tahun yang justru asyik berceloteh di tengah hembusan angin yang sungguh menghipnotis. Cal, gede itu umur berapa sih? tanya anak perempuan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

It s a long story Part I

Satu. Di antara Affogato coffee dan Hujan

BROADCASTING TV MIDTERMS

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Di Pantai Pasir Putih

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

PART 3. [Texting] Faza Mau eskrim! Dimas Oke. Jam 6.30 di tempat biasa. Faza Horrey! Traktir, your turn!!! Dimas Iye. Sana kerja lagi.

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Karya Nurul Alma Febriyanti

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

PERANCANGAN FILM KARTUN

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Aku sedang sibuk. Les-les untuk persiapan Ujian Akhir Nasional-ku sangat menyita perhatian.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

"Ya ampun ini anak pikirannya makan terus. Hahahaha," jawab Ricky "Yah keliatan kali dari pipi Ki. Hahaha," timpal Cella Persahabatan yang nyaris

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Alergi Gelembung. Girl and the Magic Tree 1

BAB 1 BERKEMAH. Petualangan Ke Dunia Es Krim 9

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.

membentak-bentak mereka apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang Riani inginkan. Semua pelampiasan amarahnya kepada semua orang selalu dia tujukan

Antara keingin- an dan hasrat serta pengorbanan Ber- bagi

Belajar Memahami Drama

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Ah sial aku selingkuh!

Dalam sehari, dia menghancurkan semua harapanku. Dalam sehari, dia membuatku menangis. Dalam sehari, dia menjadi mimpi terburukku

Bab 1. Awal Perjuangan

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Chapter 1. Baik, selagi kalian mencatat, saya absen.

Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Suatu hari. Fara, kamu ibu ikutkan ke olimpiade Ipa ya! Seru Bu Guru yang membuat Fara kaget sekaligus senang.

Berlari. Nurlaeli Umar


MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

PIPIN, KAKEK, DAN KERETA API. El Johan Kristama

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

sebenarnya saya terlambat karena saya terlambat bangun, maafin saya Pak, saya sudah berbohong dan terlambat. Pak Guru memukul meja, sambil berkata,

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Arti Sahabat. Karena merasa iri hati, Alexa dan Tifa yang tak mempunyai banyak teman datang untuk mengacaukan suasana.

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

gelap, dan kalau buat tidur tidak nyaman. Coba aja.

Kegiatan Sehari-hari

Kukatakan kepadamu, seseorang yang

Bodoh Sekali. Oleh: Ga Hyun

vioooooo, udah jam 6 lewat, kamu mau sekolah apa gak sih jerit mama dari dapur ketika mendapati sarapan yang disiapkannya masih rapi di meja makan.

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Untuk sebuah kehidupan singkat penuh ilusi serta latihan SGV, Ayesha Nadya Muna & Bintang jatuhku -Dimas Arif Firlando

UJIAN TENGAH SEMESTER PERANCANGAN FILM KARTUN

Perjalanan Sekeping Lima Puluh Perak

1. Aku Ingin ke Bandung

Setelah bunyi bel pulang berbunyi, anak SMA 70 Jakarta berhamburan keluar kelas (ya iyalah, namanya juga bel pulang). Marsha dan Gina langsung keluar

The Coffee Shop Chronicles

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

LOVE STORY. Kisahnya beberapa tahun yang lalu.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

PROLOG. Terbangun di tempat yang aku tidak mengenalnya bukanlah impianku.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

04 Mei 2015 Kliningggg.. klininggg. Hiasan yang digantung di atas pintu masuk itu berbunyi demikian bilamana ada tamu yang masuk. Marvin sang pemilik

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

FAIRA FA. Sakura In The Fall. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Gambar tersebut adalah sebuah hati, ditengah-tengahnya terdapat sebuah gedung dan disamping kiri gambar tersebut ada angka satu besar sekali.

Sang Pangeran. Kinanti 1

Anjing dan Bayangannya. Pemerah Susu dan Embernya

Awal yang Tak Terduga

SATU. Plak Srek.. Srek

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript

Secangkir Kopi. Intro. Saat ini aku tidak memiliki seorang kekasih, tidak memiliki pekerjaan dan mungkin juga tidak memiliki teman sesungguhnya.

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03

Hayo melamun aja kamu Tha dari tadi aku liatin. Evan tiba tiba duduk di sebelah Retha sambil memberikan ice cream cone rasa anggur.

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

Cinta memang tidak akan ada yang tahu kehadirannya, cinta bisa datang dan pergi tanpa diduga. Cinta bisa berdampak positive ataupun negative terhadap

DIMENSI CERMIN. Laudya. Suara Mama terdengar dari bawah. Laudya masih asyik meneka n-nekan tombol keyboard.

