Memahami Krisis Yunani. Oleh: Nicholas Cachanosky

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. bergabung dengan Uni Eropa, dalam memperoleh keanggotaan sebagai pengguna mata

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pengeluaran dalam negeri, anggaran belanja negara, hingga faktor-faktor

BAB V KESIMPULAN. Setelah beberapa tahun menyandang gelar Celtic Tiger, yang menggambarkan betapa

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak bank yang mengalami kebangkrutan yang diawali oleh

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar

Bernavigasi melewati Kerentanan

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

PERTANYAAN DAN JAWABAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau

Sebuah Pemulihan yang Menguat

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

PILIHAN KEBIJAKAN MAKRO DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA. Iswanto Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

S e p t e m b e r

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Kegiatan investasi adalah

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

S e p t e m b e r

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

BAB V PENUTUP. Mencapai bentuk Economic and Monetary Union (EMU) adalah mimpi

Transkripsi:

Memahami Krisis Yunani Oleh: Nicholas Cachanosky Pada saat saya menulis baris ini; sudah hampir pasti bahwa Yunani akan gagal membayar hutangnya hari ini, 30 Juni. Apa yang menuntun kepada situasi malapetaka ini? Untuk memahaminya, kita harus melihat kebelakang kepada kejadian-kejadian yang menuntun kepada dan melatarbelakangi gagal bayar yang terjadi hari ini. Penjelasan singkat harus dibuat agar kita bisa memahami kejadian yang menuntun kepada krisis saat ini. Dalam ekonomi, adalah hal biasa dalam membedakan defisit menjadi dua jenis, defisit dan defisit struktural. Defisit struktural adalah hasil equilibrium (keseimbangan) dari anggaran, tanpa dipengaruhi oleh siklus bisnis. Defisit adalah defisit struktural ditambah guncangan jangka pendek di sekitar level strukturalnya. Krisis finansial internasional tahun 2008 secara signifikan sangat mempengaruhi prospek ekonomi Yunani. Defisit struktural Yunani, ditambah hutangnya, menghasilkan penurunan grade (nilai peringkat) hutang Yunani menjadi di bawah grade investasi. Dikarenakan hal ini, Yunani kehilangan akses terhadap pasar keuangan. Yunani adalah bagian dari zona Eropa, yang artinya dia tidak bisa mencetak uang untuk membayar defisit-nya; sehingga harus berhutang. Dengan ketidakmampuan untuk mencetak uang Euro baru, dan tanpa akses ke pasar keuangan, Yunani seharusnya membuat keputusan yang sama beberapa tahun lalu sebagaimana yang dia hadapi saat ini, lebih khusus mengurangi defisit atau meninggalkan Zona Euro. Secara bersamasama, malah, Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB), dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang biasa disebut Troika - memutuskan untuk memberi Yunani dana bantuan pinjaman sebesar 100 miliar euro. Pinjaman ini akan mampu menutup kebutuhan keuanganan Yunani dari bulan Mei 2010 sampai Juni 2013, dengan syarat bahwa Yunani harus melakukan tindakan penghematan. Yunani, oleh karena itu, hanya menerima pinjaman di bawah persyaratan bahwa dia akan memperbaiki defisit struktural-nya. Argumennya sederhana; agar seluruh negara Eropa mau memberikan uang pembayar pajaknya kepada Yunani, maka Yunani harus berhenti memboroskan uang di luar kemampuannya. Maukah anda meminjamkan uang kepada seseorang yang secara terus-menerus menggunakan kartu

