1 Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Oleh : Rita Dwi Lindawati Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan fasilitas pelayanan segera (rush handling) merupakan fasilitas non fiskal yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap importasi barang impor yang berkarakter khusus. Pengaturan atas pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan rush handling diatur dalam peraturan Menteri Keuangan PMK nomor 148/PMK.04/2007 tanggal 22 November 2007 tentang pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan pelayanan segera (rush handling). Dalam peraturan tersebut diatur jenis-jenis barang impor yang mendapat fasilitas rush handling dan syarat-syarat penyelesaian importasinya. Tujuan pemberian fasilitas pelayanan segera (rush handling) adalah untuk memperlancar arus barang impor dan dokumen impor. Demi tercapainya tujuan fasilitas pelayanan segera ini, importer harus memperhatikan ketentuan persyaratan importasi baik kelengkapan dokumen impornya maupun ketentuan larangan pembatasan impornya. Pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan rush handling merupakan sesuatu yang favorit bagi importer yang mengimpor barang-barang berkarakter khusus. Karena kekhususan karakter barang impor tersebut, ketika pengangkutannya membutuhkan penanganan khusus. Barang impor yang berkarakter khusus ini contohnya adalah barangbarang impor yang peka waktu, barang impor yang merusak lingkungan dan barang impor yang mudah busuk. Karena karakternya tersebut, ketika importasinya, barang-barang tersebut harus mendapatkan pelayanan segera pada saat penyelesaian kewajiban pabeannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan, memberikan jalan keluarnya, dengan memberikan fasilitas rush handling terhadap penyelesaian kewajiban pabean atas importasi barang tersebut. Fasilitas rush handling atas pengeluaran impor untuk dipakai diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 148/PMK.04/2007 tanggal 22 November 2007 tentang pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan pelayanan segera (rush handling). Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa rush handling adalah pelayanan kepabeanan yang diberikan atas barang impor tertentu yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk dikeluarkan dari kawasan pabean. Importasi yang penyelesaian kewajiban pabeannya dengan mendapatkan fasilitas rush handling dapat dilakukan melalui pelabuhan laut maupun pelabuhan udara.
2 Jenis-jenis Barang Impor yang Mendapat Fasilitas Rush Handling Menurut PMK-148/PMK.04/2007, fasilitas pelayanan segera diberikan terhadap barang impor berupa : a. Organ tubuh manusia antara lain ginjal, kornea mata, atau darah. b. Jenazah dan abu jenazah. c. Barang yang dapat merusak lingkungan antara lain bahan yang mengandung radiasi. d. Binatang hidup. e. Tumbuhan hidup. f. Surat kabar dan majalah yang peka waktu. g. Dokumen (surat) h. Barang lain karena karakteristiknya perlu mendapat pelayanan segera (rush handling) setelah mendapat izin Kepala Kantor Pabean. Contohnya barang impor yang berupa emas batangan, perhiasan dan bunga potong. Atas barang-barang impor tersebut importer harus mengajukan permohonan izin sebelum importasinya untuk mendapatkan fasilitas rush handling kepada Kepala Kantor Pabean tempat barang impor tersebut akan diselesaikan kewajiban pabeannya. Surat izin tersebut sebagai salah satu kelengkapan dokumen yang harus diserahkan untuk penyelesaian kewajiban pabeannya. Gambar contoh barang impor yang mendapat fasilitas rush handling : Bunga potong Ikan Hias Emas batangan
