BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia yang bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah /BUMN/ sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan nasional erat hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari masa ke masa terasa semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Berita Nasional Antara dalam websitenya, sehingga memboroskan anggaran 30 hingga 40 persen.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

SURAT EDARAN Nomor: 348/C/KU/2009

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomenal baik di negara berkembang maupun negara maju. Fraud ini hampir

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor:44 /PRT/M/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian intern. Berdasarkan KPMG Fraud Survey 2012 yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah mengambil berbagai langkah penting dalam meuwujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. APBN/APBD pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Presiden RI (Perpres)

BAB I PENDAHULUAN. umumnya kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. intensitas dan modusnya semakin berkembang dengan penyebab multi factor.

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

SURAT EDARAN Nomor : 110/C/KU/ /C/KU/2008

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Awalnya bersifat terpusat kemudian mulai mengalami

BAB I PENDAHULUAN. luas untuk mengimbangi semuanya, terutama segi pendidikan di Indonesia.

BAB 1 INTRODUKSI. 1.1 Latar Belakang. Tanggal 15 Januari 2014, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. akan mendukung pemerintah dalam menyukseskan pembangunan terutama pada

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Pertanahan merupakan Lembaga Pemerintahan di tingkat Kabupaten/Kota yang melaksanakan tugas pelayanan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. (Sesuai dengan Perpres No. 63 Tahun 2013). Kantor pertanahan juga mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pemerintahan di bidang pertanahan dalam melayani masyarakat secara nasional, regional dan sektoral sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.thoha dalam Nasution, (1993:33) menyatakan bahwa pelayanan masyarakat merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuannya yang terpenting bagi lembaga pelayanan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendekatkan masyarakat pengguna layanan dengan sumber penyedia layanan atau jasa. Peningkatan kualitas fungsi pelayanan publik tentunya tidak terlepas dari peran pengelolaan keuangan penyelenggara pelayanan itu sendiri. Pengelolaan keuangan yang bersumber dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) serta penerimaan yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dikelola dan dibelanjakan secara 1

2 efektif dan efisien adalah merupakan langkah yang ditempuh untuk menuju pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Landasan hukum APBN, yaitu Pasal 23 ayat 1 UUD 1945, yang mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan pengelolaan keuangan yang baik diperlukan suatu proses dimana suatu bagan alur dan proses lainnya perlu disusun dan diterapkan secara tepat, tegas dan konsisten. Setiap rupiah yang dibelanjakan perlu dipertanggung jawabkan secara baik, baik itu dari segi fisik, manfaat maupun keuangan. Filter terakhir dalam suatu proses pengadaan barang dan jasa ada pada otoritas pembayaran, fungsi pengawasan intern secara luas pada proses ini sangat menentukan sekali. Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu kegiatan pengadaan barang dan jasa sangat perlu diperhatikan, karena dalam proses pengadaan barang maupun jasa sering terjadinya kecurangan dan dapat mengakibatkan kerugian, baik itu dari segi kuantitas, kualitas barang/jasa maupun biaya yang akan dikeluarkan. Indonesia Procurement Watch menyingkap kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia. Diketahui selama 70 persen korupsi bersumber dari proyek pengadaan barang dan jasa baik yang ada di pusat maupun di daerah. Program

3 Director Indonesia Procurement Watch (IPW) Hayie Muhammad menyatakan bahwa 70 persen kasus tindak pidana korupsi itu bersumber dari proyek pengadaan barang dan jada dan ini tidak boleh dibiarkan harus ada sosial kontrol dari seluruh lapisan masyarakat (http://www.antaranews.com/berita/378389/70-persen-korupsi-daribarang-dan-jasa). Hampir sebagian besar di perusahaan-perusahaan sering ditemui adanya penyimpangan yang disebabkan adanya kecurangan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang menimbulkan kerugian yang cukup signifikan. Auditor yang memahami aspek risiko dengan baik, akan selalu menjadikan kegiatan pengadaan ini sebagai objek audit yang memerlukan pengujian lebih mendalam. Sehubungan dengan risiko yang sangat besar dalam proses pengadaan barang dan jasa ini, maka perlu adanya upaya dan strategi yang tepat untuk mencegah, mendeteksi, dan mengungkap kecurangan yang sangat mungkin sekali terjadi pada pengadaan barang dan jasa. (Purwitasari, 2013) Penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa Pemerintah diindikasikan dengan banyaknya penanganan tindak pidana korupsi terkait pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun oleh penegak hukum lain di Indonesia. KPK menyatakan, kasus korupsiyang paling banyak dilakukan pejabat pemerintah umumnya dalam proyek pengadaan barang dan jasa. Pada periode 2004-2010, 44 persen kasus korupsi yang ditangani KPK merupakan kasus pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa merupakan

4 jenis korupsi tertinggi yang ditangani KPK. Tertinggi kedua adalah Kasus penyuapan yang mencapai 29 persen (http://www.merdeka.com). Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia. Kecurangan (fraud) merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada (Tunggal, 2009:171). Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas bagi pelaku kecurangan (fraud). Kecurangan dengan cara menyiasati sistem justru dimungkinkan karena pelaku adalah orang dalam atau melibatkan orang yang memiliki otoritas atas sistem tersebut. Sistem yang tidak transparan menutup kesempatan bagi banyak orang untuk melakukan pengawasan dan member masukan terhadap sistem yang sedang berjalan (Kumaat, 2011:158). Salah satu upaya pemerintah dalam memberantas korupsi dalah dengan membangun pemerintah dan tata pemerintahan yang baik (Good Government and Good Governance). Pada hakikatnya pemerintah bertugas sebagai lembaga penyedia pelayanan pembangunan bagi masyarakat, membangun masa depan Indonesia sebagai wujud daripada pengamalan tujuan berbangsa dan bernegara. Sekretariat Tim Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan Yang baik Bappenas (PKNTKB) pada tahun 2001, merumuskan 14 Prinsip Tata

