Lampiran 1 Ringkasan Skripsi. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya Alamat pos elektronik:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB 2 BAHAN DAN METODE

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

BAB 2 BAHAN DAN METODA

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

bentos (Anwar, dkk., 1980).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

HUBUNGAN PANJANG BERAT DAN FAKTOR KONDISI LOBSTER AIR TAWAR DI SUNGAI BALIEM JAYAWIJAYA PAPUA

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB 2 BAHAN DAN METODA

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAB III BAHAN DAN METODE

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

III. METODE PENELITIAN

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB 2 BAHAN DAN METODA

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

3. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

III. METODE PENELITIAN

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

III. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

3. METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

Transkripsi:

1 Lampiran 1 Ringkasan Skripsi HUBUNGAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN STRUKTUR POPULASI DAN FAKTOR KONDISI LOBSTER AIR TAWAR DI SUNGAI HOA TEMINABUAN, PAPUA BARAT Nanda Sendy Rumbiak a * Agoes Soegianto a, dan Bambang Irawan a a Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya Alamat pos elektronik: rumbiakjr@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian hubungan kualitas air sungai dengan struktur populasi dan faktor kondisi lobster air tawar di sungai Hoa, Teminabuan, Papua Barat adalah untuk mengetahui stuktur populasi, pola pertumbuhan, dan faktor kondisi lobster air tawar di sungai Hoa pada ketiga lokasi pengambilan sampel serta kualitas lingkungan di tiga lokasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan perhitungan regresi linier, faktor kondisi, dan parameter lingkungan. Regresi linier dan faktor kondisi digunakan untuk menduga pola pertumbuhan allometrik serta untuk menentukan gemuk atau kurus tubuh lobster air tawar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi pada tiga lokasi sampling berbeda begitu juga untuk parameter lingkungannya. Parameter lingkungan yang diukur sudah sesuai untuk pertumbuhan lobster dan pola pertumbuhan lobster air tawar pada masing-masing lokasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kondisi lingkungan yang tidak tercemar akan membuat populasi lobster air tawar menjadi lebih banyak dan memiliki ukuran tubuh cenderung gemuk. Pertumbuhan lobster air tawar yang buruk terjadi pada lokasi kedua, yaitu cenderung kurus. Hal ini disebabkan karena pada lokasi kedua sudah terjadi banyak aktivitas manusia yang menyebabkan berubahnya kualitas lingkungan perairan. Kata kunci: faktor kondisi, lobster air tawar, parameter kualitas lingkungan, pola pertumbuhan, dan regresi linier

1. Pendahuluan Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu pengelolaan sungai dilakukan harus secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan fungsi sungai yang berkelanjutan seperti yang diatur dalam pasal 3 (Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011). Kualitas air sungai yang tercemar dapat memberi dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup. Kualitas air sungai dibagian hilir, muara, dan hulu pasti berbedabeda, tingkat pencemaran sungai pada masing-masing area sungai sangat dipengaruhi oleh aktivitas disekitar sungai dan faktor lingkungan disepanjang daerah aliran sungai. Sungai merupakan tempat hidup organisme air tawar. Sungai-sungai di Teminabuan Papua Barat merupakan sungai yang banyak menyimpan keanekaragaman spesies hewan salah satunya yaitu lobster air tawar. Lobster air tawar yang hidup di sungai-sungai Teminabuan merupakan lobster jenis Cherax. sp. Penelitian ini melakukan perbandingan parameter fisik, kimia, dan komposisi substrat air sungai yang mengacu pada perbandingan pertumbuhan lobster air tawar di lokasi pengambilan yang berbeda.. Selain itu juga melakukan pengukuran panjang dan berat tubuh lobster air tawar. Pengukuran panjang dan berat tubuh lobster air tawar ini diharapkan dapat menjadi bioindikator kualitas air sungai. Pertumbuhan tubuh lobster air tawar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis serta faktor eksternal yakni berkaitan dengan lingkungan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya yaitu, komposisi kimia dalam air, substrat dasar, temperatur air, dan ketersedian pakan. Lobster air tawar biasanya hidup pada perairan dengan dasar berlumpur dengan beberapa bebatuan dan beberapa potongan cabang tanaman. Lobster air tawar banyak ditemukan di danau, rawa, dan sungai di pegunungan Papua (Yade dan Suharjo, 2003). Hewan ini menyukai air yang masih jernih. Penyebaran spesies lobster air tawar atau Cherax meliputi beberapa bagian Selatan Australia yaitu 10 genus dan 27 spesies, di Papua terdapat 1 genus dan 14 spesies (Holthuis, 1949). Di Indonesia terutama di Perairan Jayawijaya Papua hidup beberapa spesies. Spesies yang terdapat di perairan Jayawijaya antara lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, Cherax papuanan, dan Cherax waslli (Wiyanto dan Hartono, 2003). Pengukuran berdasarkan parameter fisik dan kimia serta komposisi substrat air sungai dan pada pertumbuhan tubuh lobster air tawar, dilakukan dengan pengamatan struktur sungai. Dari pengukuran kualitas air sungai dan komposisi substrat, maka dapat diketahui bagaimana kualitas air tawar terhadap pertumbuhan populasi lobster air tawar. Pengukuran pertumbuhan lobster air tawar yang dimaksud adalah pertumbuhan yang diukur berdasarkan panjang dan berat tubuh lobster air tawar menggunakan persamaan regresi untuk mengetahui pola allometrik dan kemontokan lobster tersebut. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di sungai Hoa yang berlokasi di Teminabuan, Sorong Selatan, Papua Barat. Lokasi ini digunakan sebagai tempat penelitian sebab kondisi di sekitar sungai ini cukup bervariasi. Lokasi penilitian di sungai Hoa, dilakukan di tiga lokasi yang berbeda. Pemilihan tiga lokasi ini berdasarkan hasil pengamatan yang 2

