MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM"

Transkripsi

1 MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM Tajudin Nur*) Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan Dan Bidang Produk Halal dan Hisab Rukyat (Penyelenggara Syariah) Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. ( Al Baqarah : 168) Ayat ini merupakan seruan kepada manusia untuk mengkonsumsi makanan yang halalan toyyiban. Halal dalam pandangan agama sebagaimana dinaskan dalam Al Qur an, sedangkan makanan yang toyyiban atau yang baik adalah makanan yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan gizi seseorang tentunya tidak bisa disama ratakan. seperti halnya kebutuhan gizi atau makanan bagi mereka yang menderita sakit akan berbeda kebutuhan gizinya dengan orang yang sehat. Sebagai contoh, daging yang mengandung banyak vitamin dan lemak akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi oleh orang yang menderita darah tinggi, ataupun bahayanya gula jika dikonsumsi mereka yang diabet. Makanan yang baik atau dalam istilah agama toyyiban selain baik dari sudut pemenuhan kebutuhan gizi sesuai dengan kecukupan kebutuhan gizi juga mengandung arti makanan yang diolah secara baik dengan media baik serta dengan bahan campuran yang baik serta menggunakan bahan penolong yang baik juga. Banyak diantara kita semua yang ketika membeli sebuah produk hanya melihat masa kedalaursanya saja dan hanya sebagain kecil yang memperhatikan labelisasi halal yang menjamin bahwa produk makanan atau minuman yang kita beli halal untuk dikonsumsi, Padahal seperti juga batas kedaluarsa, kehalalan makanan menjadi salah satu factor yang sangat penting bagi umat Islam. Labelisasi halal dalam makanan dan minuman adalah hasil prodak hukum yang dikeluarkan oleh Majlis Ulama Indonesia atau MUI sebagai upaya perlindungan konsumen terhadap makanan minuman yang dikonsumsi agar terhindar dari bahan atau zat yang mengandung unsur keharaman, yang hal tersebut menjadi ranahnya LP POM MUI dan BP POM Dinas Kesehatan. Regulasi tentang jaminan produk halal menjadi sangat penting

2 sebagai jaminan ketentraman umat islam diindonesia. Dan apabila terjadi pelanggaran atas hukum positif pemerintah tentang pangan halal, maka hal tersebut akan menjadi ranah hukum sebagaimana pelanggaran atas Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Setidaknya ada bebera unsur yang harus diperhatikan dalam kita memilih atau meneliti kehalalan toyyiban sebuah produk yang akan kita konsumsi. PERTAMA adalah kelalalan sutu makanan yang telah dinaskan dalam Al Qur an. Surat Al Maidaah Ayat 3 yang artinya Diharamkan bagimu (memakan) b angkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam kata lan, makanan yang diharamkan secara syariat adalah : Pertama, Bangkai yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu. Hukumnya jelas haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi agama dan badan manusia sangat nyata, sebab pada bangkai terdapat darah yang mengendap sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Sekalipun bangkai haram hukumnya tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai ikan dan belalang berdasarkan hadits. Kedua, Darah, Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan dalam ayat lainnya "Atau darah yang mengalir" [QS6:145] Dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang diantara mereka merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat dari tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat

