STRATEGI PENGELOLAAN PUSAT PERKULAKAN SEPATU TROWULAN (PPST) KABUPATEN MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PASAR PURING DI KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNJUNG DATANG KE PASAR BANTO TRADE CENTER

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGURUSAN PASAR KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEDAGANG DAN PENGUNJUNG PASAR BANTO TRADE CENTRE

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PURWOHARJO DESA KRADENAN SALINAN PERATURAN DESA KRADENAN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR MODERN PLAJU

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR MODERN PLAJU

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

STRATEGI REVITALISASI PUSAT PERBELANJAAN SEKUMPUL DI KOTA MARTAPURA ABSTRAK

BAB V PENUTUP. Pasar Baru merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Bandung yang. terletak di Pasar Baroeweg atau Sumedangweg (sekarang Jalan Oto

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN MUARA ENIM

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI PEMINDAHAN PEDAGANG DI LOKASI PELELANGAN IKAN KE BANGUNAN PASAR LABORA KABUPATEN MUNA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

STRATEGI PENGELOLAAN PUSAT PERKULAKAN SEPATU TROWULAN (PPST) KABUPATEN MOJOKERTO FIRMAN SYAH 1, I PUTU ARTAMA WIGUNA 2 1 Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya email : firmanaset2010@gmail.com Abstrak Untuk menunjang kegiatan pemasaran produk sepatu di kabupaten Mojokerto diadakanlah pembangunan gedung Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan (PPST) pada tahun 2007. Setelah bangunan gedung selesai dikerjakan minat pengusaha industri sepatu untuk menempati cukup banyak meskipun tidak semua kios yang ada terisi penuh. Dengan fasilitas bangunan gedung yang sudah terbangun tersebut perlu adanya satu pengelolaan yang baik untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Dalam pengelolaan itu diperlukanlah satu strategi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Pada perkembangan selanjutnya, salah satu permasalahan dalam pengelolaanya adalah jumlah kios yang bertahan buka semakin sedikit. Dengan kondisi tersebut maka diperlukanlah penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat hunian yang berdasarkan pada persepsi dan kepentingan pengunjung dan pedagang di lokasi PPST. Dari hasil analisis Persepsi dan Kepentingan yang diperoleh diketahui bahwa kondisi bangunan kios yang kurang baik, ukuran kios yang kecil, kondisi lingkungan yang cukup panas, sistem penerangan kurang baik, barang-barang yang dijual kurang lengkap jenisnya dan harga barang lebih mahal dibandingkan di tempat lain Kata kunci Perkulakan Sepatu, Strategi Pengelolaan, Persepsi dan Kepentingan, 1. PENDAHULUAN Kabupaten Mojokerto termasuk di dalam wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) yang cukup menarik bagi pengembangan perekonomian daerah. Salah satu sektor perekonomian yang berkembang pesat di Kabupaten Mojokerto adalah industri alas kaki atau sepatu. Hal tersebut sejalan dengan program pembangunan yang ditetapkan oleh propinsi Jawa Timur dimana Industri alas kaki ditetapkan sebagai salah satu industri yang diprioritaskan dengan pendekatan model klaster atau aglomerasi yaitu pengelompokan industri inti, penunjang, industri penunjang dan jasa penunjang lainnya dan industri penyedia infrastruktur dan kelembagaan yang saling terkait dan mendukung peningkatan efisiensi sehingga tercipta daya saing yang tinggi. Klaster Industri Alas Kaki yang ada di provinsi Jawa Timur berjumlah 66 Unit tersebar di Kabupaten Gresik 3 klaster, Banyuwangi 1 klaster, Bangkalan 1 klaster, Sidoarjo 5 klaster, Malang 1 klaster, Jombang 2 klaster serta Kota Surabaya dan Mojokerto masing-masing 7 Klaster dan 32 klaster dan di Kota Mojokerto 14 klaster. Sedangkan di kabupaten Mojokerto sendiri terdapat empat Manajemen Proyek Konstruksi E-73