3 dilakukan kemudia dipilih lokasi pengambilan dan pengukuran sampel mulai dari lokasi yang belum tercemar, sedikit tercemar, dan tercemar berat. 2. Metode Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lobster air tawar (Cherax snoden), air sungai Hoa, substrat sungai dan akuades sedangkan alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 3 buah botol sampel berukuran 1500 ml untuk mengisi sampel air sungai, satu buah thermometer untuk mengukur suhu air, satu buah ph meter untuk mengukur ph air, satu buah turbidimeter untuk mengukur kekeruhan air sungai, satu buah DO meter untuk mengukur kandungan oksigen pada air sungai, satu buah meteran sepanjang 5 cm untuk mengukur panjang sungai sehingga dapat ditentukan kecepatan arus, satu buah botol sebagi pemberat untuk mengukur kecepatan arus, satu buah tali yang telah ditandai sepanjang 5 meter, satu buah stopwatch untuk mengukur waktu laju air, satu buah timbangan digital untuk mengukur berat tubuh lobster, satu buah penggaris untuk mengukur panjang tubuh lobster, enam buah ayakan dengan diameter yang bervariasi untuk menyaring substrat, satu buah oven untuk menghilangkan kadar air pada substrat, satu buah timbangan analitik untuk mengukur berat kering dari substrat dan tissue. Penelitian hubungan kualitas air sungai dengan pertumbuhan populasi lobster air tawar di sungai Hoa Teminabuan Papua Barat dilakukan dengan melakukan survey lokasi dan menentukan titik sampling. Selanjutnya pengambilan sampel air sungai dan pengukuran kualitas lingkungan pada masingmasing titik sampling. Pengukuran kualitas lingkungan meliputi oksigen terlarut, suhu air, ph, kecepatan arus, komposisi substrat, riparian, dan kekeruhan. Selain pengukuran kualitas lingkungan dilakukan pengambilan sampel lobster air tawar (Cherax sp.) pada tiga titik sampling yang telah ditentukan. Pengambilan lobster air tawar untuk dilakukan pengukuran panjang dan berat tubuh lobster air tawar. 3. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini telah diukur panjang dan berat tubuh lobster air tawar dari ketiga lokasi penelitian yaitu Kali Sembra, Kali Klinatak dan Kali Sawiat dengan jumlah total lobster air tawar sebanyak 87 individu dengan ukuran panjang antara 5 cm 15.5 cm dengan panjang rata-rata 6.83 cm dan memiliki berat 5 gram 95 gram dengan berat rata-rata 6.9 gram. Adapun hasil rincian di masingmasing lokasi disajikan dalam Tabel 1.