3 makanan/minuman. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan darah pada umat ini. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/23-24] Ketiga, Daging Babi, Babi, baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina. Dan mencakup seluruh anggota tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang keharamannya, telah ditandaskan dalam al-qur'an, hadits dan ijma' ulama. Keempat, Sembelihan untuk selain Allah, Setiap hewan yg disembelih dgn selain nama Allah hukumnya haram. Oleh karenanya, apabila seorang tidak mengindahkan hal itu bahkan menyebut nama selain Allah baik patung, taghut, berhala dan lain sebagainya, maka hukum sembelihan tersebut adalah haram dengan kesepakatan ulama. Kelima, Hewan yang diterkam binatang buas, Yakni hewan yang diterkam oleh harimau, serigala atau anjing lalu dimakan sebagiannya kemudia mati karenanya, maka hukumnya adalah haram sekalipun darahnya mengalir dan bagian lehernya yang kena. Semua itu hukumnya haram dengan kesepakatan ulama. Binatang Buas Bertaring, seperti harimau, singa, anjing, serigala dan binatag buas sejenisnya. Burung Yang Berkuku Tajam, Binatang yang berkuku tajam seperti burung elang dan sejenisnya. Khimar Ahliyyah yaitu sebangsa keledai Jinak. Serta binatang yang menjijikan lainnya. Al-Jallalah Maksud Al-Jalalah yaitu setiap hewan baik hewan berkaki empat maupun berkaki dua yang makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti kotoran manusia/hewan dan sejenisnya. (Fahul Bari 9/648). Ibnu Abi Syaiban dalam Al -Mushannaf (5/147/24598) meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau mengurung ayam yang makan kotoran selama tiga hari. [Sanadnya shahih sebagaimana dikatakan Al-Hafidz dalam Fathul Bari 9/648] KEDUA Proses pengolahan atau pembuatan (penyembelihan, cara mengolah, media yang digunakan, cara pembuatan) Selain binatang yang dinaskan diatas, kita juga patut mengetahui unsur-unsur lain dalam makanan yang hendak dikonsumsi apakah tercampur dengan unsur yang diharamkan, Tapi apakah kita sudah tau unsur-unsur yang terkandung dalam makanan tersebut? Apakah makanan yang dikonsumsi benar-benar makana yang tidak tercampur dengan barang yang bernajis atau diharamkan, dan apakan kita sudah yakin kalau daging atau makanan yang kita konsumsi telah disembelih sesuai dengan yang disyariatkan

4 oleh agama Islam? Kehalalan makanan modern saat ini sebenarnya memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi oleh karena diproduksi secara masal. Karena dalam penyembelihan hewan pun Allah SWT telah mensyariatka dalam Al Qur an Surat Al Hajj ayat 34. Yang artinya: Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). Selain dalam hal penyembelihan binatang perlu juga diperhatikan apakah bakan makanan yang akan diolah itu masih layak dikonsumsi atau masih layak menjadi bahan pembuatan makanan, jangan sampai bahan dasar yang hendak dijadikan bahan makanan adalah bahan yang sudah rusak, busuk ataupun sudah kedaluarsa. Dan yang KETIGA adalah bersih dan bebasnya suatu produk makanan dan minuman dari bahan yang mengandung zat yang membahayakan tubuh, karena Makanan toyyib dapat diartikan sebagai makanan yang mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh dan pikiran. Dalam bahasa sederhana adalah makanan yang bergizi, higienis, dan tidak beracun. Karena definisi ini isederhanakan, boleh jadi artinya masih terlalu dangkal, tidak mencakup semua aspek seperti yang dimaksud oleh Al Qur an. Dalam proses pembuatan makanan setidaknya ada istilah-istilah yang bisa digunakan dalam produksi, antara lain Bahan Inti (bahan dasar) sebagai bahan utama pembuatan makanan seperti contohnya tepung, gula, telur dalam pembuatan roti. Selanjutnya Bahan tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan untuk menjadikan hasil produksi lebih banyak atau lebih tahan lama, jika bahan ini diambil dari bahan yang berbahaya tentunya akan menjadi berbahaya juga bagi yang mengkonsumsi, seperti pengawet makanan menggunakan formalin dan sejenisnya. Bahan penolong ( bahan yang dugunakan untuk membantu proses pembuatan produk) contoh pewarna, pengembang, aroma dll. Bila diteliti, antara makanan haram dan halal sebenarnya banyaklah makanan yang halal, oleh karenanya tidak ada alasan untuk kita mengkonsumsi makanan yang diharamkan