Satu hal lagi, mereka tahu apa yang terjadi pada keluarga pemilik rumah ini.

Naskah Film Pendek. Sahabat Karib

PROLOG. Semua orang memiliki kisah dramanya masingmasing, yang tidak akan pernah sama dengan kisah hidup orang lainnya.

Transkripsi:

Prolog Bandung, 1997 Cuaca sedang bersahabat siang ini. Raja siang yang biasanya menampakkan dirinya dan teriknya yang begitu luar biasa hari ini tampak malu-malu bersembunyi di balik awan. Daundaun yang biasanya mematung kali ini melambai indah ditiup angin. Awan tampak seperti gumpalan kapas di langit yang tidak ada yang tahu batasnya. Menambah pesona karya Tuhan yang luar biasa. Angin bertiup sepoi-sepoi, membuat semua orang yang sedang mendekam di dalam rumah membuka jendelanya dan menikmati hembusannya yang sejuk. Membuat siapapun yang merasakannya terbuai, tidak ingin berlama-lama membuka matanya, ingin segera memejamkan mata dan masuk kedalam dunia mimpi. Tapi tampaknya angin tak bisa merayu dua bocah berusia lima

tahun yang justru asyik berceloteh di tengah hembusan angin yang sungguh menghipnotis. Cal, gede itu umur berapa sih? tanya anak perempuan dengan rambut kepang dua di atas kasur ayun kepada temannya, seorang bocah laki-laki yang seumuran dengannya. Hah? Maksudnya? yang ditanya malah balik bertanya. Tak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan temannya. Yaa Maksudnya, kita itu kapan gedenya? gadis itu terus bertanya. Gede apaan sih? anak laki-laki itu masih tak mengerti. Iiiih Ical, gede itu lawannya kecil! gadis berkepang dua itu terlihat tak sabar, lalu mengguncang bahu temannya yang sedang tiduran di kasur ayun hingga menyebabkan kasur ayun itu berayun cepat. Kasur ayun adalah sebuah kain rajut lebar yang kuat menopang satu orang dewasa atau dua anak kecil, yang diikatkan dengan kuat di batang pohon yang ada di kanan dan kirinya. Kasur ayun yang ditempati dua bocah ini diikatkan di batang pohon akasia yang berdiri kokoh di

belakang rumah gadis berkepang dua itu. Yang menempati kasur ayun ini juga tak merasa kepanasan. Karena daun akasia yang rimbun menghalangi terik matahari. Juga ditambah oksigen yang dihasilkan pohon, memberikan kenyamanan yang luar biasa. Kalau itu aku juga tahu, Araaa, bocah laki-laki yang dipanggil Ical itu menjawab dengan tidak sabar, Tapi aku nggak ngerti maksud kamu, Ara, gadis berkepang dua tadi tersenyum, memperlihatkan giginya yang ompong, Gini, lho. Aku bingung, Cal, waktu aku minta balon ke Bunda, atau waktu aku nangis gara-gara nggak dibeliin es krim, Bunda bilang aku udah gede. Tapi waktu aku minta handphone kayak punya Kakak, Bunda bilang aku masih kecil, belum butuh handphone. Jadi, sebetulnya aku itu masih kecil atau udah gede? tanya Ara polos. Kita masih kecil, Ra. Kita kan masih suka nonton film kartun, masih suka makan permen, masih suka nangis, masih suka Ah, pokoknya kita masih kecil deh, jawab Ical. Itu tandanya kita masih kecil ya? tanya Ara lagi, masih polos.

Enggak juga, sih. Kenapa juga, sih, tanya-tanya soal gede-kecil? Aku pingin cepet-cepet gede, Cal. Kayaknya, jadi orang gede seru, deh. Aku bisa punya handphone kayak Kakak, bisa dandan kayak Bunda, bisa nyetir mobil kayak Ayah. Kita, kan cuma bisa tidur siang, ujar Ara. Tapi aku nggak mau cepet-cepet gede. Aku nggak mau kayak Mama sama Papa, jawab Ical dengan suara pelan. Raut wajahnya berubah murung. Tante sama Om kenapa? Mama sama Papa sering bertengkar, sering teriakteriak. Aku juga pernah liat Papa nampar Mama. Aku juga pingin marah, pingin teriak, tapi aku nggak boleh ngapangapain. Aku disuruh diam di kamar. Aku sedih banget waktu liat Mama nangis, Ical menjawab sambil membendung air matanya yang hampir menetes. Ara langsung mengelus pundak temannya itu, bukan karena kasihan, tapi juga ikut merasakan kesedihan temannya. Ical jangan sedih, Ara ikut sedih nih, Ara mencoba menghibur temannya itu, Kalau Tante nangis, Ical peluk aja, biar hati Tante tenang. Ara kalau lagi sedih juga dipeluk