3 Hal-hal yang Harus Dipersiapkan Oleh Importir Ketika akan melakukan importasi barang yang mendapat fasilitas rush handling, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh importer untuk menyelesaikan kewajiban pabean yaitu: 1. Pemberitahuan pabean impor berupa PIBK ( Pemberitahuan Impor Barang Khusus) jika barang impornya berupa organ tubuh manusia atau jenazah dan abu jenazah. Pemberitahuan pabean impor berupa PIB (Pemberitahuan Impor Barang) jika barang impornya berupa barang yang dapat merusak lingkungan antara lain bahan yang mengandung radiasi, binatang hidup, tumbuhan hidup, surat kabar dan majalah yang peka waktu, dokumen (surat), barang lain karena karakteristiknya perlu mendapat pelayanan segera (rush handling) setelah mendapat izin Kepala Kantor Pabean. 2. Dokumen pelengkap pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebagai pelengkap pemberitahuan pabean, misalnya Invoice, Packing List, Bill of Lading/Airway Bill, Manifest dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Dokumen lain yang dipersyaratkan misalnya Health Certificate, Surat Ijin dari instansi terkait sebagai pemenuhan ketentuan pembatasan importasinya, dan Certificate of Origine. Ketentuan larangan dan pembatasan impor dapat diakses oleh importer di website Indonesia National Single Window di www.insw.go.id. 3. Jaminan dapat berupa jaminan untuk setiap kegiatan importasi atau untuk jangka waktu tertentu. Jaminan untuk setiap kegiatan importasi adalah jaminan yang digunakan untuk satu pemberitahuan impor. Sedangkan jaminan untuk jangka waktu tertentu adalah jaminan yang dipertaruhkan digunakan untuk menjamin beberapa kali importasi, ketika nilai jaminan tersebut habis, maka importer akan mempertaruhkan jaminan kembali. Jaminan yang biasa digunakan adalah jaminan tunai. Jaminan tunai adalah jaminan berupa uang tunai. Mekanisme Penyelesaian Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Penyelesaian kewajiban pabean atas importasi yang menggunakan fasilitas rush handling diselesaikan di pelabuhan masuk barang. Sekarang ini, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah membuat pelayanan 24 jam setiap hari untuk penyelesaian kewajiban pabean atas rush handling. Sebagai contoh di pelabuhan udara Soekarno Hatta, layanan untuk penyelesaian kewajiban pabean untuk rush handling tersedia 24 jam, dengan janji layanan per satu pelayanan adalah 120 menit. Waktu 120 menit tersebut dihitung sejak dokumen pelengkap
4 pabean (yang telah lengkap) dan jaminan diterima oleh petugas Bea dan Cukai sampai penerbitan Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang (SPPB). Berikut ini adalah mekanisme pengeluaran impor untuk dipakai dengan fasilitas rush handling : 7 1 2 7 5 Petugas Bea Dan Cukai Kasi Pabean 4 3 6 9 Kasi Perbendaharaan dan Penerimaan 8 Pemeriksa barang Petugas pintu Kasi P2
5 Keterangan : 1) Importer menyerahkan dokumen pelengkap pabean kepada petugas Bea dan Cukai di bagian penerimaan dokumen. Jika berdasarkan penelitian petugas dokumen pelengkap pabean tersebut belum lengkap, maka diserahkan kembali kepada importer untuk dilengkapi. Jika telah lengkap, maka dokumen tersebut dibukukan dan diberi nomor pendaftaran oleh petugas Bea dan Cukai. 2) Dokumen yang telah diberi nomor pendaftaran kemudian diteruskan oleh petugas bea dan cukai ke Seksi Kepabeanan dan Cukai untuk diteliti lebih lanjut dan diterbitkan instruksi pemeriksaan. 3) Kasi pabean menyerahkan instruksi pemeriksaan kepada petugas pemeriksa barang untuk melakukan pemeriksaan fisik barang terhadap barang tersebut dan dituangkan ke Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). 4)Oleh petugas pemeriksa barang LHP tersebut kemudian diserahkan ke Seksi Kepabeanan dan Cukai. Selanjutnya Kasi Kepabeanan dan Cukai meneliti dokumen pelengkap pabean termasuk ketentuan larangan dan pembatasannya dan menetapkan klasifikasi tarif, pembebanan nilai pabean, Bea Masuk serta Pajak Dalam Rangka Impor (PPh Psl 22, PPN dan PPN BM). Apabila dokumen belum memenuhi syarat maka, Kasi Pabean meminta importer untuk melengkapi. Jika tidak dipenuhi oleh importer maka proses pelayanan kepabeanan tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penetapan tarif, nilai pabean, perhitungan Bea Masuk dan PDRI tersebut kemudian Kasi Pabean menetapkan jumlah jaminan. Besarnya jaminan yang harus dipertaruhkan adalah total jumlah Bea Masuk, PPh Psl 22, PPN dan PPN BM jika ada. 5) Importir menyerahkan jaminan sesuai jumlah yang ditetapkan oleh Kasi Pabean kepada Bendahara Penerima (Kasi Perbendaharaan Penerimaan) atau pembantu Bendahara Penerima. Atas penyerahan jaminan tersebut kepada importer diberikan Bukti Penyerahan Jaminan (BPJ) lembar ke 2 dan jaminan dibukukan oleh petugas Bea dan Cukai.