5 oleh Islam karena didalam larangan itu pastilah ada rahasia Allah yang sudah barang tentu akan memberikan kebaikan kepada umat manusia seluruh alam. Peran Pemerintah Ketersediaan makanan yang halal dan baik tentunya menjadi pekerjaan pemerintah untuk memberikan jaminan ketersediaan produk yang sudah pasti halal. Oleh karenanya penting juga adanya undang-undang yang mengatur produk halal dari sisi pembuatannya, pemasarannya serta pengawasan dari pemerintah. Sangat penting untuk dilakukan oleh seluruh unsur dari Keluarga Besar Kementerian Agama Republik Indonesia dalam upayanya mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri lahir batin, melalui peningkatan kualitas produk halal dan kepastian hukum di Indonesia. Selaian itu sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang pentingnya Produk Halal baik yang dilakukan oleh Kementerian Agama, LP-POM MUI, BP- POM Dinas kesehatan, dinas Koperasi dan UMKM dan lembaga terkait. Selian itu penting untuk melakukan pengawasan terhadap produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran. Dan kita sebagai konsumen hendaknya jangan hanya memperhatikan tanggal kedaluarsa dari produk yang kita beli akan tetapi lebih teliti lagi pada produk yang telah mendapat label halal. Wallahu alam bisshoab. Nama : Tajudin Nur, S.Sos.I NIP : HP : Pekerjaan : PNS Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan Penyuluh Agama Islam

BIMBINGAN ISLAM UNTUK PRIBADI DAN MASYARAKAT

BIMBINGAN ISLAM UNTUK PRIBADI DAN MASYARAKAT BIMBINGAN ISLAM UNTUK PRIBADI DAN MASYARAKAT Karya : SYEIKH MUHAMMAD JAMIL ZAINU Penerjemah : DR. ABDUL MUHITH ABDUL FATTAH ALI MUSTHAFA YA'QUB AMAN NADZIR SHOLEH Murajaah : DR.MUH.MU INUDINILLAH BASRI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Untuk Pribadi & Masyarakat. Oleh : Asyeikh Muhamad Jamil Zainu

Untuk Pribadi & Masyarakat. Oleh : Asyeikh Muhamad Jamil Zainu BIMBINGAN ISLAM Untuk Pribadi & Masyarakat Oleh : Asyeikh Muhamad Jamil Zainu Diterjemahkan oleh DR Abddul Muhith Abdul Fattah Ali Musthofa Ya qub Aman Nadzir Sholeh Murojaah Muh.Mu inudinillah basri Munir

Lebih terperinci

Panduan Praktis. Menghitung. Zakat

Panduan Praktis. Menghitung. Zakat 1 Panduan Praktis Menghitung Zakat 2 Judul Buku : PANDUAN PRAKTIS MENGHITUNG ZAKAT Penyusun : Dewan Syari ah Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf Editor : Syamsun Nahar Desain Cover : Ardhi Progress Diterbitkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 4/E, 2006 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa Kota Malang

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN UMUM. para pelaku bisnis, merindukan sebuah undang-undang yang secara

BAB II PEMBAHASAN UMUM. para pelaku bisnis, merindukan sebuah undang-undang yang secara BAB II PEMBAHASAN UMUM A. Persaingan usaha Dalam perkembangan sistem ekonomi Indonesia, persaingan usaha menjadi salah satu instrumen ekonomi sejak saat reformasi digulirkan. Sebetulnya sudah sejak lama

Lebih terperinci

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM. (Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur)

HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM. (Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur) HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM (Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur) OLEH : ROSYIDIN KONSENTRASI PERBANKAN SYARI AH PROGRAM STUDI MU AMALAT (EKONOMI ISLAM)

Lebih terperinci

2. Sifat Mustahil. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 115

2. Sifat Mustahil. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 115 d. Al-Faṭānah Al-Faṭānah, yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan al- Hajār al-aswād

