PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Bab II Tinjauan Pustaka

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

SIDANG TUGAS AKHIR RG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

Bab III. Pelaksanaan Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

III. BAHAN DAN METODE

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

Citra Satelit IKONOS

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

2. Tangguh Dewantara (2007), telah melakukan penelitian tentang citra Quickbird yang berjudul Kajian Akurasi Geometrik Citra Quickbird

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS) Konsep Penentuan Posisi Dengan GPS

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

BAB IV. Ringkasan Modul:

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

III. METODE PENELITIAN

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan ketelitian horizontal citra satelit resolusi tinggi biasanya dilakukan rektifikasi dengan bantuan Ground Control Point (GCP). GCP yang bersumber dari peta rupabumi ini tidak bisa diaplikasikan untuk citra satelit resolusi tinggi seperti Quickbird resolusi 0,6 meter. Karena objek yang ditampilkan oleh citra satelit Quickbird lebih detail dari objek yang ditampilkan oleh peta rupabumi. Masalah ini bisa diatasi dengan melakukan pengukuran GCP dengan GPS (Global Positioning System) metode PPP (Precise Point Positioning) yang diintegrasikan dengan Laser Positioning System. Metode ini menawarkan penggunaan satu (1) receiver GPS di lokasi GCP, tanpa membutuhkan jaring kontrol (network) seperti halnya teknik pengukuran GCP konvensional dengan GPS. Sedangkan koreksi hasil pengukuran GPS bersumber dari post-mission satellite clock dan informasi yang disediakan oleh beberapa data analyst centers sebagai produk yang dikeluarkan oleh International GPS Services (IGS). Semua IGS analyst center telah memberikan layanan gratis menyediakan koreksi satellite clock dan informasi orbit yang tepat lewat internet. Penggunaan Laser Positioning System adalah untuk mengatasi keterbatasan GPS dalam penentuan posisi koordinat GCP di mana satelit GPS sulit atau tidak dapat diamati dari lokasi GCP tersebut atau karena receiver sulit atau tidak dapat ditempatkan di lokasi GCP. Dalam hal ini GPS digunakan untuk menentukan posisi (koordinat) tempat berdiri receiver, dan Laser Positioning System digunakan untuk menentukan posisi (koordinat) yang diinginkan relatif terhadap tempat berdiri receiver. Pengukuran GPS metode PPP yang diintegrasikan dengan Laser Positioning System sebagai sarana penyedia GCP untuk citra satelit Quickbird resolusi 0,6 meter. Metode ini dipilih karena murah, mudah dan cepat. Lokasi studi berada di area Jawa Timur dengan luas 4.711 km 2 dan memiliki 134 buah titik GCP. Pengukuran GCP diselesaikan dengan menggunakan satu (1) receiver GPS dan satu (1) Laser Positioning System hanya dalam waktu satu (1) bulan. Kata kunci: GPS PPP, dan Laser Positioning System 1 Para penulis adalah alumni Teknik Geodesi UGM, dan bisa dihubungi via email : dis001@cbn.net.id

Latar belakang Ketelitian horisontal citra satelit tinggi bisa ditingkatkan dengan cara melakukan rektifikasi citra satelit dengan Ground Control Point (GCP). Salah satu sumber GCP yang tersedia dengan harga yang murah adalah dari peta rupabumi hardcopy skala 1:25.000 atau skala 1:50.000. Namun, GCP yang bersumber dari peta rupabumi ini tidak bisa diaplikasikan untuk citra satelit resolusi tinggi seperti Quickbird resolusi 0,6 meter. Karena objek yang ditampilkan oleh citra satelit Quickbird lebih detail dari objek yang ditampilkan oleh peta rupabumi. Di samping itu, kesalahan posisi dari suatu titik dalam peta topografi tersebut dapat lebih dari 1 mm disebabkan oleh ketidaktepatan posisi titik, pergeseran posisi, generalisasi kartografi, peta hardcopy yang berkerut dan seterusnya. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan pengukuran GPS. Secara umum penentuan koordinat terdiri dari dua (2) yaitu penentuan posisi absolut dan penentuan posisi relatif. Penentuan posisi absolut atau yang lebih dikenal dengan single point positioning adalah pengukuran koordinat absolut satu titik dalam suatu sistem koordinat seperti WGS 1984. Penentuan posisi relatif atau yang lebih dikenal dengan differential positioning technique, membutuhkan penggunaan dua (2) receiver, satu sebagai referensi dan yang lain adalah posisi yang akan ditentukan koordinatnya. Karena teknik penentuan posisi relatif menggunakan dua (2) receiver yang melakukan pengukuran secara simultan, maka bias (seperti bias orbit satelit, ionosfer, dan troposfer) bisa dikurangi dengan melakukan metode pengurangan data hasil pengamatan antara kedua titik pengukuran. Oleh sebab itu, penentuan posisi relatif biasanya digunakan untuk penetuan posisi yang membutuhkan akurasi tinggi. Sehingga metode penentuan posisi relatif bisa diaplikasikan sebagai sumber data GCP. Permasalahan Pengukuran GCP dengan GPS metode relatif hanya efektif untuk jaring pengamatan dengan baseline yang pendek. Jika jarak anatartitik pengamatan bertambah panjang maka residual error akan bertambah besar yang mengakibatkan kualitas koordinat hasil pengamatan kurang baik (Satirapod and Kriengkraiwasin 2006). Di samping itu, dalam penentuan posisi koordinat GCP dengan GPS juga ditemukan

