III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. LANDASAN TEORETIS

3. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Gambar 4. Tahapan kajian

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

METODOLOGI PENELITIAN

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

III. LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Matriks Model Multi Sectoral Qualitative Analysis (MSQA)

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR TABEL

III. METODE PENELITIAN

V. ANALISIS KEBIJAKAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

III. METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

Kecamatan. Terisi (n = 113)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. LANDASAN TEORITIS

III. METODE PENELITIAN

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Sebagaimana daerah aliran sungai pada umumnya, DAS Bila dipisahkan

3 METODOLOGI PENELITIAN

VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix

III. METODE PENELITIAN

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. DAN PEMBAHASAN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

MODEL KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 Juni 2007. Beberapa pertimbangan penentuan lokasi penelitian : 1. Pada tahun 2004, DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dari 12 provinsi yang ditetapkan KLB Nasional tercatat IR (incidence rate) 15,07 per 100.000 penduduk dan CFR (case fatality rate) 0,04. 2. Setiap tahun kasus DBD selalu ditemukan pada lima wilayah di DKI Jakarta. Kasus yang tebanyak terdapat pada Jakarta Timur (7249 kasus) dan Jakarta Selatan (5995 kasus). 3. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara RI dan juga sebagai megapolitan, mempunyai permasalahan kesehatan yang mengakibatkan pencemaran udara dan kualitas sanitasi pemukiman sangat buruk. Keadaan ini meningkatkan munculnya TPN (tempat perindukkan nyamuk) 4. Memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang bersumber dari swadaya masyarakat seperti posyandu. Bahkan telah banyak terdapat posyandu plus di wilayah provinsi DKI Jakarta pada tahun 2002. Jumlah posyandu sebanyak 3553, 5 % diantaranya adalah Posyandu Mandiri. 3.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan survei, mendatangi instansi terkait. Data sekunder meliputi data statistik, data vektor dan penyakit DBD, hasil-hasil penelitian, potensi pemanfaatan vegetasi anti nyamuk dan data hasil olahan lainnya. Data sekunder digunakan untuk menganalisis faktor potensial pencegahan, fluktuasi kepadatan jentik dan nyamuk, peranan vegetasi anti nyamuk dalam pencegahan, analisis interaksi antar komponen dan faktor serta analisis valuasi ekonomi untuk komponen lingkungan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada pakar dan masyarakat. Wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pakar untuk menetapkan kriteria dan penyusunan model, sedangkan pembagian

33 kuesioner dan wawancara pada stakeholder serta focus group discussion (FGD) untuk mendapatkan respon keinginan masyarakat terhadap kebijakan dan strategi pencegahan. 3.3. Teknik Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh dalam rangka menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat pakar) ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Dasar perhitungan dalam penetuan pakar untuk dijadikan responden menggunakan kriteria sebagai berikut : a. Keberadaan responden dan kesediaan untuk dijadikan responden b. Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai ahli /pakar pada bidang yang diteliti. c. Telah memiliki pengalaman dalam bidangnya. Pakar yang akan menjadi alternatif pilihan untuk dijadikan responden sebanyak 28 orang, antara lain: pegawai Dinas Kesehatan, Bapeda, Sudinkes di wilayah Provinsi DKI Jakarta, LSM yang terkait dengan masalah lingkungan, tokoh masyarakat dan dosen sehingga pakar yang terpilih dapat mewakili setiap unsur: birokrasi, akademisi (perguruan tinggi), masyarakat dan LSM. Responden masyarakat untuk analisis: sosial dan biaya manfaat pencegahan penyebaran penyakit DBD pada faktor lingkungan. Ditentukan secara Purposive sampling (Walpolle, 1995). Jumlah responden (n) ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: N 2 2 2 2 n = n(1 + Ne ) = N n + nne = N nne N = n N( ne 1) = n 2 1+ Ne n N = 2 ne 1 n : N 1 + Ne 2 Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi (jumlah kepala keluarga) e : Galat yang dapat diterima (5%) Berdasarkan rumus diatas diketahui jumlah populasi yang terkena kasus DBD DKI Jakarta (N) sebanyak 991 KK (kepala keluarga), sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian (n) diperoleh sebanyak 285 KK. Untuk

