi in-vitro). 4 Menurut massanya radiasi dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu radiasi korpuskuler ( corpuscular radiation) dan radiasi elektromagnetik ( electromagnetics radiation). Radiasi korpuskuler adalah pancaran atom-atom atau partikel sub atom yang mempunyai kemampuan memindahkan energi geraknya atau energi kenetiknya ke bahanbahan yang ditumbukya. Sedangkan radiasi elektromagnetik adalah pancaran gelombang yang punya medan listrik dan magnet yang dapat menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari bahan yang dilaluinya. 2 Jadi radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa, terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, gelombang tampak, sinar-x, sinar gamma dan sinar kosmik. Sedangkan radiasi korpuskuler (radiasi partikel) adalah radiasi yang memiliki massa, di antaranya partikel alfa, beta dan netron. Partikel alfa dan beta ini dihasilkan dari peluruhan sat radioaktif yang terurai menjadi satu atau beberapa partikel lain. 5 Energi radiasi dapat mengeluarkan elektron dari atom. Elektron yang dikeluarkan itu dapat mengikat atom netral lainnya dan membentuk ion negatif sedangkan atom yang 2

ditinggalkan elektron menjadi bermuatan positif. Peristiwa pembentukan ion negatif dan positif ini disebut ionisasi. 6 Dalam proses aktifasi inti ini unsur-unsur yang semula tidak bersifat radioaktif menjadi bersifat radioaktif sehingga dapat memancarkan radiasi. Umumnya adalah radiasi gamma yang sering disebut reaksi netron gamma. 7 Tidak semua radiasi menimbulkan ionisasi, sehingga radiasi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi dan yang dapat menimbulkan ionisasi. 2,5 Radiasi yang tidak dapat menimbulkan pasangan ion yaitu radiasi yang punya panjang gelombang lebih dari 100Å apabila bertumbukan dengan medium. Di antaranya adalah radiasi galombang elektromagnetik yaitu: sinar ultraviolet, sinar inframerah dan gelombang infrasonik. Radiasi yang dapat menimbulkan pasangan ion adalah radiasi yang mempunyai panjang gelombang lebih pendek dari 100Å apabila berinteraksi dengan medium. Radiasi tersebut diantaranya radiasi elektromagnetik sinar X, sinar gamma, dan semua jenis radiasi pertikel. PENGGUNAAN DAN BAHAYA RADIASI Penggunaan radiasi ionisasi dalam dunia kedokteran jauh lebih besar dibandingkan dengan penggunaan radiasi non ionisasi, akan tetapi efek samping dari penggunaan radiasi ionisasi tersebut jauh lebih besar. Penggunaan radiasi non ionisasi di antaranya adalah; gelombang mikro, gelombang pendek, gelombang ultrasonik untuk pengobatan nyeri otot, nyeri sendi, neuritis dan lain-lain. 5 Di samping itu yang cukup banyak digunakan saat ini adalah radiasi gelombang elektromagnetik ultra panjang. 8 Walaupun banyak keuntungan yang didapatkan dari gelombang elektromagnetik ini, tetapi dampak negatif yang dihasilkannya juga ada. Ponsel dan radar terutama yang dipakai dekat dengan tubuh dapat mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh dan bila intensitas radiasinya kuat, maka molekul air akan terionisasi. Dampak yang ditimbulkan merupakan radiasi nuklir. 9 Jaringan nirkabel wireless-fidelity (Wi-Fi) dan transmisi telepon seluler (ponsel) dapat berefek kerusakan kromosom, berdampak pada kapasitas konsentrasi, dan menurunnya memori jangka pendek, serta meningkatnya kejadian berbagai tipe kanker. 