BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PENDAHULUAN. Menurut Peter Hagul dalam Daud Bahransyah (2011:10) penyebab kemiskinan

LURAH DESA BANGUNJIWO

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

BUPATI PAKPAK BHARAT

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LURAH DESA BANGUNJIWO

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DESA TEGALREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA TEGALREJO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DESA SAMPANG KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes )

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

Mengingat :.1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program pengembangan masyarakat perusahaan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), pengkaji nila belum ada program yang dapat dijadikan bahan untuk dianalisa. Hal tersebut karena selama ini sebagian besar program manfaatnya belum berkelanjutan (sustainable) atau belum bermanfaat jangka panjang. Oleh karenanya dalam kajian ini yang digambarkan yaitu program pengembangan masyarakat yang pernah diterima oleh Desa Babakan Pari dari pemerintah. Adapun program yang dimaksud sebagai berikut : 5.1. Program Raksa Desa Program ini merupakan program yang dicanangkan oleh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dalam rangka mewujudkan visi Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010, oleh karenanya perlu dilakukan upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan daerah yang efektif dan efisien. Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat. Dalam Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat 2003-2008 dinyatakan bahwa indikator pencapaian visi Jawa Barat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pada tahun 2010 diharapkan mencapai nilai 80, artinya Jawa Barat pada tahun 2010 dapat mensejajarkan kualitas pembangunan manusianya pada kelompok daerah yang terkategorikan sejahtera. Sasaran kegiatan Program Raksa Desa Babakan Pari terdiri atas : pertama, program fisik, yaitu pembangunan infrastruktur desa yang perlu diperbaiki, dipandang dapat mendukung kegiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, kegiatan perekonomian yang ditujukan langsung kepada masyarakat tidak mampu tetapi masih dapat bekerja dan mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif dalam bentuk pemberian modal bergulir. Desa Babakan Pari Menerima Program Raksa Desa ini pada Tahun Anggaran 2005, besar dana yang diterima Rp. 100.000.000,00 dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya Rp. 60.000.000,00 untuk perekonomian. Dalam pelaksanaan program, diharuskan membentuk Tim Satlak Desa yang diketuai oleh Kepala Desa dan tidak boleh melibatkan anggota BPD sebagai tim.

47 Susunan kepengurusan Tim Satlak Desa terdiri atas Ketua, Sekretaris, Pemegang Kas/bendahara, Ketua Bidang Ekonomi, Ketua Bidang Kesehatan, Ketua Bidang Pendidikan dan Ketua Bidang Prasarana Fisik. Adapun Bagan Organisasi Tim Satlak Desa sebagai berikut : Gambar 4 : Struktur Organisasi Satuan Pelaksana (Satlak) Program Raksa Desa di Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu KETUA SATLAK DESA KEPALA DESA PEMEGANG KAS SEKRETARIS PENDDIDIKAN KESEHATAN EKONOMI PRASARANA FISIK Khusus yang diperuntukkan bidang ekonomi, yaitu dengan memberikan pinjaman modal bergulir kepada keluarga miskin yang masih produktif, tiap peminjam dikelompokkan yang terdiri atas 5 sampai 10 orang. Setiap kelompok memiliki Ketua yang nantinya mengkoordinir pengembalian modal pinjaman. Untuk mendapatkan pinjaman modal kelompok mengajukan/mengusulkan atas nama kelompok, sesuai dengan kebutuhan modal masing-masing anggota. Program Raksa Desa di Desa Babakan Pari terdiri atas 20 kelompok (54 orang) sudah digulirkan kepada 41 orang dengan jenis usaha bervariasi. total yang pinjam 95 orang, yang lancar mengembalikan 24 orang (25%), yang tersendatsendat 17 orang (18%) dan yang tidak pernah mengembalikan/baru satu kali berjumlah 54 orang (57%). Karena ternyata pinjaman dikelompokkan tidak seluruh anggota mau bertanggung jawab untuk mengembalikan dana pinjaman, sehingga akhirnya kelompok-kelompok tersebut bubar dan pinjaman atas nama perorangan.