34 menentukan jumlah sampel wilayah dilakukan berdasarkan proporsi jumlah wilayah yang terjadi kasus dari pengamatan mingguan terhadap jumlah kasus DBD rata-rata per wilayah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perbedaan jumlah sampel yang mencolok antar wilayah di lokasi penelitian, sehingga didapatkan jumlah sampel per wilayah berdasarkan analisis epidemiologi adalah Jakarta Timur 65 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 38 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 6.991 kasus, Jakarta Selatan 60 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 32 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 4.300 kasus, Jakarta Barat 60 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 10 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 3.675 kasus, Jakarta Pusat 50 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 12 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 2.769 kasus dan Jakarta Utara 50 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 14 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 2.905 kasus. 3.4. Pendekatan Penelitian yang digunakan 3.4.1. Pendekatan Hirarki dan Strukturisasi Faktor A. Analytical Hierarchi Process Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan upaya penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, tetapi strategik, dan dinamis menjadi bagian-bagian serta menatanya dalam suatu hierarki. Prinsip kerja Proses Hierarki Analitik adalah sebagai berikut (Marimin, 2004), seperti pada diagram alir Gambar 4. 1. Penyusunan Hierarki, 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif melalui perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) dengan skala 1 sampai 9, 3. Penentuan Prioritas, 4. Konsistensi Logis

35 MULAI Identifikasi Sistem Penyusunan Hirarkhi Pengisian Matriks Pendapat Individu Revisi Pendapat CI : CR Memenuhi Penyusunan Matriks Gabungan Pengolahan Vertikal Perhitungan Vektor Prioritas Sistem Pemeringkatan komponen level BERLANJUT KE ISM Keterangan: CI= Consistency Index dan CR = Consistency Ratio Gambar 4. Diagram alir proses hierarki analitik o Interpretative Structure Modelling Analysis (ISM) Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretatif Structural Modelling) digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan di masa yang akan datang. Tahapan ISM ada dua yakni penyusunan hierarki dan klasifikasi subelemen. Tahapan dan proses dalam melakukan teknik ISM dapat dilihat pada Gambar 5. Mengenai hal yang berkaitan dengan agregasi pendapat penilai pada teknik ISM terdapat pada Gambar 6.

36 Mulai Tentukan elemen kunci yang berperan dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran DBD Uraikan setiap elemen menjadi subelemen Tentukan hubungan kontekstual antara subelemen pada setiap elemen Susun SSIM untuk setiap elemen Bentuk reachibility matriks untuk setiap elemen Revisi dengan aturan transivity rule Ok? Tidak Modifikasi ISM Ya Tentukan level melalui penilaian Ubah RM menjadi format lower triangular RM Tetapkan Dependence Power setiap subelemen Susun digraph dari lower triangular RM Tentukan Rank & Hirarki dari subelemen Tetapkan Driver Power Dependence Matriks setiap elemen Susun ISM dari setiap elemen Kajian strukturisasi faktor penting Plot subelemen pada empat sektor Klasifikasi subelemen pada empat peubah kategori Strategi pengambilan keputusan SELESAI Gambar 5. Diagram alir deskriptif teknik ISM pada pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta

37 Eksplorasi elemen Penyusunan kuisioner Penilaian individu Cek konsistensi Tidak Diskusi kelompok, revisi Ya Agregasi Gambar 6. Agregasi pendapat penilai pada teknik ISM Proses kegiatan penilaian ISM : a. Penyusunan Hierarki Struktur dari suatu sistem yang berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang perihal yang dikaji. b. Klasifikasi subelemen Secara garis besar klasifikasi subelemen digolongkan dalam 4 sektor yaitu: Sektor 1; weak driver-weak dependent variabels (Autonomous). Subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Subelemen yang masuk pada sektor 1 jika: Nilai DP 0.5 X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Sektor 2; weak driver-strongly dependent variabels (Dependent). Umumnya subelemen yang masuk dalam sektor ini adalah subelemen yang tidak bebas. Subelemen yang masuk pada sektor 2 jika: Nilai DP 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Sektor 3; strong driver- strongly dependent variabels (Lingkage). Subelemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan

