Oleh: Rokhmat S. Labib. M.E.I.

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S Labib

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

{mosimage} Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S Labib

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Ayat ini adalah di antara yang memberitakan tuduhan palsu yang dikatakan kaum kafir terhadap Alquran dan celaan keras terhadap pelakunya.

Perintah Taat kepada Para Pemimpin. Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Ayat ini adalah di antara yang menegaskan bahwa kerajaan langit dan bumi adalah milik-nya. Tidak ada yang menjadi sekutu bagi-nya dalam kekuasaan.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

Disebarluaskan melalui: Maktabah Raudhah Al-Muhibbin

Di antara kebebasan yang dikehendaki oleh ide human right (HAM) adalah kebebasan

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Hukum Syariat Islam sumber utamanya AlQur'an dan Hadis, dari kedua sumber itu ulama fiqih berijtihad sebagai sandaran hukumnya.

Disebarluaskan melalui: website: Maret, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S Labib, MEI

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Sikap Yahudi di dalam Al-Qur an

Oleh: Rokhmat S Labib, M.E.I.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI AYAM ADUAN SEKARAT HASIL KALAH SABUNG AYAM DI KABUPATEN SIDOARJO

Oleh: Rokhmat S Labib, MEI

Kisah Kaum 'Aad. Khutbah Pertama:

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

Adab-adab Yang Wajib di Dalam Puasa

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam

KEWAJIBAN MEMATUHI HUKUM (KETETAPAN) ALLAH

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Begitu Singkatnya Umur Manusia

Oleh: Rokhmat S Labib, MEI

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

membelanjakan dan menafkahkan harta yang dikaruniakan Allah SWT kepada mereka.

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

ILMUIMAN.NET: Terjemahan Quraan (Draft, Untuk Pribadi)

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-69) Dia lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Az-Zumar : 53]

Penyembelihan Hewan. Aspek Fikih

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.5 Nabi Shalih AS.

DOA WIRID YANG TERMUAT DALAM AL QUR AN

A. PENGERTIAN Kalimat tayyibah artinya adalah perkataan atau lafadz yang baik, yang berisi pengagungan Allah SWT. B. JENIS 1. Takbir Allahu Akbar,

FALSAFAH EKONOMI ISLAM. Oleh Muhammad Ismail Yusanto

[107] Sikap Mukmin terhadap Rasulullah SAW, Istri-istri Beliau, dan Sesama Muslim Saturday, 28 September :25

Wajib Mensyukuri Nikmat Harta

{mosimage}oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

Tidak Menghadiri Kebatilan

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Hilangkan Keluh & Kesah

Mengapa Amerika menyebarkan demokrasi ke negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia?

BAHAYA PERILAKU TAQLID MENURUT AL-QUR AN

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Desas-desus. 1 P a g e

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

Suap Mengundang Laknat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

Disebarluaskan melalui: Website: November, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

TUGAS KITA SEBAGAI HAMBA ALLAH & UMMAT NABI. Tugas sebagai hamba ialah beribadah. QS 51. Adzariyat 56:

Tidak Mungkin Beriman Kecuali dengan Izin Allah

MAKNA HIDUP DALAM AL-QUR AN

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri [An-Naml : 40]

SURAT 64. AT TAGHAABUN DITAMPAKKAN KESALAHAN KESALAHAN

FATWA-FATWA LEMBAGA TETAP UNTUK RISET ILMIAH DAN FATWA, KERAJAAN SAUDI ARABIA :

MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

Ilmu Al-Qur an. -Pengantar - Pengertian Pisau Analisis - Manthuq & Mafhum - Haqiqi & Majazi - Muthlaq & Muqayyad

Syariat Adalah Amanah

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

Asmaul Husna 6 (Asmaul Husna nomor 51 60) Mempertajam kebesaran Allah SWT di hati kita

Konversi Akad Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. berarti "diizinkan" atau "boleh ". Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Aktualisasi Makna Hijrah

*** Tunaikanlah Amanah

Renungan tentang kehidupan

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #17 oleh Chris McCann

BAB VII MELUASNYA ASAP, RUNTUHNYA KA'BAH DAN SIRNANYA AL-QUR'AN. bahasa Arab disebut Dukhan (asap), peristiwa

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Transkripsi:

