BAB VIII KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penyelenggaraan penataan ruang. Proses penyelenggaraan penataan ruang memerlukan lembaga yang mampu mengkoordinasikan penataan ruang terutama dalam aspek perencanaan tata ruang serta aspek pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kelembagaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga formal pemerintahan dan lembaga fungsional. 8.1.1 Lembaga Formal Pemerintahan Sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi perangkat daerah tingkat Provinsi, lembaga formal pemerintahan yang bertanggung jawab pada aspek penataan ruang adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat yang merupakan lembaga formal yang menangani perencanaan wilayah Provinsi Jawa Barat. 8.1.2 Lembaga Fungsional Lembaga fungsional adalah lembaga koordinasi penyelenggaraan penataan ruang provinsi, yaitu Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi Jawa Barat. BKPRD Provinsi Jawa Barat dibentuk dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan penataan ruang Provinsi, melalui pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi antarsusunan pemerintahan berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang penataan ruang. BKPRD Provinsi Jawa Barat bersifat ad-hoc dalam memudahkan upaya penyelesaian permasalahan dan/atau konflik penataan ruang Provinsi. Susunan personalia BKPRD meliputi unsur pemerintah daerah, yang terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, anggota inti, dan kelompok kerja, serta dapat dibantu oleh anggota tetap fungsional dan tenaga ahli (tim teknis yang bersifat khusus). Kelembagaan dan Peran Masyarakat 270
Dalam melaksanakan tugas koordinasi penataan ruang, BKPRD Provinsi Jawa Barat memiliki fungsi: a. Perencanaan tata ruang, meliputi : 1. Pengkoordinasian dan perumusan penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Provinsi; 2. Pemaduserasian RPJPD dan RPJMD dengan RTRWP serta mempertimbangkan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); 3. Pengintegrasian, pemaduserasian, dan pengharmonisasian RTRWP dengan RTRWN, Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan, RTR KSN, RTRW Provinsi Berbatasan, dan RTRW Kabupaten/Kota; 4. Pengkoordinasian pelaksanaan konsultasi Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang RTR Provinsi kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dalam rangka memperoleh persetujuan substansi teknis; 5. Pengkoordinasian pelaksanaan evaluasi Raperda tentang RTRWP kepada Menteri Dalam Negeri; 6. Pengkoordinasian proses penetapan RTR Provinsi; 7. Pelaksanaan sinergitas penyusunan RTR Kabupaten/Kota dengan Provinsi dan antar Kabupaten/Kota yang berbatasan; 8. Fasilitasi dan supervisi penyusunan RTR yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan; 9. Fasilitasi pelaksanaan konsultasi substansi teknis RTR kabupaten/kota; 10. Pemberian masukan kepada Gubernur untuk dijadikan bahan rekomendasi atas Raperda tentang RTR kabupaten/kota dalam rangka persetujuan substansi teknis; 11. Pemberian rekomendasi Gubernur dalam proses penetapan Raperda menjadi Perda tentang RTR Kabupaten/Kota; 12. Fasilitasi pelaksanaan konsultasi substansi teknis RTR Kabupaten/Kota ke BKPRN; 13. Fasilitasi pelaksanaan evaluasi RTR Kabupaten/Kota; 14. Fasilitasi proses penetapan RTR Kabupaten/Kota;dan 15. Optimalisasi peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang. b. Pemanfaatan ruang, meliputi : 1. Pengkoordinasian penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam pemanfaatan ruang baik di provinsi maupun di kabupaten/kota, dan memberikan pengarahan, serta saran pemecahannya; Kelembagaan dan Peran Masyarakat 271
2. Pemberian rekomendasi guna memecahkan permasalahan pemanfaatan ruang provinsi dan permasalahan pemanfaatan ruang yang tidak dapat diselesaikan kabupaten/kota; 3. Pemberian informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait RTR provinsi; 4. Menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran pemerintah, swasta, dan masyarakat; 5. Fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar provinsi; dan 6. Optimalisasi peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang. c. Pengendalian pemanfaatan ruang, meliputi : 1. Pengkoordinasian penetapan arahan peraturan zonasi sistem provinsi; 2. Pemberian rekomendasi perijinan pemanfaatan ruang provinsi dan kabupaten/kota; 3. Fasilitasi dalam pelaksanaan penetapan insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang provinsi dan/atau lintas provinsi serta lintas kabupaten/kota; 4. Fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan penataan ruang; 5. Fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; 6. Optimalisasi peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang; dan 7. Evaluasi kinerja pelaksanaan penataan ruang kabupaten/kota. 8.2 PERAN MASYARAKAT Dalam penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa : a. masukan mengenai : 1. persiapan penyusunan RTR 2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan 3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan 4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau 5. penetapan RTR 6. Pemberian masukan dalam penentuan tujuan penataan ruang; Kelembagaan dan Peran Masyarakat 272
b. kerjasama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang Pemerintah daerah dapat secara aktif melibatkan masyarakat, terutama masyarakat yang terkena dampak langsung dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki keahlian di bidang penataan ruang, dan/atau yang kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang. Tata cara peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang dilaksanakan melalui : a. menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah, rumusan konsepsi/rancangan RTR melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; dan b. kerjasama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa : a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang; b. kerjasama dengan pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan RTR yang telah ditetapkan; d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. kegiatan menjaga kepentingan pertahankan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui : a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; b. kerjasama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; c. pemanfaatan ruang sesuai dengan RTR yang telah ditetapkan; d. penataan terhadap izin pemanfaatan ruang. Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa : Kelembagaan dan Peran Masyarakat 273
a. masukan terjait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan RTR yang telah ditetapkan; c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar RTR yang telah ditetapkan; dan d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan RTR. Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui : a. menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi kepada pejabat yang berwenang; b. memantau dan mengawasi pelaksanaan RTR; c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar RTR yang telah ditetapkan; dan d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan RTR. Hak masyarakat dalam penataan ruang meliputi: a. Berperanserta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; b. Mengetahui secara terbuka RTRWP; Masyarakat dapat mengetahui RTRWP dari Lembaran Daerah Provinsi, pengumuman atau penyebarluasan oleh pemerintah provinsi pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah. Pengumuman atau penyebarluasan dapat dilakukan melalui penempelan/ pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut. c. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam yang terkandung di Kelembagaan dan Peran Masyarakat 274
dalamnya yang berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat. d. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRWP. Untuk memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRWP maka perolehan penggantian tersebut ditetapkan berdasarkan musyawarah dengan pihak yang berkepentingan. Jika tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak, maka penyelesaian dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan RTR di wilayahnya. f. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan RTR kepada pejabat berwenang. g. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabaila kegiatan pembangunan yang tdiak sesuai dengan RTR menimbulkan kerugian. Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang, meliputi: a. Menaati RTR yang telah ditetapkan. b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang. c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang. d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum. Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu dan aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan. Kelembagaan dan Peran Masyarakat 275