38 antara elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada subelemen akan memberikan dampak terhadap subelemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Subelemen yang masuk pada sektor 3 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Sektor 4; strong driver-weak dependent variabels (Independent). Subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Subelemen yang masuk pada sektor 4 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Mengenai hal yang berkaitan dengan tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD terdapat pada Gambar 7. Daya Dorong (Drive Power) Independent Variable Sektor IV Autonomous Variable Sektor I Lingkage Variablel Sektor III Dependent Variable Sektor II Ketergantungan (Dependence) Gambar 7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pencegahan berbasis lingkugan terhadap penyebaran penyakit DBD 3.4.2. Pendekatan Sistem Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang memadukan konsep pencegahan, valuasi lingkungan dan analisis sistem. Ada empat komponen yang saling terkait dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Masing-masing komponen sebagai push dan trigger dalam mewujudkan PHBS pada pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta melalui pengelolaan lingkungan sehingga akan tercapai tujuan pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta yang berkelanjutan. Keempat komponen dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran

39 penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta antara lain: (1) Lingkungan Hidup, (2) Vektor, (3) Manusia, dan (4) Penyakit DBD. Keempat komponen yang saling terkait akan diteliti dan dianalisis untuk menghasilkan suatu model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Analisis komponen lingkungan hidup dianalisis secara deskriftif terhadap kesimpulan beberapa hasil kajian seperti temperatur, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan vegetasi anti nyamuk. Untuk menetapkan konsep pencegahan penyebaran penyakit DBD dimasa mendatang, digunakan model sistem dinamik. Dalam kaitan ini kasus DBD dianggap sebagai salah satu komponen suatu sistem sebab-akibat dalam suatu skenario yang dapat disimulasi dengan menggunakan powersim constructor. Pemodelan dilakukan melalui langkah: 1) Konseptualisasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung, 2) Pemodelan, menetapkan variabel yang menjadi level dan rate, 3) Input data untuk dibuat SFD, 4) Simulasi menunjukkan perilaku semua variabel secara keseluruhan (simultan), dan 5) Validasi, menggunakan metode statistik dengan menghitung absolute mean error (AME) dan absolute varian error (AVE). Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara besar dan sifat kesalahan dapat digunakan: 1) Absolute Mean Error (AME) adalah penyimpangan (selisih) antara nilai rata-rata (mean) hasil simulasi terhadap nilai aktual, 2) Absolute Variation Error (AVE) adalah penyimpangan nilai variasi (variance) simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang dapat diterima adalah antara 1-10%. AME = [(Si Ai)/Ai]...(1) Si = Si N, dimana S = nilai simulasi Ai = Ai N, dimana A = nilai aktual N = interval waktu pengamatan AVE = [(Ss Sa)/Sa]...(2) Ss = ((Si Si) 2 N) = deviasi nilai simulasi Sa = ((Ai Ai) 2 N) = deviasi nilai aktual

40 Mengenai hal yang berkaitan dengan skema konsep pemikiran terdapat pada Gambar 8, sedangkan skema konsepsi penelitian tersaji pada Gambar 9. Curah Hujan T P N Virus Dengue Klimatologi Populasi Nyamuk Aedes aegypti ( Betina ) Suhu & Kelembaban Kualitas Sanitasi Pemukiman L I D Populasi Penduduk Pencemaran Udara (BBM) Kesehatan Masyarakat Masalah Kesehatan Masyarakat Kota Kasus DBD Host Susceptible PHBS U G L I Ekonomi Ekologi Sosial Keterangan : L I D UGLI PHBS TPN : Laju Infeksi Dengue : Umur, Gizi, Lingkungan dan Imunitas : Perilaku Hidup Bersih & Sehat : Tempat Perindukkan Nyamuk Gambar 8. Skema konsep pemikiran