4 Tabel 1 Panjang dan Berat Cherax snowden pada Ketiga Lokasi Jumlah Data Statistik Parameter Lokasi Lobster Min Max rata-rata Sd A 27 6 8.3 7.17 0.73 Panjang B 30 5 15.5 6.83 1.75 (cm) C 30 5 8.35 6.43 0.88 Berat (gr) A 27 5 13 7 1.94 B 30 3 95 8.03 16.21 C 30 3 9 5.67 1.49 Keterangan: A = Lokasi penelitian satu pada Kali Sembra, Distrik Seremuk; B = Lokasi penelitian dua pada Kali Klinatak, Distrik Tofot; C = Lokasi penelitian tiga pada Kali Sawiat, Distrik Sawiat Dari hasil pengukuran panjang dan berat tubuh Cherax snowden menunjukkan bahwa di tiap lokasi sampling memiliki ukuran tubuh yang berbedabeda, walaupun demikian dari hasil homogenitas dan Uji T pada Tabel 1 menunjukkan bahwa panjang dan berat tubuh lobster air tawar di tiga lokasi sama. Dari hasil pengukuran panjang dan berat tubuh lobster pada masing-masing lokasi penelitian dapat diketahui struktur populasi lobster. Stuktur populasi lobster dapat dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Gambar 1 Struktur Populasi Lobster pada Sungai Sembra

5 Gambar 2 Struktur Populasi Lobster pada Sungai Klinatak Gambar 3 Struktur Populasi Lobster pada Sungai Sawiat Analisis korelasi hubungan panjang dan berat tubuh lobster air tawar bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan lobster dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Hasil yang didapat dari perhitungan ini dapat digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan (Effendie, 1997). Selain menunjukkan pola pertumbuhan lobster, hubungan panjang dan berat dapat digunakan untuk melihat faktor kondisi lobster (Rounsenfell dan Everhart 1962 dalam Arwani, 2002). Hubungan panjang dan berat tubuh Cherax snowden tawar ini menggunakan persamaan regresi untuk mendapatkan nilai b. Persamaan regresi dapat dilihat pada Gambar 4, 5, dan 6. Gambar 4 Hubungan Log Panjang dan Log Berat pada Sungai Sembra

6 Gambar 5 Hubungan Log Panjang dan Log Berat pada Sungai Klinatak Gambar 6 Hubungan Log Panjang dan Log Berat pada Sungai Sawiat Nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat Cherax snowden bertujuan untuk menduga kemontokan dari Cherax snowden tersebut. Pola pertumbuhan lobster bersifat allometrik positif terlihat dari nilai b yang lebih besar dari 3 (b>3) sedangkan pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif terlihat dari nilai b yang lebih kecil dari 3 (b<3) dan pola pertumbuhan bersifat issometrik jika nilai b sama dengan 3 (b=3). Pola pertumbuhan dan faktor kondisi berdasarkan perhitungan panjang dan berat tubuh lobster air tawar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Berdasarkan Panjang dan Berat Konstanta Pola Faktor Lokasi A (b) Pertumbuhan Kondisi A -0.99 2.14 A+ 7.23-15.87 B -1.79 3.06 A- 1.09-2.20 C -0.74 1.82 A- 14.01-23.32 Keterangan: A+: Pertumbuhan allometrik positif; A-: Pertumbuhan allometrik negatif Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada lokasi kedua pertambahan panjang dan berat tubuh Cherax snowden merupakan pertumbuhan bersifat allometrik positif. Ini berarti Cherax snowden yang terdapat pada lokasi kedua