5 Kepemerintahan yang Baik (Good Government) yaitu wawasan ke depan, keterbukaan dan transparansi, partisipasi masyarakat, tanggung jawab, supremasi hukum, demokrasi, profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, efisiensi dan efektivitas, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat, komitmen pada pengurangan kesenjangan, komitmen pada perlindungan lingkungan hidup, dan komitmen pada pasar yang fair. Dalam usaha memenuhi prinsip good governance pemerintah memerlukan sebuah sistem pengendalian. Sistem pengendalian internal diperlukan oleh semua entitas dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya demi tercapainya tujuan yang diinginkan, termasuk juga pemerintah. Sistem Pengendalian internal ini mengatur bagaimana seharusnya pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah dilakukan demi tercapainya tujuan pemerintah tanpa bertentangan dengan undangundang ataupun peraturan yang berlaku. Studi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Randa dan Meliana (2009) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya semakin tinggi tingkat keefektifan pengendalian internal, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Dan juga ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya semakin tinggi tingkat ketaatan aturan akuntansi, maka tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi akan semakin rendah. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi tidak memiliki

6 pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya, walaupun ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif, tetapi ada kemungkinan 5 manajer tidak sepenuhnya mengikuti aturan-aturan tersebut sehingga akan muncul kemungkinan terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Tuanakotta (2007:162) pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan pengendalian internal. Pengendalian internal yang aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal yang paling banyak diterapkan. Ia seperti pagar-pagar yang menghalangi pencuri masuk ke halaman rumah orang. Seperti pagar, bagaimanapun kokohnya tetap dapat ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai nyali untuk melakukannya. Pengendalian internal yang baik memungkinkan manajemen siap menghadapi perubahan ekonomi yang cepat, persaingan, pergeseran permintaan pelanggan dan fraud serta dapat memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan untuk kemajuan yang akan datang. Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud sangat besar. Sebaliknya, jika pengendalian internal kuat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud dapat diperkecil. Kalaupun kesalahan dan fraud masih terjadi, bisa diketahui dengan cepat dan dapat segera diambil tindakan tindakan perbaikan sedini mungkin. Hermiyetty (2010) meneliti penerapan pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Hasil penelitian didapat bahwa kegiatan pengendalian berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya

7 semakin baik kegiatan pengendalian maka akan meningkatkan pencegahan fraud pengadaan barang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merujukan kepada hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh saudari Anggit Purwitasari Tahun 2013. Penelitiannya berjudul Pengaruh Pengendalian Internal dan Komitmen Organisasi dalam Pencegahan Fraud Pengadaan Barang. Hasil penelitiannya menunujukkan bahwa variabel pengendalian internal berpengaruh secara signifikan dalam pencegahan fraud pengadaan barang. Namun yang membedakan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada variabel independennya dan perusahaan yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Anggit terdapat dua variabel independen yaitu Pengendalian Internal dan Komitmen Organisasi sedangkan penulis hanya menggunakan satu variabel independen yaitu Pengendalian Internal. Penelitian sebelumnya juga dilakukan di 5 rumah sakit di Kota Bandung sedangkan penulis melakukan penelitian pada salah satu entitas pemerintahan di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal-hal tersebut ke dalam penelitian yang berjudul: Pengaruh Pengendalian Internal dalam Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan Jasa pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pelaksanaan pengendalian internal yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung cukup memadai. 2. Apakah pelaksanaan pencegahan fraud pengadaan barang dan jasa yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung cukup aktif. 3. Seberapa besar pengaruh pengendalian internal dalam pencegahan fraud pengadaan barang dan jasa di Kantor Pertanahan Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitia ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan guna mencapai tujuan, yaitu: 1. Mengetahui pelaksanaan pengendalian internal di Kantor Pertanahan Kota Bandung. 2. Mengetahui pelaksanaan pencegahan fraud pengadaan barang dan jasa yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pengendalian internal dalam pencegahan fraud pengadaan barang dan jasa di Kantor Pertanahan Kota Bandung.

9 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Penulis Penelitian ini merupakan implementasi ilmu pengetahuan, pengembangan wawasan dan penerapan ilmu pengetahuan yang selama ini telah dipelajari dalam mata kuliah di jurusan akuntansi sehingga dapat melakukan perbandingan terhadap ilmu yang dipelajari dibangku kuliah dengan kenyataan dilapangan yang diperoleh dari penelitian langsung. 2. Perusahaan/Instansi Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau bahan pembanding bagi manajemen dengan memastikan bahwa operasi yang dilakukan perusahaan akan berjalan efektif dan efisien bila peran pengendalian internal berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan di masa yang akan datang. 3. Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salahsatu bahan informasi bagi yang akan mengambil bahan referensi sejenis. 4. Peneliti lain Sebagai bahan referensi dan kerangka kerja khususnya untuk penulisan karya ilmiah dengan topik yang sama.

10 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Kantor Pertanahan Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta No. 586, Buah Batu Kota Bandung 40286, yang dimulai pada tanggal 25 Oktober 2015 sampai dengan 18 Maret 2016.