unit Industri Besar dan 29 sembilan Industri Kecil Menengah (IKM) yang tersebar. Untuk mendukung perkembangan industri alas kaki tersebut banyak fasilitas yang dibangun diantaranya adalah Indonesian Footwear Service Centre (IFSC), Pusat Pendidikan Promosi Ekonomi Daerah (P3ED), Balai Diklat Industri (BDI), Pasar Spesifik Sepatu atau Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan yang dikenal dengan PPST di Mojokerto untuk menunjang pemasaran produk baik di wilayah Kabupaten Mojokerto dan kawasan Jawa Timur secara keseluruhan. Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan meskipun secara tersirat melayani pembelian partai besar tapi sebenarnya juga tidak dikhususkan untuk perkulakan saja tapi pembelian eceran pun akan dilayani. Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan (PPST) terletak di Jalan Raya Mojokerto-Jombang Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, sekitar 2 kilometer dari pusat kota Trowulan. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Perdagangan RI pada tanggal 7 Oktober 2007. Pengelolaan PPST dilakukan oleh Panitia Pelaksana Kegiatan Operasionalisasi Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan [1], dimana Koordinator Teknisnya adalah Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Mojokerto dengan pembantu Koordinator Teknis adalah unsur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Mojokerto. PPST dibangun diatas lahan 3 Ha dengan Fasilitas yang cukup memadai diantaranya adalah ruang parkir yang cukup luas, pos keamanan, musholla dan juga kantin. Pembangunan PPST sendiri dilakukan dalam 2 tahap Pada tahap I telah dibangun 7 Blok bangunan yaitu Blok A sampai Blok G dengan total 66 kios. Sedangkan pada tahap II dibangun pada tahun 2009 dengan tambahan 3 Blok Bangunan yaitu Blok H sampai Blok J dengan jumlah kios total 36 buah. Pada pembangunan tahap pertama hampir semua kios terpenuhi dimana dari 66 kios yang disediakan ditempati pedagang sebanyak 47 kios atau sekitar 71 %. Sedangkan untuk pembangunan tahap kedua tingkat hunian kios sangat kecil dan banyak sekali kios yang kosong tidak terpakai. Dari 36 kios yang dibangun hanya ditempati oleh 12 pedagang atau sekitar 33 %. Sedang dari keseluruhan kios yang ada setelah pembangunan tahap II adalah 102 kios dengan jumlah kios yang ditempati adalah 59 kios atau sekitar 57 % Untuk mengetahui yang melatar belakangi hal tersebut maka perlu diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya tingkat hunian kios di Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan (PPST) tersebut. 2. KAJIAN PUSTAKA Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk [2], dimana menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi : (1) Pasar Tradisional, yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh Pedagang Kecil dan Menengah, dan Koperasi dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar (2) Pasar Modern yaitu pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang dalam bentuknya berupa Mall, Supermarket, Department Store, dan Shopping Centre dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti. Sedangkan untuk kajian ini, Pusat Perkulakan Manajemen Proyek Konstruksi E-74

Sepatu Trowulan (PPST) kabupaten Mojokerto termasuk ke dalam kategori Toko Modern [3], Dimana pengertian Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun Grosir yang berbentuk Perkulakan. pengunjung dan pedagang sebagai pemangku kepentingan utama di pasar mempunyai penilaian tertentu terhadap pasar. Banyak hal-hal yang dipertimbangkan dalam keputusan menyewa ruang oleh pedagang, maupun membeli barang oleh pengunjung. penilaian dan image masyarakat konsumen terhadap pusat belanja dipengaruhi oleh lingkungan pusat belanja [4], yaitu: 1. Ambient Factor (musik, penyinaran, bau) 2. Faktor desain (lantai, tembok, dekorasi, warna, kebersihan, atap, ukuran ruangan, tata ruang, tanda petunjuk) 3. Faktor sosial (tenaga penjual, cara berpakaian) Seperti terlihat pada gambar 1. 3.METODOLOGI Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam kelompok penelitian studi kasus. Sedangkan metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual dan akurat. Dari kajian literatur diketahui bahwa variabel yang berpengaruh antara lain Variabel lokasi meliputi bebas banjir, kemudahan menuju lokasi dan keamanan. Variabel harga meliputi, harga sewa ruang dan sistem pembayarannya, harga dan kualitas barang barang yang tersedia, Variabel fasilitas meliputi jaringan pelengkap, ketersedian angkutan umum yang melewati lokasi. Variabel desain meliputi penampilan dan tata letak kios, lokasi dan luas parkir kendaraan, ukuran kios. Variabel ambien seperti penerangan, sirkulasi udara dan papan informasi. Untuk pengukuran Variabel dalam penelitian ini menggunakan penilaian skala lima tingkat (Likert). Penilaian persepsi dimulai dari angka satu (1) untuk penilaian sangat tidak baik, dua (2) untuk penilaian tidak baik sampai angka lima (5) untuk penilaian sangat baik, gambar 2. Sedangkan Penilaian kepentingan dimulai dari angka satu (1) untuk penilaian sangat tidak penting, dua (2) untuk penilaian tidak penting sampai angka lima (5) untuk penilaian sangat penting, gambar 3. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada responden dimana responden diambil dari pengunjung dan pedagang yang ada di PPST. Jumlah responden yang dipilih menggunakan rumus dari bernouli [5]. 2 ( Z a / 2 ) pq n = (2) 2 d Dimana: n = ukuran sampel p = Persentase responden yang persepsinya tinggi α = taraf signifikan /taraf kepercayaan q = Persentase responden yang persepsinya rendah Z = nilai distribusi normal d = tingkat kesalahan (ketidaktelitian) rumus diatas digunakan untuk responden yang jumlahnya tak terbatas yaitu pengunjung. Tingkat kepercayaan terhadap sampel yang diambil dari populasi adalah 95 % atau α = 0,05. Nilai distribusi normal Z α / 2 adalah 1,96. Nilai p dan q diasumsikan = 0,5. Persentase tingkat kesalahan diambil sebanyak 11 %, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan Manajemen Proyek Konstruksi E-75