10,11 Di dalam rumah banyak jenis peralatan yang perlu diwaspadai meningkatkan radiasi yang diterima oleh tubuh, diantaranya: mikrowave yang menimbulkan gelombang elektromagnetik cukup besar, telepon genggam, kabel listrik yang mengandung campuran logam dan zat berbahaya terutama pada pembungkusnya yang mengandung Poly Vinyl Chlorida (PVC) dan timbal (Pb), yang bila zat ini menguap ke udara mengakibatkan mual, muntah, dan kepala pusing apalagi bila terjadi kebakaran. Pipa paralon juga mengandung PVC sehingga air minum yang mengalir di dalamnya berisiko teracun PVC. Bila air yang teracun diminum, sehingga racun menumpuk dalam tubuh dapat menyebabkan kanker hati. Perkakas makan dari melamin mengandung senyawa kimia formaldehid yang mengkontaminasi makanan atau air yang dikonsumsi dan berpeluang terjadinya penyakit kanker. 12 Pembangunan PLTN sangat berisiko terutama bila pengolahannya kurang hatihati. Saat ini di negara-negara maju mulai menghentikan pengambilan energi nuklir ini karena kesulitan dalam pengolahan limbahnya. Bahaya dari radiasi nuklir ini seperti kebocoran di Chernobyl menyebabkan gejala yang muncul dalam waktu relatif singkat yaitu pusing, muntah, rambut rontok, gigi tanggal, dan penuaan dini. Yang lebih berbahaya lagi bila zat radioaktif masuk dalam rantai makanan dan diturunkan secara genetik. 13 Jadi radiasi bisa berefek secara langsung maupun secara tidak langsung. 14,15 Penggunaan radiasi ionisasi yang paling luas dalam dunia kedokteran adalah sinar-x dan sinar gamma. Hubungan antara sinar gamma dengan material biologis sangat 3

kuat, sehingga mampu memukul elektron pada kulit atom yang akan menghasilkan pasangan ion. Cairan tubuh intraselular maupun ekstraselular akan terionisasi yang menyebabkan kerusakan dan kematian pada mikroorganisme, sehingga sinar gamma banyak dipakai sebagai sterilisasi peralatan kedokteran. Radiasi sinar gamma atau sinar-x yang berasal dari energi atom cobalt dapat membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme. 16 Kedua sinar ini punya potensi bahaya yang lebih besar dari radiasi lain. Pengaruh sinar kosmik hampir dapat diabaikan karena radiasi yang berasal dari luar tata surya ini sebelum mencapai tubuh manusia berinteraksi dengan atmosfer bumi. Begitu juga ultraviolet hanya sebagian yang diteruskan ke permukaan bumi karena sebelumnya telah berinteraksi dengan ozon pada lapisan stratosfer. 17,18 Radiasi beta hanya dapat menembus kertas tipis dan tidak dapat menembus tubuh manusia. Demikian juga radiasi alfa hanya dapat menembus beberapa millimeter udara. Sedangkan radiasi netron hanya terdapat di reaktor nuklir. 3 Unsur-unsur yang berat seperti uranium, radium dan plutonium melepaskan radiasi alfa yang sangat berbahaya apabila radiasi tersebut masuk kedalam tubuh manusia. Sinar-X adalah yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan sehari-hari dan hampir semuanya dibuat oleh manusia dengan membuat peralatan tegangan tinggi dalam suatu tabung gelas. DOSIS RADIASI Radiasi tidak dapat kita deteksi secara langsung dengan panca indra tetapi harus dengan peralatan khusus yang disebut detektor radiasi, misalnya film fotografi, tabung geiger-muller ( Geiger Muller counter) dan pencacah sintilasi. Hasil pencatatan dari detektor radiasi ini diinterpretasikan sebagai energi radiasi terserap oleh seluruh tubuh atau jaringan tertentu. Banyaknya energi radiasi pengion terserap oleh tubuh disebut dosis terserap yang dinyatakan dalam satuan Gray (Gy), dan untuk satuan yang lebih kecil dinyatakan dengan milli Gray ( mgy). Besar dosis yang sama untuk setiap jenis radiasi belum tentu punya efek biologis yang sama oleh karena setiap radiasi pengion punya kemampuan berbeda dalam merusak jaringan atau organ tubuh manusia. Karena perbedaan tersebut diperlukan besaran dosis yang tidak tergantung dari jenis radiasi yaitu dosis ekivalen dengan satuan Sievert (Sv) dan untuk satuan yang lebih kecil digunakan milli sievert (msv). Dosis ekivalen adalah dosis terserap dikalikan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi untuk elektron (radiasi beta), foton (gamma) dan sinar -X bernilai 1 sedangkan untuk radiasi alfa bernilai 20. Ini berarti bahwa radiasi alfa bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh 20 kali lebih besar dibandingkan dengan radiasi beta, gamma, dan sinar-x. Dengan adanya dosis ekivalen ini maka osis 1 Sv yang berasal dari radiasi alfa akan mengakibatkan kerusakan yang sama dengan dosis 1 Sv dari radiasi sinar beta, gamma dan sinar-x. 3 Setiap jaringan tubuh juga mempunyai kepekaan masing-masing terhadap radiasi (faktor bobot organ), misalnya sel kelamin punya faktor bobot organ lebih tinggi dari sumsum tulang, ginjal, paru, dan lain-lain. Oleh karena itu dibuatlah dosis efektif yang menyatakan jumlah dari dosis ekivalen yang diterima tubuh dikalikan dengan faktor bobot organ. 5 Dosis ini sering disebut dengan dosis radiasi yang dinyatakan dengan Rem (1 Sv = 100 Rem). Nilai batas dosis menurut surat keputusan Kepala Bapeten No: 01 / Ka Bapeten / V 99, penerimaan batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum selama jangka waktu 1 tahun tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan 4

penyinaran alam. 19 Nilai batas dosis pekerja radiasi untuk seluruh tubuh sebesar 50 msv pertahun sedangkan nilai batas dosis masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 msv pertahun. Dalam hal penyinaran lokal pada bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan tubuh yang terkena radiasi harus tidak lebih dari 50 msv pertahun. PROTEKSI RADIASI Proteksi radiasi adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk melakukan perlindungan terhadap radiasi, mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan. Salah satu bahaya dari radiasi adalah menyebabkan kanker, karena radiasi yang diberikan tidak sesuai dengan aturan. Radiasi ini dapat mengaktifkan sel kanker (karsinogen). 20,21 Kanker merupakan suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yng tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Perlindungan dari radiasi dapat dilakukan dengan pengawasan, baik melalui peraturan yang berkaitan dengan radiasi dan bahan-bahan radioaktif maupun dengan dibentuknya badan pengawas yang bertanggung jawab. Di Indonesia badan tersebut adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan di tingkat Internasional adalah International Commission on Radiological Protection (ICRP). Badan-badan ini mengatur pembatasan dosis radiasi dengan 3 azas yaitu; azas justifikasi, azas optimasi, dan azas limitasi. 3 Azas justifikasi adalah suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang lebih dibandingkan dengan risikonya. Azas optimasi adalah paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Sedangkan azas limitasi adalah dosis perorangan tidak boleh melebihi batas yang direkomendasikan oleh ICRP. Proteksi radiasi dibagi dalam dua golongan yaitu proteksi terhadap pegawai dan proteksi terhadap masyarakat umum. Proteksi terhadap pegawai radiasi lebih mudah karena pada saat penyinaran berada di luar ruangan, hanya pada voltase rendah berada di dalam ruangan, tetapi harus memakai lead apron dan berdiri di belakang arah sinar. Bekerja di daerah radiasi harus punya sistem proteksi yang memadai karena manusia tidak mempunyai sensor biologis terhadap radiasi dan diperlukan disiplin yang tinggi. Instrumen proteksi radiasi berfungsi memantau daerah radiasi, mengukur laju dosis radiasi serta jumlah dosis yang diterima oleh pekerja dan memberikan tanda peringatan dini (warning system) bila terjadi ketidaknormalan. 