41 KOMPONEN YANG DIANALISIS ASPEK YANG DIANALISIS HASIL AKHIR Lingkungan o Iklim o Temperatur/kelembaban o Curah hujan/ kecepatan angin o Kualitas Udara Vektor o Kepadatan jentik o Kepadatan nyamuk dewasa (Aedes aegypti) Manusia o PHBS o PSP DBD Penyakit DBD Faktor Lingkungan yang berperan pada pertumbuhan dan kepadatan Populasi nyamuk Aedes aegypti Kepadatan Jentik dan Populasi nyamuk Aedes aegypti terhadap iklim dan vegetasi Manfaat pengelolaan Sanitasi Lingkungan dalam mewujudkan PHBS Penyebaran penyakit DBD berdasarkan orang, tempat dan waktu. Kualitas sanitasi permukiman Angka kasus baru dan angka kematian Model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD Gambar 9. Skema konsepsi penelitian 3.5. Tahapan Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap secara sekuensi tahapan penelitian dideskripsikan dengan rinci sebagai berikut: 1. Tahapan Pertama: Pada tahapan pertama dialakukan analisis keempat komponen sebagai faktor yang berperan pada pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. a. Komponen lingkungan dinilai dan dianalisis perannya terhadap perubahan dan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti. Ada dua faktor yang memberikan kontibusi perubahan, yaitu: Iklim dan Vegetasi. Faktor iklim terdiri dari: suhu, kelembaban, temperatur, curah hujan, dan kecepatan angin. Vegetasi yang dapat digunakan pencegahan aktivitas nyamuk disekitar lingkungan manusia dalam bentuk reppelent (tanaman penolak) dan attractant (penarik/perangkap serangga).

42 b. Komponen vektor dinilai dan dianalisis tingkat kepadatan jentik dan nyamuk dewasa untuk mengetahui perbedaan fluktuasi kepadatan jentik dan nyamuk dewasa terhadap iklim dan vegetasi. c. Komponen manusia dinilai dan dianalisis konsistensinya dalam mewujudkan PHBS dengan melihat manfaat ekonomi dari pengelolaan sanitasi lingkungan. Model penilaian manfaat ekonomi total (Total Economic Valuation/TEV) adalah menggunakan model valuasi ekonomi. Untuk menghasilkan pilihan akurasi tindakan dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Hasilnya adalah suatu model terpilih yang membandingkan antara pencegahan berbasis lingkungan dengan tidak berbasis lingkungan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. d. Komponen penyakit DBD dinilai dan dianalisis berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu sehingga dapat diketahui keterkaitan faktor yang dapat menjadi potensial dalam penyebaran penyakit DBD. 2. Tahapan kedua Pada tahapan kedua dilakukan analisis keterkaitan antara faktor secara sistem dengan menganalisis keterkaitan keempat kelompok dan dengan menilai faktor potensial penyebaran penyakit DBD yang dihasilkan untuk analisis tahap kedua. Pemilihan faktor-faktor potensial penyebaran penyakit DBD pada masing-masing komponen tersebut ditetapkan sebagai suatu pilihan model yang perlu diuji keterkaitannya dalam suatu sistem. Pembuktian keterkaitan ini akan dikaji melalui analisis kesisteman, yaitu model sistem dinamis. Trend dan rate masing-masing komponen dinilai sebagai faktor potensial yang mempengaruhi penyebaran penyakit DBD dan sistem keseluruhannya akan mempengaruhi pencegahan terhadap penyakit DBD. Hasil akhirnya adalah model yang perlu dipertimbagkan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD dari faktor kesisteman. Alat yang digunakan untuk menganalisis ini adalah Powersim Constructor. Mengenai Hal yang berhubungan dengan skema tahapan penelitian lebih lengkap tersaji pada Gambar 10.

43 Budidaya Tanaman Nilai manfaat B/C Total Economi Valuation (TEV) Lingkungan Iklim Temperatur Kelembaban Faktor potensial Tempat Perindukan Nyamuk (TPN) SPSS Komponen Pencegahan Penyebaran Penyakit DBD Vektor Manusia T P N TAN Kualitas Sanitasi Lingkungan SLM Spot Survey Deskriptif Deskriptif ABJ NIR/AHJ PHBS AHP & ISM (FGD) PSP Penyakit DBD Angka Angka Analisis Deskriptif Zona wilayah DBD Strategi pencegahan Model pencegahan penyebaran penyakit DBD Skenario dan validasi model pencegahan Model pencegahan Sistem dinamik (powersim) Pemeringkatan dan penstrrukturan elemen penting Gambar 10. Tahapan dalam penelitian Keterangan : TEV TPN TAN SLM ABJ NIR/AHJ PSP PHBS AHP ISM FGD : Total Economic Valuation : Tempat Perindukan Nyamuk : Tempat Aktifitas Nyamuk : Single Larva Method : Angka Bebas Jentik, Nyamuk Istirahat Rumah/Angka Hinggap Per jam : Pengetahuan Sikap Perilaku : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Analytical Hierachy Process : Interpretative Structure Modelling : Focus Group Disscussion