7 mengalami pertambahan berat badan lebih cepat dari pertambahan panjangnya sedangkan pada lokasi pertama dan lokasi ketiga pertumbuhan Cherax snowden bersifat allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat. Faktor kondisi adalah derivat penting bagi pertumbuhan lobster. Faktor kondisi atau Indeks Ponderal sering disebut faktor K. Nilai faktor kondisi yang baik adalah lebih dari 1, nilai ini menunjukkan kesehatan hewan yang baik dan pertumbuhan yang issometrik yang cocok untuk pertumbuhan ikan (Igwela, 2011). Berdasarkan hasil penelitian nilai faktor K pada ketiga lokasi meskipun satu jenis tetapi memiliki hasil yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Harga K berkisar 1 3 untuk ikan yang mempunyai badan kurang pipih. Variasi nilai faktor kondisi ini bergantung pada makanan, umur, spesies dan jenis kelamin. Manfaat sungai bagi kehidupan manusia sangat penting sehingga tidak jarang banyak aktivitas manusia di sungai. Aktivitas manusia ini juga terjadi pada sungai pada lokasi penelitian ini. Parameter kualitas lingkungan pada masingmasing lokasi telah memenuhi syarat yang baik untuk pertumbuhan lobster air tawar. Dari penjelasan masing-masing parameter lingkungan diatas, secara keseluruhan telah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Parameter Kualitas Lingkungan pada Ketiga Lokasi Penelitian Parameter Lokasi A B C Suhu 25-26 C 27-28 C 24-26 C ph 7,45 7,47 7,49 7,57 7,13 7,25 DO 7,56 7,85 mg/l 7,37 8,04 mg/l 6,23 7,15 mg/l Kekeruhan 0.43-0.62 NTU 1.19-1.66 NTU 0.53-0.57 NTU Kecepatan Arus 61,8 dtk/5 meter 15,8 dtk/5 meter 0,18 dtk/5 meter Berbatu dan pasirpasipasir Berbatu dan pasir- Dasar Perairan Dominan Substrat Pasir halus Pasir halus Pasir halus Pohon-pohon Sedikit pepohonan, Riparian lebat, alami dan kerapatan rendah. kerapatan tinggi. Aktvitas Manusia Tidak terjadi banyak aktivitas manusia, hanya sekumpulan anakanak kecil yang mandi dan mencari lobster Banyak terjadi aktivitas manusia seperti mencuci baju, mencuci piring dan mandi selain itu juga ada aktivitas menangkap lobster Berbatu dan pasirpasir Pohon-pohon lebat, alami dan kerapatan tinggi. Tidak terdapat aktivitas sama sekali, sepanjang Kali ini pun tidak terdapat rumahrumah warga 4. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Struktur populasi lobster air tawar di tiga lokasi pengambilan sampel memiliki perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh ukuran panjang dan berat tubuh lobster yang berbeda-beda. Struktur populasi pada lokasi A

8 memiliki distribusi ukuran di kelas I, II, dan III dengan nilai modus tertinggi pada kelas III dengan ukuran panjang 7.0 7.9 cm, pada lokasi B memiliki distribusi ukuran di kelas I, II, III, dan XI dengan nilai modus tertinggi pada kelas II dengan ukuran panjang 6.0 6.9 cm, dan pada lokasi C memiliki memiliki distribusi ukuran di kelas I, II, III, dan IV dengan nilai modus tertinggi pada kelas III yaitu dengan panjang 7.0 7.9 cm. Pada lokasi A dan C memiliki nilai modus yang sama pada kelas III, yang membedakan adalah pada lokasi A terdapat kisaran kelas II, III, dan IV sedangkan pada lokasi C terdapat kisaran kelas I, II, III, dan IV.Dari hasil pengukuran panjang dan berat lobster diketahui bahwa korelasi panjang dan berat tubuh lobster pada tiga lokasi memiliki perbedaan. Perbedaan korelasi ini berpengaruh terhadap pola pertumbuhan allometrik lobster air tawar. b. Dari hasil pengukuran panjang dan berat lobster diketahui bahwa korelasi panjang dan berat tubuh lobster pada tiga lokasi memiliki perbedaan. Perbedaan korelasi ini berpengaruh terhadap pola pertumbuhan allometrik lobster air tawar. c. Dari hasil pengukuran panjang dan berat tubuh lobster dapat diketahui faktor kondisi lobster air tawar di ketiga lokasi. Dari hasil analisis faktor kondisi diketahui bahwa masing-masing lokasi memiliki nilai yang berbeda. Pada lokasi A dan C memiliki lobster dengan ukuran tubuh yang gemuk sedangkan pada lokasi B memiliki lobster dengan ukuran tubuh yang kurus. d. Kualitas lingkungan sangat berpengaruh pada pertumbuhan lobster air tawar. Kualitas lingkungan yang sudah sesuai bagi pertumbuhan Cherax Snowden akan membuat pertumbuhan cherax menjadi baik begitu juga sebaliknya. Kualitas lingkungan pada tiga lokasi penelitian ini sudah sesuai bagi pertumbuhan Cherax snowden. 5. Daftar Pustaka Arwani, M. 2002. Analisis Pengkajian Pertumbuhan Ikan Belanak (Mugil Dussumieri) Di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 24-29 p. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Holthuis, L.B. 1949. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish. Diakses tanggal 2 November 2015. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.

9 Rounsefell, G.A & Everhart, W.H. 1962. Fishery Science Its Methods and Applications. New York: John Wiley & Sons, Inc. Wijayanto, R.H & Hartono, R. 2003. Lobster Air Tawar, Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 96. Yade, S. & Suharjo, I. 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka. Hal 32.