22 Pesawat modern telah dilengkapi dengan protektor radiasi sehingga pegawai dapat terlindungi, akan tetapi pengukuran radiasi di sekitar ruangan harus tetap dilakukan agar dosis rate di tempat tersebut dapat diketahui dan semua pegawai harus memakai film badge untuk mengetahui jumlah dosis yang diterima. Untuk pemakaian jarum atau tabung radium tidak boleh dipegang dengan tangan, tetapi harus menggunakan peralatan khusus. Proteksi terhadap penderita baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi, suatu dosis tertentu harus diberikan akan tetapi jaringan sehat yang berada di sekitarnya harus dilindungi sebaik-baiknya. Misalnya penyakit di sekitar orbita mata, maka mata harus dilindungi dengan pelindung mata yang terbuat dari timah hitam ( lead eye shield) untuk mengindari kerusakan pada mata atau terjadinya katarak akibat radiasi. 5,21 Menurut Gabriel, 5 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk proteksi terhadap pekerja radiasi dengan sinar-x yaitu; [1]. Filtrasi berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar-x yang dihasilkan oleh tabung sinar-x yang terbuat dari filter Al; [2]. Kolimator adalah suatu cela yang berfungsi mengatur area berkas sinar-x dari tabung 5

sinar-x; [3]. kualitas film juga berkaitan dengan proteksi radiasi, bila film yang dipakai kurang sensitif maka membutuhkan intensitas sinar-x yang lebih tinggi sehingga menimbulkan radiasi yang lebih besar dan bahaya radiasi semakin besar pula. [4]. Distribusi dari hasil luas penyinaran, yang merupakan perkalian antara penyinaran (Roentgen) dan luas penyinaran (cm 2 ). DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad AK. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya: Gitamedia Press; 2003. 2. Amsyari F. Radiasi Dosis Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press; 1998. 3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Pengenalan Radiasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Revisi Desember; 2005. 4. Badan Tenaga Atom Nasional. Nuklir di Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Batan; 2002. 5. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC; 2005. 6. Akhadi M. Memeriksa Unsur Kelumit Dalam Tubuh dengan Teknik PGNAA. Elektro Online Badan Tenaga Nuklir Nasional; 2000. 7. Bresnick S. High Yield Physics. Hipokrates. Jakarta; 2002. 8. New Life Health Centre. Gelombang Ultra Panjang Memajukan Kesehatan Kita. Denpasar;2002. 9. Wardhana WA. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Elektro-online. Yogyakarta; 2000. 10. Tempointeraktf. Bahaya Radiasi (diakses tanggal ). Diunduh dari: http://www. tempointeraktif.com/hg/it,id.html. 2004. 11. Comers. Bahaya Radiasi Wi-Fi (diakses tanggal ). Diunduh dari: http://www.comers.com /health,id.html. 2004. 12. Imam S. Radiasi di Rumah Saatnya Dicermati. Available as: http://www.mailarchive.com/ne@news.gramedia-majalah.com/msg00352.html. 2004. 13. Yuliastuti D. Bahaya Radiasi Nuklir Tak Pernah Disosialisasikan (diakses tanggal ). Diunduh dari: http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura,id.html. 2004. 14. Perez CA, Brady LW. Principles and Practice of Radiation Oncology. Philadelphia: Lippincott Company; 1987. 15. Hall EJ. Radiobiology for the Radiologyst. Philadelphia: Lippincott Company ; 1994. 16. Sandi N. Penuntun Praktikum Fisika Kesehatan Gigi. Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar. Denpasar; 2003. 17. Kanginan M. Fisika 2000. Jakarta: Erlangga; 2000. 18. Gabriel JF. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates; 2001. 19. Tasripin. Ketentuan Keselamatan Kerja Dengan Radiasi. Pusat Keselamatan Kerja Badan Tenaga Atom Nasional. Jakarta; 2002. 20. Lembaga Pendidikan Kanker Indonesia. Karakteristik Kanker. Jakarta: LPKI; 2007. 21. Widjaya ED. Radioterapi. Jakarta: Dian Rakyat; 1979. 22. Badan Tenaga Atom Nasional. Rekayasa Instrumentasi Nuklir. Batan. Jakarta; 2002. 6