I. PENDAHULUAN. pertumbuhan normalnya (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984). Penggunaan herbisida

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Efektifitas Herbisida Atrazin, Mesotrion, dan Campuran Atrazin+Mesotrion terhadap Beberapa Jenis Gulma

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula tebu merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan gulma didasarkan pada aspek yang berbeda-beda sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Berbagai kegunaan bawang

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. di dunia. Dan merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di

TINJAUAN PUSTAKA. Trachebionta, subdivisio spermatophyta, kelas Liliopsida, Sub kelas

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia tumbuhan E.indica termasuk ke dalam famili Poaceae,

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1957 di Hawaii terhadap herbisida 2,4-D, dan laporan tentang resisten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

I. PENDAHULUAN. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

I. PENDAHULUAN. sumber kalori yang relatif murah. Kebutuhan akan gula meningkat seiring dengan

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Gulma pada Padi Sawah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pisang adalah tanaman penghasil buah yang paling banyak dikonsumsi dan

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

RESPONS DOSIS BIOTIP Eleusine indica RESISTEN-GLIFOSAT TERHADAP GLIFOSAT, PARAKUAT, DAN GLUFOSINAT ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunungjati Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia tumbuhan rumput belulang termasuk ke dalam kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. Plantae; divisio : Spermatophyta; subdivisio : Angiospermae; kelas :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu Saccharum officinarum L. merupakan tanaman perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Resistensi OPT terhadap Pestisida

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

TINJAUAN PUSTAKA. Nama lain Gleichenia linearis adalah Dicranopteris linearis. Termasuk ke

PENGUJIAN EFEKTIVITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF GLIFOSAT, MESOTRION, S-METOLAKLOR DAN CAMPURAN KETIGANYA TERHADAP GULMA TEKI

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?

Aktivitas Herbisida Campuran Bahan Aktif Cyhalofop-Butyl dan Penoxsulam terhadap Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak hanya di

Efikasi Herbisida Campuran Atrazin Dan Mesotrion Untuk Mengendalikan Gulma Pada Budidaya Tanaman Jagung ( Zea Mays L.)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. makanan utama dalam menu makanan di rumah makan serta menu. Menurut Dinas Perikanan Jakarta (1997), ikan gurami (Osphronemus

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

K I M I A P E R T A N I A N

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma karena dapat mematikan pertumbuhan atau menghambat pertumbuhan normalnya (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984). Penggunaan herbisida sebagai salah satu cara mengendalikan pertumbuhan gulma telah dilakukan sejak lama. Penelitian mengenai herbisida kimia telah dimulai pada awal abad ke-20 dengan herbisida pertama yang disintesis adalah 2,4-D (Wikipedia, 2014). Penggunaan herbisida ini terus dilakukan karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan pengendalian gulma dengan cara lain. Karena sifat dari herbisida yang efektif, selektif, dan sistemik itulah maka petani dengan cepat menerima penggunaan herbisida dalam kegiatan pengendalian gulma (Sembodo, 2010). Dengan berbagai macam keunggulan penggunaan herbisida sebagai salah satu cara pengendalian gulma maka petani dan perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan herbisida dibandingkan melakukan pengandalian gulma secara mekanik. Ketika petani atau perusahaan telah menemukan herbisida yang tepat digunakan dalam budidayanya, maka herbisida tersebut akan terus digunakan setiap tahunnya dan sedikit kemungkinan untuk menggantinya