kesulitan jika satelit GPS sulit atau tidak dapat diamati dari lokasi GCP tersebut atau karena receiver sulit atau tidak dapat ditempatkan di lokasi GCP. Keharusan mengoperasikan dua (2) receiver GPS dalam satu jaring pengamatan mengakibatkan penggunaan GPS sebagai sumber GCP citra satelit resolusi tinggi, kurang diminati penggunaannya oleh user citra satelit resolusi tinggi. Karena dana untuk pengadaan dua (2) receiver GPS dual frekuensi masih sangat mahal dibandingkan dengan receiver GPS single frekuensi. Landasan Teori 1. Citra Satelit Quickbird Citra satelit Quickbird adalah hasil perekaman dari satelit Quickbird yang dikelola oleh, perusahaan penyedian citra satelit komersial dengan resolusi tertinggi di di dunia, yaitu DigitalGlobe. Pada tahun 2001 Digitalglobe telah meluncurkan satelit Quickbird, yang mengorbit secara sunsynchronous pada ketinggian 450 kilometer. Citra Satelit QuickBird mempunyai resolusi spasial hingga 60 cm, sehingga memungkinkan obyek sebesar 60 cm di permukaan bumi dapat teridentifikasi. Tipe produk Tabel 1: Spesifikasi Citra Satelit QuickBird (Standart Product) Resolusi piksel Resolusi spasial dan spektral Hitam dan putih Biru Hijau Merah Inframerah dekat Pankromatik 60 cm X 70 cm Multispektral 2,4 m X X X X 2,8 m Natural color 60 cm X X X X 70 cm Color infrared 60 cm X X X X 70 cm Pansharpened (4 band) 60 cm 70 cm X X X X X Sistem koordinat citra Quickbird dalam datum WGS 84, dengan sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator), dengan format data yang tersedia adalah data GeoTiff dan NITF.

2. Rektifikasi Kesalahan geometri adalah ketidaksempurnaan geometri citra yang terekam pada saat pencitraannya, hal ini menyebabkan ukuran, posisi dan bentuk citra menjadi tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Ditinjau dari sumber kesalahannya, distorsi geometri disebabkan oleh kesalahan internal dan kesalahan eksternal (JARS, dalam Yuwono, et al, 2008). Kesalahan internal disebabkan oleh geometrik sensor dan bersifat sistematik sedangkan kesalahan eksternal disebabkan oleh bentuk dan karakter obyek data tersebut. Distorsi yang bersifat sistematik dapat dimodelkan sedangkan yang bersifat tidak sistematik tidak dapat dimodelkan Distorsi geometrik yang bersifat sistematik disebabkan oleh banyak faktor dan harus dikoreksi sebelum citra digunakan. Distorsi geometrik yang bersifat sistematik biasanya telah dikoreksi oleh pengelola satelit, karena hanya pemilik satelit yang mengetahui parameter-parameter koreksinya (Yuwono, et al, 2008). Distorsi geometrik yang bersifat tidak sistematik dapat dikoreksi menggunakan GCP yang cukup dan terdistribusi merata di seluruh citra (Jensen, 1996 dalam Yuwono, et al, 2008). GCP dibutuhkan untuk mentransformasikan sistem koordinat citra yang masih sembarang ke peta, kegiatan ini disebut rektifikasi. Rektifikasi citra dapat menggunakan persamaan affine 2D (Jensen, dalam Yuwono, et al, 2008) atau polinomial orde satu (Toutin dalam Pohl dalam Yuwono, et al, 2008) seperti tertulis dalam persamaan (1). Dalam hal ini : Posisi obyek dalam system koordinat citra : Posisi obyek dalam system koordinat peta : Parameter transformasi Tingkat ketelitian hasil rektifikasi diukur dengan besar kesalahan menengah rata-rata atau Root Mean Square Error (RMSE). Semakin kecil nilai RMSE maka semakin teliti hasil rektifikasi. Persamaan (2) untuk menghitung nilai RMSE menurut Jensen, (1996):