48 yaitu : Alasan mereka yang enggan mengembalikan pinjaman sangat bervariasi, - Usahanya mengalami kegagalan atau kemacetan. - Kepala Desapun tidak mengembalikan dana yang digunakannya. Menurut Bendahara Kepala desa sudah mengembalikan pinjamannya. - Menganggap dana dari Pemerintah sebagai hibah, tidak perlu dikembalikan. - Banyak orang yang memakai uang negara lebih besar dari yang dipakai masyarakat dan tidak diberikan sanksi. Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan program Raksa Desa Babakan Pari yaitu Perencanaan program tidak melibatkan masyarakat, kurang komitmen dari pihak-pihak terkait, belum adanya pembinaan dan dukungan nyata dari pihak-pihak terkait dan Kurangnya sosialisasi 5.2. Program BKS-FM Program BKS-FM merupakan salah satu program yang dimiliki oleh Departemen Sosial dalam rangka penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat miskin. Dalam program tersebut anggota masyarakat yang memenuhi kriteria kemiskinan untuk mendapatkan bantuan sosial, dikelompokan, setiap kelompok terdiri atas 5 10 KK, kelompok-kelompok tersebut biasa disebut KUBE (Kelompok Usaha Bersama) dan mereka disebut sebagai KBS (keluarga Binaan Sosial). KUBE Fakir Miskin adalah himpunan dari keluarga yang tergolong fakir miskin dengan keinginan dan kesepakatan bersama membentuk suatu wadah kegiatan, tumbuh dan berkembang atas prakarsa sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, dan tinggal dalam satuan wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama. (Departemen Sosial : 2005) Penyelengara Program BKS-FM adalah Departemen Sosial, yang dalam hal ini penyelenggaraan di daerah berada pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat dan Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi. Pada tahap pelaksanaannya Dinas Sosial Provinsi selanjutnya hanya melakukan monitoring setelah menyerahkan bantuan sosial yaitu dengan frekuensi satu tahun sekali. Selanjutnya bimbingan dan pembinaan diserahkan pada tingkat lokal yaitu desa,

49 dengan didampingi seorang pendamping lapangan, sementara pengelolaannya langsung diserahkan pada KUBE masing-masing. Sumber dana Program Bantuan Kesejahteraan Sosial untuk Fakir Miskin ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pendekatan kelompok ini dapat dilihat pada tujuan Program BKS-FM, yaitu : Tujuan Umum : meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial keluarga miskin. Tujuan Khusus. 1) Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial keluarga miskin 2) Mewujudkan kemandirian usaha sosial ekonomi keluarga miskin. 3) Meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin terhadap pelayanan sosial dasar dan jaminan kesejahteraan sosial. 4) Peningkatan jumlah aset individual keluarga miskin dan anggota KUBE 5) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam program pemberdayaan kelaurga miskin. 6) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam memberdayakan keluarga miskin. 7) Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial terhadap keluarga miskin. Berkaitan dengan upaya pengembangan masyarakat, dalam Ilmu Pekerjaan Sosial, dikenal pendekatan kelompok sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan program KUBE. Metode ini sering digunakan oleh Pekerja Sosial dalam kelompok. Menurut Hartford dalam Edi Suharto (1997 : 275) bahwa metode ini digunakan untuk memelihara atau memperbaiki keberfungsian personal dan sosial para anggota kelompok dalam beragam tujuan : 1) tujuan korektif, 2) tujuan preventif, 3) tujuan pertumbuhan sosial norma, 4) tujuan peningkatan personal, 5) tujuan peningkatan partisipasi dan 6) tanggung jawab masyarakat. Pembentukan KUBE ditujukan untuk meningkatkan kemampuan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu keluarga miskin, dalam berwirausaha dan meningkatkan rasa gotong royong baik diantara anggota dengan masyarakat di sekitarnya. Melalui KUBE mereka dapat saling menopang dalam melaksanakan usaha, bertukar pengalaman dan kemampuan dalam berusaha, memecahkan masalah bersama dan saling memotivasi untuk tetap berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga.