Oleh: Rokhmat S. Labib. M.E.I. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung; (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka adzab yang pedih (TQS al-nahl [16]: 116-117). Menetapkan halal dan haram merupakan otoritas Allah SWT. Tidak ada seorang pun yang boleh mengambil alih otoritas dan kewenagnan tersebut. Terlebih itu dilakukan dengan berbohong atas nama Allah SWT. Tidak ada hukuman yang pantas dijatuhkan kepada orang yang melakukan itu kecuali azab yang pedih. Inilah yang di antara perkara penting yang dikandung ayat ini. Membuat Hukum Sendiri Allah SWT berfirman: Walâ taqûlû limâ tashifu alsinatukum al-kadziba (dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta). Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan ketentuan hukum tentang makanan. Dalam 1 / 6

ayat 114 Allah SWT berfirman: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-nya saja menyembah (TQS al-nahl [16]: 114). Kemudian dalam ayat berikutnya diterangkan mengenai makanan yang diharamkan. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS al-nahl [16]: 115). Dari kedua ayat tersebut dapat dipahami bahwa yang memiliki otoritas dan wewenang untuk menetapkan suatu benda terkategori halal atau haram adalah Allah SWT. Ketentuan hukum itu tidak boleh dilanggar oleh manusia. Kemudian ayat ini memberikan penjelasan ketentuan penting dalam penetapan halal dan haram. Dalam ayat ini disebutkan: Walâ taqûlû limâ tashifu alsinatukum al-kadziba. Menurut Ibnu Jarir al-thabari, ayat tersebut bermakna: Walâ taqûlû liwashfi alsinatikum al-kadziba (janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta). Ucapan dusta mereka itu adalah dengan mengatakan: Hadzâ halâl wa hadzâ harâm ("Ini halal dan ini haram"). Menurut al-syaukani, ayat ini berarti: Janganlah kalian mengharamkan atau menghalalkan sesuatu melalui ucapan lisan-lisan kalian tanpa hujjah. Tak jauh berbeda, al-zamakhsyari juga menafsirkannya dengan pernyataan: Janganlah kamu mengharamkan dan menghalalkan hanya dengan perkataan yang ucapkan lisan-lisan dan mulut-mulut kalian bukan karena ada hujjah dan alasan yang jelas akan tetapi hanya sekadar ucapan dan klaim yang kosong. Orang kafir memang menambah dan mengurangi sesuatu yang diharamkan. Tindakan mereka menambah perkara yang diharamkan diberitakan dalam firman Allah SWT: Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahîrah, sâibah, washîlah dan hâm. Akan tetapi orang-orang kafirmembuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti (TQS al-maidah [5]: 103). Istilah bahîrah mereka gunakan untuk menyebut unta betina yang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan. Unta betina tersebut menurut mereka harus dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya. 2 / 6

Sedangkan sâibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran sesuatu nazar. Seperti, jika mereka akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka mereka biasa bernazar akan menjadikan untanya sebagai sâibah apabila maksud atau perjalanannya berhasil dengan selamat. Washîlah adalah seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri atas jantan dan betina. Anak domba yang jantan ini mereka sebut washîlah. Domba tersebut tidak disembelih dan harus diserahkan kepada berhala. Istilah Hâm disematkan kepada unta jantan yang telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. yang tidak boleh diganggu gugat lagi. Itu semua merupakan kepercayaan Arab jahiliyah. Sedangkan tindakan mereka mengurangi yang diharamkan yakni menghalalkan yang diharamkan adalah menghalalkan bangkai, darah, dagiung babi, dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Kemudian disebutkan: litaftatarû alâl-lâh al-kadziba (untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah). Menurut al-razi, makna ayat ini adalah mereka menisbahkan perngharaman dan penghalalan kepada Allah SWT dengan mengatakan: Sesungguhnya Allah SWT memerintah kita demikian. Huruf al-lâm dalam kata litaftatarû, menurut para mufassir merupakan lâm al- âqibah. Artinya, tindakan menghalalkan dan mengharamkan itu dilakukan untuk mengadakan kedustaan atas nama Allah SWT. Ancaman Allah SWT berfirman: Inna al-ladzîna yaftarûna alâl-lâh al-kadziba (sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah). Menurut al-thabari, ayat ini memberikan pengertian bahwa orang-orang yang membuat kebohongan dan kedustaan atas nama Allah, sesungguhnya mereka tidak kekal dan abadi di dunia. Yang mereka nikmati sesungguhnya amat sedikit. 3 / 6