2 dengan jenis herbisida yang lain. Pemakaian herbisida yang terus-menerus tersebut akan meningkatkan jumlah residu herbisida dalam tanah. Menurut Tjitrosoedirdjo dkk. (1984), residu herbisida merupakan sisa-sisa dari herbisida dan derivatnya yang tetap tertinggal dalam tanah atau unsur lingkungan lainnya. Penggunaan suatu jenis herbisida secara terus-menerus dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan munculnya gulma yang resisten terhadap herbisida yang digunakan tersebut. Dengan demikian, dosis pemakaian herbisida akan terus ditingkatkan untuk mempertahankan efektivitas penggunaan herbisida karena gulma yang telah resisten akan semakin sulit untuk dikendalikan. Herbisida atrazin merupakan salah satu herbisida dalam kelompok triazin. Herbisida dalam kelompok triazin mulai banyak digunakan di seluruh dunia pada tahun 1960. Namun dalam pemakaian herbisida yang relatif singkat, pada pertengahan tahun 1980, telah ditemukan banyak spesies gulma yang resisten terhadap triazin. Beberapa dari gulma yang resisten tersebut juga ditemukan gulma yang mengalami resistensi silang terhadap herbisida lainnya (Cousens and Mortimer, 1995). Penggunaan atrazin telah menimbulkan kekhawatiran yang signifikan karena akumulasi yang tinggi dari herbisida tersebut di sungai-sungai (Cox, 2001). Selain itu bedasarkan penelitian yang dilakukan di Great Barrier Reef, Diuron merupakan residu paling umum yang terdeteksi di 65% wilayah sampel di sekitar Great Barrier Reef dan atrazin berada di peringkat nomor dua dengan persentase residu sebesar 52% (Lewis dkk., 2012). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pencampuran herbisida. Pencampuran herbisida

3 dilakukan dengan mencampurkan dua atau lebih bahan aktif dalam kelompok yang berbeda dengan sifat yang tidak saling bertentangan. Contoh pencampuran herbisida tersebut adalah mencampurkan bahan aktif atrazin dengan mesotrion. Pencampuran ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kerja dari masingmasing bahan aktif. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui efektivitas campuran herbisida berbahan aktif atrazin dan mesotrion dalam mengendalikan gulma. 2. Mengetahui sifat campuran herbisida dengan bahan aktif atrazin dan mesotrion. 1.3 Landasan Teori Resistensi herbisida didefinisikan sebagai ketahanan gulma terhadap herbisida dengan dosis yang jauh lebih besar dari yang biasa digunakan. Munculnya gulma rentan tersebut berkembang seiring dengan waktu penggunaan herbisida. Perkembangan resistensi herbisida ini sebenarnya merupakan proses evolusi dimana terjadi perubahan komposisi genetik dalam tanaman yang mengakibatkan tanaman tersebut menjadi resisten terhadap herbisida tertentu (Rao, 2000). Pfeiffer dalam Cobb (2000) menyatakan bahwa cepat atau lambat, penggunaan herbisida tunggal akan menjadi tidak efektif dan harus dilakukan pencampuran herbisida. Selain itu, pencampuran herbisida juga merupakan salah satu cara untuk memperpanjang persistensi suatu herbisida, terutama jika beberapa gulma

4 yang ada telah berkembang menjadi resisten terhadap suatu jenis herbisida (Wrubel dan Gressel dalam Cobb, 2000). Herbisida atrazin merupakan herbisida dari kelompok triazin. Herbisida ini telah banyak digunakan dan digunakan secara terus-menerus. Resistensi gulma terhadap herbisida ini pun telah muncul. Biotipe tahan triazin pada beberapa spesies gulma telah dikonfirmasi di Iowa setelah penggunaan berulang herbisida tersebut (Owen, 2012). Biotipe gulma resisten terhadap herbisida atrazin yang ditemukan di USA dan Kanada antara lain adalah Senecio vulgaris, Chenopodium album, Amaranthus spp., Kochia scoparia, Poa annua L., Panicum capillare L., dan Bromus tectorum (Gunsolus dan William, 1999). Dengan demikian perlu dilakukan suatu cara untuk meningkatkan keefektifan kerja dari herbisida tersebut. Cara untuk mengatasi resistensi gulma yang telah terjadi dapat dilakukan dengan mengubah formulasi dari herbisida tersebut atau dengan cara melakukan pencampuran herbisida. Mesotrion adalah jenis herbisida baru dalam kelompok triketon dan efektif terhadap spesies yang resisten terhadap herbisida triazin dan herbisida penghambat ALS (Acetolactate synthase). Secara umum mesotrion bertindak sebagai penghambat pigmen (Hanh dan Paul, 2002). Pencampuran herbisida atrazin dan mesotrion diharapkan dapat meningkatkan keefektifan dari masing-masing bahan aktif tersebut dalam mengendalikan gulma. Mesotrion terdaftar sebagai herbisida baru yang diaplikasikan pratumbuh untuk pengendalian gulma dengan menghambat pembentukan dioksigenase 4- hydroxyphenylpyruvate (HPPD) pada tahun 2001 bersama dengan herbisida topramezone pada tahun 2005, dan tembotrione pada tahun 2007. Dalam