adalah 80 orang. Sedangkan untuk responden pedagang menggunakan rumus Taro Yamane [6]. n = N N.d 2 + 1 (3) Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d 2 = Presisi yang ditetapkan Dari rumus diatas, maka sampel pedagang yang akan diambil dengan batas kesalahan 11 % adalah 23 orang. Dalam analisis data terdapat dua buah variabel yang diwakili oleh huruf X dan huruf Y, dimana X adalah tingkat kinerja atau persepsi dari responden, sedangkan Y adalah tingkat kepentingan responden [8]. Selanjutnya dilakukan analisis kuadran yang menggambarkan kondisi pelayanan yang dipetakan dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III dan IV. Untuk dapat memetakan kondisi pelayanan dalam kuadran. Jika digambarkan dalam bentuk kuadran, maka kriteria koordinat tersebut terletak seperti pada gambar 4., dimana setiap kuadran mencerminkan prioritas pembenahan yang semestinya dilakukan: a. Kuadran I, menunjukkan faktor-faktor yang menurut konsumen penting dan konsumen telah mendapatkan sesuai harapannya (memuaskan). Kondisi ini yang harus dipertahankan (pertahankan). b. Kuadran II, menunjukkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen kurang penting, tetapi menunjukkan responden menerima pelayanan lebih dari apa yang diharapkan sehingga tidak menjadikan prioritas perbaikan (berlebihan). c. Kuadran III, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi kepuasan reponden dan menunjukkan responden tidak menerima pelayanan seperti apa yang diharapkan (tidak memuaskan) sehingga menjadi dianggap kurang penting (prioritas rendah). d. Kuadran IV, menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepentingan, merupakan variabel yang harus segera diperbaiki karena atribut yang dianggap penting, namun konsumen belum menerima kinerja seperti apa yang diharapkan (prioritas utama) Dari pemetaan ini diketahui faktor-faktor atau variabel/subvariabel mana saja yang menjadi prioritas utama untuk dibenahi atau ditangani. 4.HASIL Dari data yang diperoleh dari pengunjung menunjukkan 33 orang (47%) berasal dari luar kota, 26 orang (37%) pengunjung adalah perempuan. Sedangkan dari latar belakang pendidikan diketahui bahwa responden dengan pendidikan SMA 37 orang (53%), Sarjana 33 orang (47 %). Untuk pekerjaan responden 20 orang (28%) adalah wiraswasta, pegawai 24 orang (34%) sisanya adalah pelajar dan ibu rumah tangga. Dari hasil kuisioner untuk pengunjung, gambar 5., diketahui bahwa yang termasuk dalam kudran I adalah subvariabel Lokasi PPST dilewati alat transportasi/angkutan umum(2), Lokasi PPST bebas dari banjir(4), Tempat parkir kendaraan pribadi di PPST luas(5), Tata letak ruang di kios baik(10), Barang-barang yang dijual lengkap jenisnya(12) dan Harga barang di PPST lebih murah dibandingkan di tempat lain (13). Kuadran II meliputi sub varibel Lokasi PPST mudah dijangkau (1). Kuadran III yaitu subvaribel Lokasi PPST dekat dengan terminal angkutan (3) dan Papan informasi / petunjuk banyak tersedia (9). Sedangkan yang masuk kuadran IV adalah Sistem penerangan di PPST baik (6), Tata udara dalam PPST cukup baik (tidak panas, Manajemen Proyek Konstruksi E-76