kreditnya sampai melampaui batas, sehingga mempengaruhi reputasi kreditnya, tetapi tidak menunjukkan sama sekali tanda-tanda bahwa dia berniat memperbaiki keadaan keuangannya? Dan lebih buruk lagi, maukah anda mengijinkan pemerintah anda untuk memaksa anda meminjamkan uang kepada pengutang yang tidak bertanggung jawab seperti ini? Dalam setahun, menjadi semakin jelas bahwa dana bantuan ternyata hanya setengah dari apa yang diperlukan oleh Yunani, sebagian disebabkan karena Yunani lamban dalam memotong defisit strukturalnya dan karena pengeluarannya terus meningkat. Pada bulan Februari 2012, dana bantuan kedua sebesar 130 miliar euro disetujui dan semua bank swasta yang memegang surat hutang pemerintah Yunani harus menerima kerugian sebesar 53%. Dana bantuan pinjaman kedua ini akan habis pada bulan Desember 2014. Dua pinjaman bantuan ini tidak cukup. Pada bulan Desember 2012, Troika setuju untuk memberi lagi dana hutang ketiga untuk periode Januari sampai Maret 2015. Tetapi, pada akhir tahun 2013, APBN Yunani menunjukkan surplus struktural, output mulai meningkat dan pengangguran menurun. Ini mengijinkan Yunani untuk kembali mendapatkan akses ke pasar finansial, dan menjual surat hutang ke pasar swasta untuk menutup kebutuhan keuangan untuk tahun 2014. Grafik berikut menunjukkan defisit dan defisit struktural (dalam presentasi dari PDB) Yunani dan menunjukkan surplus struktural untuk tahun 2013 dan 2014. Tetapi, karena kejadian yang bersifat siklis, Yunani tetap memiliki kebutuhan keuangan untuk kedua tahun tersebut. Yunani belum pernah memiliki surplus anggaran sejak 1990 - dan perhatikan bahwa memburuknya defisit dimulai sebelum krisis finansial tahun 2008.

Segera setelahnya, keadaan politik merubah keadaan menjadi lebih buruk. Pada bulan Desember 2014, Parlemen Yunani memutuskan untuk mengadakan Pemilu lebih awal. Partai Sayap Kiri Syriza menang dengan janji bahwa mereka akan menolak rencana penghematan yang dinegosiasikan dengan Troika, dan Alexis Tsipras menjadi Perdana Menteri Yunani. Tidak mengejutkan, Troika bereaksi dengan menahan sisa bantuan keuangan untuk Yunani sampai pemerintahan yang baru menerima untuk patuh pada perjanjian yang lama, atau sampai pemerintah yang baru diterima oleh Yunani dan Troika. Hasil dari kejadian ini adalah meluasnya ketidakpastian pasar, dan investor menarik diri - meninggalkan pasar keuangan yang sekali lagi, tertutup bagi Yunani. Troika memperpanjang tenggat waktu pencairan bantuan pinjaman ketiga selama empat bulan untuk memberi waktu bagi negosiasi prasyarat untuk hutang yang baru, tetapi pada tanggal 26 Juni Yunani meninggalkan meja perundingan dan memutuskan untuk mengadakan referendum di