dalam hal ini : x,y : koordinat titik yang dianggap benar x, y : koordinat titik hasil hitungan Metode 1. Pengukuran GPS metode PPP Pengukuran GPS metode PPP menggunakan satu (1) receiver GPS di lokasi GCP, tanpa membutuhkan jaring kontrol (network) seperti halnya teknik pengukuran GCP konvensional dengan GPS. Sedangkan koreksi hasil pengukuran GPS bersumber dari post-mission satellite clock dan informasi yang disediakan oleh beberapa data analyst centers sebagai produk yang dikeluarkan oleh International GPS Services (IGS). Semua IGS analyst center telah memberikan layanan gratis menyediakan koreksi satellite clock dan informasi orbit yang tepat lewat internet. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Zumberge (Satirapod dan Kriengkraiwasin, 2006). Dan pada tahun 2006, Satirapod dan Phakphong mengembangkan perangkat lunak PPP sederhana yang dapat memberikan akurasi yang lebih baik dari 1 meter, dengan waktu pengamatan selama 15 menit menggunakan frekuensi dual-gps. Metode pengukuran GPS metode PPP cocok untuk user yang bukan GPS spesialis dan tentu saja sangat cocok untuk user citra satelit resolusi tinggi, dengan alasan sebagai berikut; Tidak memerlukan dua (2) receiver GPS Koreksi informasi orbit dan jam satelit untuk data hasil pengamatan tersedia di internet secara online Akurasi penentuan posisi absolute bisa mencapai 20 centimeter untuk data single frekuensi. Bandingkan dengan data pengamatan GPS konvensional metode penentuan posisi absolut, hanya sampai 10 meter. Cara koreksi data pengamatan Koreksi data pengamatan dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan log in ke CSRS Online Database (http://www.geod.nrcan.gc.ca/online_data_e.php). Setiap

user diwajibkan untuk registrasi dahulu sebelum submit data RINEX. Setelah data pengamatan didownload, dan dikonversi ke dalam format RINEX, selanjutnya data RINEX tersebut disubmit secara online seperti dijelaskan dalam gambar 1. Gambar 1: Ilustrasi pengiriman data Setelah data disubmit, pihak IGS akan mengirimkan koordinat terkoreksi via email. Koordinat terkoreksi ada dalam sistem ITRF 2000. Bagi user yang biasanya menggunakan datum WGS 1984, dapat melakukan transformasi koordinat sebelum koordinat tersebut digunakan untuk proses rektifikasi citra. 2. Laser Positioning System Integrasi GPS dan Laser Positioning System adalah untuk menghasilkan GCP dengan ketelitian horizontal yang tinggi. Laser Positioning System digunakan untuk area yang banyak obstruksi seperti di lokasi pemukiman yang padat, receiver GPS tidak bisa ditempatkan atau sinyal GPS tidak bisa diterima oleh receiver. Titik-titik TS1, TS2, TS3, dan TS4 seperti terlihat di gambar 2 adalah titik-titik dimaksud.

TS4 TS3 GCP TS1 TS2 Gambar 2: Ilustrasi penempatan GPS dan titik sekutu Di titik GCP ditempatkan receiver GPS. Setelah pengukuran GPS selesai dilaksanakan maka di titik tersebut ditempatkan alat Laser Positioning System. Titik TS1, TS2, TS3, dan TS4 dinamakan dengan titik sekutu. Laser Positioning System digunakan untuk mengukur bearing dan jarak dari GCP ke Titik Sekutu. Berdasarkan data bearing dan jarak yang diperoleh dari laser, maka dapat diketahui jarak searah sumbu X dan sumbu Y. Dengan mengikatkan jarak tersebut terhadap koordinat GCP, maka koordinat dari Titik Sekutu dapat diketahui. Aplikasi Metode ini sudah diterapkan dalam penentuan GCP untuk citra satelit Quickbird resolusi 0.6 meter dan World view resolusi 0.5 meter area Jawa Timur dengan luas 4.711 km 2. Penempatan GCP mengacu pada kriteria berikut: - Mudah diakses dan diidentifikasi - Tidak menganggu fasilitas umum

- Obstruksi maksimum 15 ke semua arah - Bebas dari efek multipath Berdasarkan kriteria di atas maka diperoleh 134 buah titik GCP seperti terlihat di gambar 3. Pengukuran GCP diselesaikan dengan menggunakan satu (1) receiver GPS dan satu (1) Laser Positioning System hanya dalam waktu satu (1) bulan. Gambar 3: Ilustrasi sebaran GCP Kesimpulan Integrasi GPS dan Laser Positioning System merupakan metode yang sangat mudah, murah, cepat dan efektif dalam rangka pengukuran GCP untuk citra satelit resolusi tinggi seperti Quickbird, World View, IKONOS, dan GeoEye1. Aplikasi untuk masingmasing citra bisa dijadikan studi lebih lanjut dalam rangka meningkatkan ketelitian horizontal citra satelit resolusi tinggi.

Foto-foto lapangan

Daftar Pustaka Satirapod, C. dan Kriengkraiwasin, S. (2006) Performance of Single-frequency GPS Precise Point Positioning avalaible from http://www.gisdevelopment.net/technology/gps/ma06_19pf.htm R. Agus Tri Yuwono, Harintaka, Aryono Prihandito, 2008, Penyatuan Bidang- Bidang Tanah Melayang Menggunakan Citra Quickbird Untuk Pembuatan Peta Pendaftaran Tanah, Media Teknik, Edisi November, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada http://www.geod.nrcan.gc.ca/