6 6) Selanjutnya jaminan yang telah dibukukan tersebut oleh Kasi Perbendaharaan Penerimaan diberitahukan kepada Kasi Pabean. 7) Seksi Kepabeanan dan Cukai menerbitkan SPPB rangkap 2. Lembar ke 1 SPPB diserahkan ke importer untuk mengeluarkan barang dan lembar ke 2 untuk petugas bea dan cukai yang mengawasi pengeluaran barang. 8) Dengan menggunakan SPPB lembar ke satu importer mengeluarkan barang dari kawasan pabean. 9) Penjaga Pintu mencocokkan data yang ada di SPPB yang diserahkan importer dengan SPPB yang diterima dari Kasi pabean dan kemasan barang yang akan dikeluarkan. Jika ada ketidakcocokkan maka atas kemasan barang tersebut tidak dapat dikeluarkan dan selanjutnya diserahkan ke Kasi P2 untuk diteliti lebih lanjut. Kewajiban Importir Setelah Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean 1 2 Kasi Perbendaharaan dan Penerimaan Kasi Pabean 1) Dalam jangka waktu maksimum 3 hari kerja sejak barang impor dikeluarkan, setelah melunasi Bea Masuk dan PDRI, importer wajib menyerahkan pemberitahuan pabean (PIB/PIBK) dan bukti pelunasan Bea Masuk dan PDRI (SSPCP) kepada Kasi Perbendaharaan Penerimaan. 2) Kasi Perbendaharaan Penerimaan melakukan penelitian dokumen pemberitahuan pabean dan bukti pembayaran tersebut. Jika sudah benar, maka berdasarkan PIB/PIBK dan SSPCP tersebut Kasi Perbendaharaan Penerimaan mengembalikan jaminan yang telah
7 dipertaruhkan oleh importer. Jika ternyata importer tidak melunasi dalam jangka waktu tersebut maka importer wajib membayar Bea Masuk dan PDRI ditambah denda admistrasi sebesar 10% dari Bea Masuk yang wajib dilunasi. Jika importer tidak membayar Bea Masuk, PDRI dan denda administrasi maka jaminan dicairkan dan pelayanan segera (rush handling) tidak diberikan sampai dengan dipenuhinya kewajiban tersebut. Oleh Kasi Perbendaharaan Penerimaan, dokumen pemberitahuan pabean tersebut diserahkan ke Kasi Pabean untuk penyelesaian kewajiban pabean atas importasi barang fasilitas rush handling tersebut. Ilustrasi Perhitungan Jaminan dan Denda Administrasi Barang impor berupa Bank Notes, oleh petugas Bea dan Cukai ditetapkan klasifikasi HS 4907.00.10.00, BM 0 %, PPN 10 % dan PPN BM tidak ada. Nilai Pabean ditetapkan CIF= US $ 1940,35. * Keterangan 1) *Nilai pabean dihitung dalam bentuk Cost, Insurance and Freight. 2) Cost adalah harga barang tersebut. 3) Insurance adalah asuransi yang menjamin pengangkutan barang dari negara asal barang sampai tujuan di Indonesia. Jika asuransi ditutup dengan asuransi dalam negeri, maka nilai asuransi dianggap Rp.0,00. Jika tidak terdapat pemberitahuan jumlah pembayaran asuransi, maka besarnya asuransi dihitung berdasarkan rumus 0,5% x (Cost + Freight). 4) Freight adalah biaya pengangkutan barang impor dari pelabuhan asal barang sampai pelabuhan tujuan di Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut selanjutnya pungutan impor dihitung sebagai berikut: Bea masuk PPN = Nilai pabean x tarif BM = (1940,35 x Rp. 9442, 00) x 0% = Rp 0,00 = 10 % x Nilai impor ( Nilai pabean + Bea masuk) = 10 % x Rp. 18.320.785,00 (dibulatkan menjadi Rp 18.321.000,00) = Rp 1.832.100,00 dibulatkan menjadi Rp. 1.833.000,00.
8 PPh Psl 22 = 2,5 % x Rp. 1.832.100,00 = Rp. 45802,5 dibulatkan menjadi Rp. 46.000,00. (Tarif PPh Psl 22 2,5 % untuk importer yang memiliki Angka Pengenal Impor (API), sedangkan yang tidak memiliki API dikenakan 7,5%). Besar jaminan yang harus dipertaruhkan = Rp. 0,00 + Rp. 1.833.000,00 + Rp. 46.000,00 = Rp. 1.879.000,00. Jika, importer tidak melunasi Bea Masuk dan PDRI serta menyerahkan Pemberitahuan Pabean Impor dalam jangka waktu lebih dari 3 hari terhitung sejak pengeluaran barang impor, maka dikenakan denda adminstrasi sebesar 10 % dari Bea Masuk. Jika Bea masuknya Rp.0,00 maka besarnya denda adminstrasinya adalah sebesar Rp. 5.000.000,00 / Pemberitahuan Impor. Pada contoh kasus tersebut Bea Masuk Rp. 0,00, maka denda administrasi adalah Rp. 5.000.000,00. Berarti total tagihan yang harus dilunasi oleh importer adalah Rp 1.879.000,00 + Rp. 5.000.000,00 = Rp. 6. 879.000,00. Simpulan Rush handling merupakan fasilitas non fiskal dari pemerintah (Kementrian Keuangan) yang diberikan kepada barang impor yang berkarakter khusus. Jenis-jenis barang impor yang berhak mendapat fasilitas rush handling diatur di dalam PMK no.148/pmk.04/2007 tanggal 22 November 2007 tentang pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan pelayanan segera (rush handling). Selain itu peraturan tersebut juga mengatur jenis-jenis dokumen pemberitahuan pabean dan syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh importer untuk menyelesaikan kewajiban pabean atas barang tersebut. Atas barang impor yang mendapat fasilitas rush handling tetap berlaku ketentuan larangan dan pembatasan impor yang dapat diakses di website INSW (www.insw.go.id). Dengan importer memahami ketentuan tersebut diharapkan tujuan fasilitas rush handling untuk memperlancar arus barang dan dokumen terhadap importasi barang berkarakter khusus dapat tercapai secara efektif. Sumber Rujukan: 1. Undang-undang Kepabeanan, UU no: 17 tahun 2006 tanggal 15 November 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
9 2. Peraturan Menteri Keuangan PMK no. 148/PMK.04/2007 tanggal 22 November 2007 tentang pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan pelayanan segera (rush handling). 3. Buku Profil KPPBC TMP Soekarno Hatta.