seluruh wilayah negaranya untuk memutuskan apakah syarat pinjaman tersebut diterima atau tidak. Referendum diadakan pada tanggal 5 Juli, lima hari setelah tanggal dimana Yunani seharusnya harus membayar hutangnya tanggal 30 Juni - hutang tersebut yang mereka tidak punya dana untuk membayarnya kembali. Tenggat waktu pembayaran sebenarnya sudah diketahui jauh-jauh hari sebelumnya, jadi lumrah bilah berkata bahwa Yunani telah menunggu terlalu lama untuk diadakannya referendum. Ketidakcukupan sumber daya keuangan untuk membayar hutangnya memicu bank run (ketika semua orang menarik seketika uangnya dan membuat bank kehabisan uang dan memicu kepanikan), dan pemerintah memberlakukan pembatasan penarikan tunai dari bank. Kecuali Troika sekali lagi memutuskan untuk memperpanjang bantuan keuangannya bagi Yunani, masyarakat Yunani menghadapi 2 arah yang harus mereka pilih: menerima prasyarat pinjaman dan menyeimbangkan anggaran belanja; atau gagal bayar hutangnya, meninggalkan Euro, dan memperkenalkan mata uang baru (contohnya Drachma), dengan kemungkinan nilai yang rendah dibandingkan Euro. Karena Yunani menunggu terlalu lama, pilihannya menjadi terbatas. Sebagai warga Argentina, mudah bagi saya untuk menarik kemiripan antara krisis Yunani saat ini dengan krisis Argentina tahun 2001. Kedua negara sampai pada krisis keuangan setelah melalui masa akumulasi defisit yang berkelanjutan. Defisit tidak jatuh dari langit; mereka hasil dari pemungutan suara dan disetujui oleh perwakilan politik. Kedua negara juga membatasi penarikan tunai dari bank. Kemiripannya bahkan berlanjut, walau demikian, sampai pada apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan rakyatnya. Beberapa Ekonom dan analis menyarankan bahwa Yunani seharusnya mengikuti langkah Argentina, tetapi hal ini tampaknya tidak disarankan jika kita melihat lebih dekat keadaan ekonomi Argentina saat ini. Hilangnya kekayaan setelah krisis memacu pemerintah Argentina untuk memberlakukan pengendalian harga untuk sektor utility (listrik, air, telekomunikasi, dll), sehingga harga utility tidak naik bersama inflasi. Walau demikian, pengendalian harga ini tidak pernah dicabut, dan berlanjutnya kekurangan investasi untuk sektor utility saat ini menunjukan kemacetan yang jelas dalam industri energi, komunikasi, dan transportasi, yang menghambat daya saing internasional ekonomi Argentina. Defisit struktural tetap ada, dan pemenuhan kebutuhan keuangan telah beralih dari hutang luar negeri menjadi mencetak lebih banyak uang.

Hasilnya adalah Argentina menjadi salah satu negara dengan inflasi tertinggi di dunia. Pengendalian harga diberlakukan lagi, kali ini untuk mengontrol pasar valuta asing, lebih khusus Dollar A.S. - mata uang pilihan rakyat Argentina, karena nilai yang relatif stabil terhadap dollar memungkinkan mereka untuk melindungi ekonomi dari inflasi. Restrukturisasi hutang ditangani dengan cara yang sebegitu buruk sehingga Argentina, sekali lagi, gagal bayar. Ada pelajaran lain yang bisa dipelajari dari Argentina. Menteri Ekonomi Lopez Murphy menawarkan program penghematan yang ditolak oleh politisi yang berkuasa, memaksa Lopez Murphy untuk mengundurkan diri. Hal ini walau demikian tidak membuat mereka bisa menghindari program penghematan. Sebaliknya, pemerintah Argentina terpaksa harus menjalankan penghematan yang lebih banyak lagi. Kemungkinannya krisis dan kegagalan membayar hutang pada 2001 jauh lebih parah, dan lebih jangka panjang, dibandingkan jika seandainya mengikuti rencana sesuai yang diusulkan Lopez Murphy. Ketika krisis mengintai seperti yang dihadapi Yunani hari ini, atau yang dihadapi Argentina pada 2001, penghematan bukan lagi menjadi pilihan. Yang tersisa untuk diputuskan bukanlah apakah anggaran harus diseimbangkan atau tidak, tetapi bagaimana. Diterjemahkan dari Website ATLAS Network Understanding The Greek Crisis Nicolas Cachanosky merupakan Asisten Profesor Ekonomi di Metropolitan State University of Denver. Bidang kajiannya adalah makro-ekonomi dan kebijakan moneter, risetnya telah dipublikasikan di sejumlah media seperti The Review of Austrian Economics, The Independent Review, Quarterly Review of Economics and Finance, and The Journal of the History of Economic Thought, dan masih banyak lagi. Nicolas mendapatkan sarjana bidang ekonomi dari Pontificia Universidad Catolica Argentina, Master bidang ilmu ekonomi dan ilmu politik dari ESEADE, dan Ph.D ilmu ekonomi di Suffolk University.