lembab, atau bau) (7), Kebersihan di PPST baik (8) dan Barang-barang yang dijual lengkap jenisnya (11). Untuk responden pedagang diketahui bahwa 2 orang pedagang berasal dari luar kota sisanya berasal dari Mojokerto sendiri. Dilihat dari jenis barang dagang 3 orang menjual busana dan aksesoris, 2 orang menjual makanan, 1 orang menjual perlengkapan olahraga dan sisanya adalah penjual alas kaki dan tas. dari segi omset penjualan diketahui 3 orang dengan omset antara 20-30 juta per bulan, 2 orang dengan omset 5-10 juta per bulan dan sisanya omsetnya adalah antara 1-5 juta per bulan. Sedangkan 5 orang pedagang adalah pengusaha baru sisanya adalah merupakan cabang dari usaha lama dan investasi. Dari data kuisioner pedagang, gambar 6., yang diperoleh untuk kuadran I adalah subvariabel Lokasi PPST mudah dijangkau(1), Lokasi PPST dilewati alat transportasi/angkutan umum(2), Lokasi PPST bebas dari banjir (4), Adanya jaringan listrik, telepon dan air bersih (6), Adanya papan informasi di lokasi (11), Lingkungan PPST aman dan tertib(12) dan adanya petugas keamanan (13). Kuadran II tidak ada. Kuadran III yaitu Lokasi PPST dekat dengan terminal angkutan(3),ada fasilitas tempat parkir khusus bongkar muat barang (7), ada fasilitas gudang penyimpanan barang (8), Tata letak ruang PPST baik (10) dan harga sewa ruang kios sesuai dengan kondisi kios (tidak mahal) (14) dan Sistem pembayaran sewa yang berlaku tidak memberatkan penyewa (15) Sedangkan yang termasuk dalam kuadran IV adalah kondisi bangunan dalam keadaan baik/tidak rusak (5), ukuran ruang kios memadai untuk berdagang (9). 5.PEMBAHASAN Dari hasil kuisioner yang diperoleh tersebut gambar 7 dan 8., bisa menggambarkan kondisi pelayanan yang ada di PPST secara keseluruhan dan bisa menggambarkan faktorfaktor yang mempengaruhi turunnya tingkat hunian kios. Berdasarkan analisis persepsi dan kepentingan. Dari data yang ada maka yang perlu diperhatikan adalah kuadran IV, dimana tingkat kepentingan yang diinginkan dari pelanggan baik pengunjung maupun pedagang tinggi sementara kepuasan yang diperoleh masih dibawah keinginan. Untuk persepsi dan kepentingan pengunjung yang masuk di kuadran IV adalah Sistem penerangan ruangan, Tata udara dalam lingkungan, kelengkapan jenis barang dan tingkat harga barang yang masih tinggi. Sistem penerangan meskipun nampaknya hal yang sepele ternyata menjadi faktor yang diperhatikan oleh pengunjung terutama untuk mengetahui kondisi detail dari barang yang akan dibeli baik bentuk, warna maupun kualitasnya. Dengan lokasi yang cukup luas, terletak di pinggir jalan raya dan ruang hijau yang kurang membuat pengunjung merasa kurang nyaman karena kondisi yang cukup panas. Selain itu juga yang menurut pengunjung kurang adalah kebersihan lingkungan, hal tersebut akan mengurangi kenyamanan pengunjung dalam berbelanja. Meskipun sudah ada iuran kebersihan dari para pedagang yang ada. Dengan semakin sedikitnya jumlah kios yang buka maka semakin sedikit pula pilihan barang yang ditawarkan pada pengunjung demikian juga dengan masalah harga, dengan banyaknya pesaing tingkat harga yang ditawarkan oleh pedagang menjadi tidak terjangkau oleh pengunjung. Sedangkan untuk pedagang Kondisi bangunan yang kurang baik dan Ukuran ruang kios yang kurang memadai. Dengan umur gedung yang relatif baru semestinya menjadi nilai lebih tapi Manajemen Proyek Konstruksi E-77