Lebih terperinci

Hari Besar Orang-Orang Kafir

Hari Besar Orang-Orang Kafir Hari Besar Orang-Orang Kafir Disusun Oleh: Munir Fuadi Ridwan MA Murajaah : Abu Ziyad ا عياد الكفار منيرفو اديرضوان Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1428 2007 Hari Besar Orang-Orang Kafir Dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151 PENGARUH KESIBUKAN KERJA ORANG TUA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN FIQIH PADA SISWA KELAS II MI KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh SITI AMILATUL FADLILAH

Lebih terperinci

MARI KENALI HAK-HAK BURUH MIGRAN INDONESIA PERSPEKTIF ISLAM DAN PEREMPUAN

MARI KENALI HAK-HAK BURUH MIGRAN INDONESIA PERSPEKTIF ISLAM DAN PEREMPUAN Seri Hong Kong-Taiwan MARI KENALI HAK-HAK BURUH MIGRAN INDONESIA PERSPEKTIF ISLAM DAN PEREMPUAN Serial Handbook BMI Hong Kong-Taiwan Kerjasama PP Fatayat NU-WEMC SEARC City-U HK 2010 ii Mari Kenali Hak-Hak

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAN PADA BMT ANDA SALATIGA TUGAS AKHIR

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAN PADA BMT ANDA SALATIGA TUGAS AKHIR SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAN PADA BMT ANDA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh : LIDIA PURNAMASARI NIM: 20109003 JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan tentang Konservasi Sumber Daya Alam. 1. Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan tentang Konservasi Sumber Daya Alam. 1. Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Konservasi Sumber Daya Alam 1. Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Yunani Yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti. berhubungan dengan kehidupan dalam rumah tangga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Yunani Yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti. berhubungan dengan kehidupan dalam rumah tangga. 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tingkat Ekonomi Masyarakat 1. Pengertian ekonomi masyarakat Ekonomi atau economic dari banyak literatur berasal dari bahasa Yunani Yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUMAS 2011 KATA PENGANTAR DAFTAR

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N Nomor : 02/E, 2005 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Lebih terperinci

BAB II SANKSI PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK OLEH PERS MENURUT FIQIH JINA>YAH. mengadu domba, memata-matai, mengumpat, mencaci maki, memanggil

BAB II SANKSI PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK OLEH PERS MENURUT FIQIH JINA>YAH. mengadu domba, memata-matai, mengumpat, mencaci maki, memanggil 22 BAB II SANKSI PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK OLEH PERS MENURUT FIQIH JINA>YAH A. Pencemaran Nama Baik dalam Islam Syariat Islam diturunkan untuk melindungi harkat dan martabat manusia. setiap perilaku

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi

Lebih terperinci

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 5 TAHUN 1990 (5/1990) Tanggal : 10 AGUSTUS 1990 (JAKARTA) Sumber :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. problematika tersendiri yang akan dihadapi setiap manusia. Setiap orang. itu sendiri dan juga lingkungan dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. problematika tersendiri yang akan dihadapi setiap manusia. Setiap orang. itu sendiri dan juga lingkungan dia hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah usia yang tidak dewasa lagi, justru bisa dikatakan temuo karena sudah melewati masa-masa yang belum terlewati oleh para remaja. Pada dasarnya

Lebih terperinci

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 16 TAHUN 1985 (16/1985) Tanggal : 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/75; TLN NO. 3318 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK - 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENJELASAN TENTANG PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN

PENJELASAN TENTANG PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN PENJELASAN TENTANG PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN Karya : MUHAMMAD BIN SHALEH AL- UTSAIMIN Penerjemah : ALI MAKHTUM ASSALAMY Murajaah : MUNIR FUADI RIDWAN, MA DR.MUH.MU INUDINILLAH BASRI, MA ERWANDI TARMIZI

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. (UU PPN & PPnBM)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. (UU PPN & PPnBM) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

Lebih terperinci