Dengan demikian, ayat ini memberikan penegasan apa yang telah disebutkan sebelumnya. Bahwa siapa saja yang melakukan perbuatan demikian, akan menuai akibat yang sama, yakni: Lâ yuflihûn (tiadalah beruntung). Pengertian al-falâh adalah al-fawz al-mathlûb (kemenangan atau kesuksesan yang diminta). Sehingga, kata lâyuflihûn (mereka tidak beruntung) dalam semua hal. Demikian penjelasan al-syaukani. Ini berarti, jika mereka melakukan tindakan membuat hukum sendiri tanpa hujjah itu didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan keuntungan, maka keinginan mereka tidak akan tercapai. Bahkan, sebagaimana diinyatakan Ibnu Katsir, mereka tidak beruntung di dunia maupun di akhirat. Ancaman terhadap mereka kemudian ditegaskan dalam ayat berikutnya: Matâ [un] qalîl[un] (itu adalah kesenangan yang sedikit). Bisa jadi di dunia mereka mendapatkan kesenangan dan keuntungan dari perbuatan mengada-adakan hukum sendiri itu. Akan tetapi, kesenangan dan keuntungan yang mereka dapatkan amat sedikit: Matâ [un] qalîl[un]. Dikatakan sedikit, karena kenikmatan yang mereka dapat itu pasti terputus dan sesaat. Sedangkan di akhirat, mereka harus menerima hukuman yang berat. Dalam ayat ini disebut: Walahum adzâb[un] alîm[un] (dan bagi mereka azab yang pedih). Ini merupakan ancaman yang keras. Azab yang yang pedih akan ditimpakan kepada mereka. Menurut Ibnu Katsir, ancaman tersebut seperti halnya dalam firman Alllah SWT: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras (TQS Luqman [31]: 24). Juga firman-nya: Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung". (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka (TQS Yunus [10]: 69-70). Berlaku bagi Semua 4 / 6

Imam al-qurthubi berkesimpulan tentang makna ayat ini, penghalalan dan pengharaman sesungguhnya merupakan otoritas Allah SWT. Tidak ada seorang yang boleh mengatakan atau menjelaskan tentang sesuatu kecuali Alah SWT telah memberitakannya tentang hal itu. Kesimpulan senada juga dikemukakan Ibnu Katsir. Menurutnya, ayat ini melarang perilaku orang-orang musyrik yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu yang mereka sifati dan namanya mereka buat berdasarkan pendapat mereka sendiri. Itu seperti ketentuan tentang al-bahîrah, al-sâibah, al-wahîlah, al-hâm, dan lain-lain yang mereka jadikan sebagai ketentuan syariah bagi mereka yang mereka ada-adakan sendiri dalam jahiliyah. Masih menurut Ibnu Katsir, termasuk dalam tindakan yang dilarang ayat ini adalah semua bida ah yang diada-adakan yang tidak memiliki sandaran syar i, menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah, atau mengharamkan sesuatu yang dihalalkan hanya berdasarkan pendapat dan selera mereka semata. Demikianlah ketentuan Islam tentang pemilik otoritas pembuat hukum. Berdasarkan ayat ini sebagaimana diterangkan Ibnu Katsir di atas--, maka demokrasi yang doktrin utamanya adalah kedaulatan rakyat harus ditolak. Sebab dalam demokrasi, rakyat dianggap memiliki kewenangan untuk membuat hukum sesuai dengan selera dan hawa nafsu mereka. Apa pun kehendak rakyat atau mayoritasnya harus dituruti sekalipun jelas-jelas menabrak ketentuan hukum Allah SWT. Kesalahan menjadi makin berlipat ketika doktrin itu membawa-bawa nama Tuhan. Bahwa suara mereka sama dengan suara Tuhan seperti jargon mereka: Fox Populi fox Dei (suara rakyat adalah suara Tuhan). Ini jelas merupakan kebohongan yang nyata. Sebagaimana ditegaskan ayat ini, tidak balasan yang setimpal bagi mereka kecuali azab yang pedih. Masihkah kita mau menerima demokrasi? Wal-Lâh a lam bi al-sahwâb. Ikhtisar: Otoritas menetapkan halal dan haram hanya pada Allah SWT Dilarang menetapkan halal dan haram yang tidak memiliki sandaran hujjah 5 / 6

Orang yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan halal diancam dengan azab yang pedih 6 / 6