jika perawatan yang kurang bisa mengakibatkan ketidaknyamanan dari pedagan selain itu juga ukuran kios yang terbatas menjadikan kemampuan untuk menampung barang berkurang dan bisa menurunkan omset penjualan. 5. KESIMPULAN Secara keseluruhan hasil yang diperolah dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor faktor yang berpengaruh dalam penurunan tingkat hunian kios yang ada di PPST adalah : kondisi bangunan kios yang kurang baik, ukuran kios yang kecil, kondisi lingkungan yang cukup panas, kebersihan yang kurang, sistem penerangan kurang baik, Barang-barang yang dijual kurang lengkap jenisnya, harga barang lebih mahal dibandingkan di tempat lain of The Academy of Marketing Science, Vol. 22 No. 4. [5]. Pardede, Parulian, (2007), Analisa Kesenjangan Antara Harapan dengan Persepsi Pedagang dan Pengunjung Terhadap Pasar Tradisional Youtefa Kota Jayapura, Tesis Magister Teknik ITS, Surabaya [6]. Riduwan (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis. CV Alfabeta, Bandung. [7].Supranto, J (2001), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA [1].Keputusan Bupati Mojokerto No 188.45/35/HK/416-012/2011 (2011) tentang Panitia Pelaksana Kegiatan Operasionalisasi Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan. [2].Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan(1998),Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga- Lembaga Usaha Perdagangan Perkulakan. [3]. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 53/M- DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Jakarta [4].Baker, Grewal and Parasuraman, (1994), The Influence of Store Environment on Quality Interfaces and Store Image, Journal Manajemen Proyek Konstruksi E-78

1.Variabel Lokasi 2.Variabel Ambient 3.Variabel Sosial 4.Variabel Produk 5.Variabel Harga 6. Variabel Fasilitas 7. Variabel Pelayanan Penilaian dan Image Konsumen Terhadap Pasar Keputusan untuk menyewa ruang dan memilih pasar Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen dalam menyewa ruang dan memilih pasar. K E ( IV ) ( I ) P Prioritas Pertahankan E Utama N Y T I ( III ) ( II ) N Prioritas Berlebihan G Rendah A N Rendah X Tinggi Persepsi Gambar 4. Kuadran Persepsi dan Kepentingan Sangat tidak baik Tidak baik Cukup baik Baik Sangat baik 1 2 3 4 5 Baik Gambar 2. Bobot tingkat persepsi Pedagang- Pengunjung Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting 1 2 3 4 5 Gambar 5. Kuadran Persepsi dan Kepentingan Pengunjung PPST Penting Gambar 3. Bobot tingkat kepentingan Pedagang-Pengunjung Manajemen Proyek Konstruksi E-79

Gambar 6. Kuadran Persepsi dan Kepentingan Pedagang PPST Kuadran 1 Kuadran 2 2. Lokasi PPST dilewati alat transportasi/angkutan umum 4. Lokasi PPST bebas dari banjir 5. Tempat parkir kendaraan pribadi di PPST luas 10. Tata letak ruang di kios baik 12. Barang-barang yang dijual lengkap jenisnya 13. Harga barang di PPST lebih murah dibandingkan di tempat lain 1.Lokasi PPST mudah dijangkau Kuadran 1 Kuadran 2 1.Lokasi PPST mudah dijangkau 2. Lokasi PPST dilewati alat transportasi/angkutan umum 4. Lokasi PPST bebas dari banjir 6. Adanya jaringan listrik, telepon dan air bersih 11. Adanya papan informasi di lokasi 12. Lingkungan PPST aman dan tertib 13. Ada petugas keamanan Kuadran 3 Kuadran 4 3. Lokasi PPST dekat dengan terminal angkutan 7. Ada fasilitas tempat parkir khusus bongkar muat barang 8. Ada fasilitas gudang penyimpanan barang 10. Tata letak ruang PPST baik 14. Harga sewa ruang kios sesuai dengan kondisi kios (tidak mahal) 15. Sistem pembayaran sewa yang berlaku tidak memberaktkan penyewa 5. Kondisi bangunan dalam keadaan baik/tidak rusak 9. Ukuran ruang kios memadai untuk berdagang Gambar 8. Sub Variabel Persepsi dan Harapan Pedagang PPST Kuadran 3 Kuadran 4 3. Lokasi PPST dekat dengan terminal angkutan 9. Papan informasi / petunjuk banyak tersedia 6. Sistem penerangan di PPST baik (sudah memadai). 7. Tata udara dalam PPST cukup baik (tidak panas, lembab, atau bau) 8. Kebersihan di PPST baik. 11. Barang-barang yang dijual lengkap jenisnya Gambar 7. Sub Variabel Persepsi dan Harapan pengunjung PPST Manajemen Proyek Konstruksi E-80