50 Desa Babakan Pari menerima Program BKS-FM pada bulan April tahun 2006. Berdasarkan tujuan program, telah dilaksanakan beberapa kegiatan kaitannya dengan pelaksanaan program, tetapi kegiatan yang telah dilakukan ini tidak sesuai dengan tahapan program yang seharusnya dilaksanakan tahap demi tahap. Tahapan yang terpenting, yaitu pelaksanaan seleksi dan identifikasi, yang seharusnya dilaksanakan secara khusus, tetapi justru dalam pelaksanaannya disatukan dengan pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan. Akibatnya, ketika peserta pelatihan telah hadir berdatangan, diadakan seleksi dan identifikasi, ternyata peserta yang hadir tidak sesuai dengan kriteria keluarga miskin yang telah ditetapkan. Karena sudah tidak mungkin lagi diganti para peserta tersebut, akhirnya pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan kelompok dan menentukan pengurusnya, terdiri atas tiga kelompok dan sekaligus tetap dilaksanakan sekalipun salah sasaran. Selain itu dalam pelaksanaannya, program tersebut tidak ada pendamping lapangan padahal dalam Program BKS-FM menggunakan pendekatan pendampingan (Technical Assistance). Pada Pelatihan ini, peserta diberi kebebasan untuk melakukan pembentukan pemberian nama kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 10 KK, yaitu KUBE Rahayu, KUBE Baranahan dan KUBE Saluyu. Ketiga kelompok yang terbentuk memilihi jenis usaha yang akan dilakukan yaitu beternak kambing. Dengan alasan mengurusnya mudah dan sumberdaya alam untuk beternak kambing ini sangat mendukung yaitu adanya padang rumput yang cukup luas untuk menggembala dan tersedianya air yang cukup melimpah. Agar dalam pengelolaan KUBE dapat teratur, baik masalah pengeloaan keuangan, pengaturan jadwal tugas mengurus ternak dan jadwal piket keamanan, maka setiap KUBE harus memiliki Ketua, sekretaris dan bendahara, mereka sebagai pengurus KUBE yang memiliki tanggung jawab lebih untuk mengatur jalannya keberlangsungan KUBE, walaupun pada dasarnya semua anggota memiliki tanggung jawab yang sama. Adapun untuk lebih jelasnya, susunan kepengurusan KUBE sebagai berikut :

51 KETUA BENDAHARA SEKRETARIS URUSAN Gambar 5 : Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Program BKS-FM Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu Pada bulan Agustus 2006, bantuan kambing turun, setiap kelompok mendapatkan bantuan kambing 36 ekor, yang terdiri atas 27 ekor betina dan 9 ekor jantan. Tidak disertai obat-obatan. Berdasarkan informasi yang diterima dari Sekretaris Desa yang juga merupakan Sekretaris dari KUBE Saluyu, staf desa dan anggota KUBE lainnya, bahwa bantuan kambing yang turun kualitasnya tidak sesuai dengan yang tertera dalam Berita Acara, tetapi kambing tetap diterima karena petugas yang datang menjajikan jika ada yang mati dalam waktu satu minggu agar segera dilaporkan dan akan diganti. Anggota kelompok tidak seluruhnya mematuhi peraturan termasuk dalam jadwal pembagian tugas (jadwal mencari rumput, memberi makan ternak, membersihkan kandang dan lain-lain) masing-masing anggota saling mengandalkan anggota lainnya. Dapat dikatakan, anggota KUBE sebagian besar tidak aktif menjalankan tugas yang telah ditentukan bersama. Terjadinya masalah seperti ini, tidak ada yang mendamaikan atau yang meluruskan masalah karena tidak ada pendamping lapangan. Biasanya jika terjadi masalah dalam kelompok, pendamping yang akan membantu menyelesaikan dan berusaha memotivasi

52 anggota kelompok agar tetap menjalankan komitmen yang telah disepakati untuk mencapai tujuan bersama. Pada akhirnya KUBE bubar, tiap anggota KUBE menerima kambing dengan jumlah yang bervariasi, ada yang menerima 4 ekor atau 3 ekor, sesuai dengan keaktifannya dan keterlibatannya dalam memelihara kambing. Informasi yang diterima dari penerima bantuan kambing, bahwa kambing yang mati cukup banyak dan ada juga yang sempat dipotong, rata-rata tiap kelompok 9 ekor. Selain itu, bantuan kambingpun ada yang hilang/dicuri, jumlah seluruhnya ada 4 ekor. Berdasarkan pengamatan di lapangan, rata-rata setiap anggota kelompok masih memiliki kambing 2 ekor, bahkan ada beberapa orang yang sudah tidak memiliki kambing lagi, dengan alasan kambing dijual atau mati karena sakit dan tidak ada obatnya. Ada juga kambing yang belum pernah beranak, menurut masyarakat karena kualitas kambing yang buruk, biasa disebut oleh masyarakat kambing bajir atau tidak dapat beranak. Jumlah kambing yang ada hingga sekarang, jika dijumlahkan tiap kelompoknya yaitu : KUBE Rahayu, tinggal 23 ekor; KUBE Baranahan, tingal 24 ekor dan KUBE Saluyu tinggal 27 ekor. Kesimpulan yang dapat dambil dari pelaksanaan program BKS-FM yaitu Program Top down, Tidak partisipatif, program salah sasaran, kurang komitmen dari pihak-pihak terkait, belum adanya pembinaan dan dukungan nyata dari pihakpihak terkait dan kurangnya sosialisasi.