5 penggunaannya, telah direkomendasikan untuk melakukan pencampuran secara tank mix dengan herbisida atrazin untuk meningkatkan kinerja produk. Serta dalam sebuah penelitian, pencampuran atrazin dengan tembotrione mengurangi resiko kegagalan penggunaan herbisida secara tunggal. Penambahan atrazin (370 g ha -1 ) ke dalam tembotrione (31 g ha -1 ) meningkatkan aktivitas individu sampai dengan 45% (Williams dkk., 2011). Respon dari pengkombinasian herbisida dibagi menjadi tiga jenis. Respon pertama yaitu bersifat aditif, yang ditandai dengan samanya hasil yang diperoleh terhadap pengendalian gulma baik ketika herbisida tersebut diaplikasikan tunggal maupun dicampur herbisida dengan bahan aktif yang berbeda. Respon kedua yaitu bersifat antagonis, hal ini terjadi jika campuran kedua bahan aktif memberikan respon yang lebih rendah dari yang diharapkan. Sedangkan respon yang ketiga adalah bersifat sinergis, dimana respon dari pencampuran herbisida lebih tinggi daripada respon yang diharapkan (Craft dan Robbins dalam Tampubolon, 2009). Dalam pengujian campuran herbisida dengan cara kerja yang sejenis digunakan metode analisis Isobol, sedangkan untuk pengujian herbisida dengan cara kerja yang berbeda digunakan model MSM (Multiple Survival Model). Oleh karena cara kerja herbisida atrazin berbeda dengan herbisida mesotrion maka metode pengujian campuran yang digunakan adalah menggunakan model MSM (Cobb, 2000).

6 1.4 Kerangka Pemikiran Herbisida merupakan suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Penggunaan herbisida setiap tahunnya mengalami kenaikan seiring dengan berkembangnya luas lahan pertanian serta berubahnya sistem pertanaman dari polikultur menjadi monokultur. Dengan sistem tanam monokutur tersebut, kondisi agroklimat yang ada akan selalu sama setiap tahunnya. Dengan demikian, penggunaan suatu jenis herbisida yang dianggap efektif dalam mengendalikan gulma akan selalu digunakan tanpa melakukan pergiliran jenis herbisida. Penggunaan satu jenis herbisida secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan timbulnya resistensi gulma terhadap herbisida tersebut sehingga keefektifan herbisida menjadi berkurang. Berkurangnya keefektifan ini membuat pengguna herbisida meningkatkan dosis herbisida. Peningkatan dosis ini nantinya justru akan menimbulkan permasalahan baru seperti adanya akumulasi herbisida dalam tanah dengan jumlah banyak. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali keefektivan suatu herbisida adalah dengan mengubah formulasinya atau melakukan pencampuran dengan bahan aktif lain yang bukan dalam satu golongan. Dalam hal pencampuran herbisida, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana sifat dari pencampuran dua atau lebih bahan aktif tersebut. Herbisida atrazin merupakan herbisida dari golongan triazin yang dapat mematikan gulma dengan cara menghambat laju fotosintesisnya. Herbisida ini akan menghalangi aliran elektron dan menghentikan transfer energi dalam tubuh

7 tanaman. Dengan terhambatnya aliran elektron, maka di dalam tubuh tanaman akan terdapat penumpukan elektron dengan energi yang tinggi yang dapat merusak membran sel. Sedangkan herbisida mesotrion merupakan herbisida jenis baru dari kelompok triketon yang bertindak sebagai penghambat pigmen. Herbisida ini juga dapat mengendalikan gulma yang telah resisten terhadap herbisida dengan bahan aktif atrazin. Oleh karena herbisida atrazin dan mesotrion tersebut berasal dari dua golongan yang berbeda serta memiliki mekanisme kerja yang berbeda diharapkan mekanisme kerja kedua jenis herbisida tersebut dapat saling melengkapi dan meningkatkan efektivitas masing-masing bahan aktif. 1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun, diperoleh hipotesis sebagai berikut: 1. Pencampuran herbisida dengan bahan aktif atrazin dan mesotrion dapat efektif dalam mengendalikan berbagai jenis gulma. 2. Pencampuran herbisida dengan dua bahan aktif atrazin dan mesotrion memiliki sifat sinergis dalam mengendalikan beberapa jenis gulma tertentu.