sama Bunda, habis itu Ara nggak sedih lagi deh, Ara kembali memperlihatkan gigi ompongnya. Makasih, ya Ara, Ical memperlihatkan lagi senyumannya. Ya udah, jangan sedih terus. Kita beli es krim aja, yuk! ajak Ara semangat. Ayo! Ara udah bawa uang tabungan? tanya Ical yang dijawab anggukan oleh Ara. Di kota mereka ada sebuah kedai es krim kecil yang terkenal. Kedai itu milik sepasang suami istri setengah baya. Es krim yang dijual sangat enak dengan harga yang sangat terjangkau. Itulah yang menyebabkan Ara dan Ical sering kesana. Mereka biasanya mengumpulkan uang tabungan mereka yang biasanya recehan untuk membeli es krim. Bibi dan Paman Mukti pemilik kedai es krim juga dengan senang hati melayani dua anak kecil yang sudah jadi pelanggan tetapnya, juga karena Ara dan Ical sudah mereka anggap sebagai anak sendiri karena mereka belum mempunyai anak. Halo Ara, Ical. Masuk yuk, mau beli es krim kan? Bibi Mukti, yang sedang mengelap meja yang diletakkan di

bagian luar toko tersenyum senang melihat dua anak yang hampir setiap minggu mampir ke kedainya. Iya, Bi. Kita masuk ya, Ara langsung ngacir masuk ke kedai meninggalkan Ical yang masih menyapa Bibi Mukti. Ara tersenyum senang saat menginjakkan kakinya di dalam kedai. Ara selalu ingin masuk kedai lebih dulu, karena Ia bisa membuka pintunya. Yang paling Ia suka, jika Ia membuka pintu kedai, akan ada suara bel otomatis yang bunyi seiring terbukanya pintu. Suara bel yang semacam ucapan selamat datang. Selain itu, saat masuk kedai Ia juga akan langsung disambut udara sejuk dari pendingin ruangan dan juga aroma berbagai es krim yang berbaur, bau khas kedai ini yang sangat Ara suka. Ical sudah berada di samping Ara saat Paman Mukti menyapa mereka. Paman Mukti bekerja menyajikan es krim, selalu memakai celemek putih dan topi koki berlambangkan Mukti s Ice Cream, nama kedai es krim miliknya. Kamu ke tempat duduk, ya. Aku pesan es krim, ujar Ical. Ara langsung berlari ke meja nomor 7, meja langganan mereka. Kedai es krim ini selalu ramai, tapi meja nomor 7 selalu kosong, meja bundar dengan dua kursi berhadapan yang terletak di samping jendela yang langsung

menghadap ke jalan raya di kota mereka. Meja nomor 7 sudah seperti meja khusus untuk Ical dan Ara. Saat Ara pergi ke tempat duduk, Ical pergi ke tempat penyajian es krim. Kedai ini memakai sistem langsung pesan. Jadi, pelanggan langsung pergi ke tempat penyajian es krim, langsung memilih es krim dan toppingnya, dan setelah itu langsung membayar. Siang Paman! sapa Ical sambil melihat-lihat es krim. Siang juga, Ical, Paman Mukti, pria berusia 40 tahun dengan wajah ramah selalu menyapa pelanggannya. Keramahan Paman Mukti dan istrinya juga menjadi salah satu daya tarik pengunjung. Biasa? tanya Paman Mukti kepada Ical yang masih asyik melihat-lihat es krim. Iya, dong Paman. Biasa, jawab Ical sambil kembali melihat-lihat es krim. Ical dan Ara mempunyai pesanan tetap, yang sudah dihafal oleh Paman Mukti. Ara, dua scoop es krim bubble gum dengan topping permen gummy bear dan saus karamel. Sedangkan Ical, dua scoop es krim neapolitan dengan topping choco chip dan saus vanila.

Ini, Paman Mukti menyerahkan dua cup es krim kepada Ical. Ical merogoh kantung celananya dan menyerahkan beberapa lembar uang, Ini uangnya. Makasih Paman, Ical langsung berlari menuju Ara yang sudah menunggunya. Paman Mukti hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Ical menyodorkan es krim milik Ara. Cal, nanti kalau udah gede kamu mau jadi apa? tanya Ara sambil menyendok es krimnya. Masih ngomongin soal gede? Maksud kamu citacita? Aku sih mau jadi fotografer, jawab Ical mantap. Ooh, orang yang suka foto-foto itu bukan? tanya Ara. Polos. Iya. Kamu cita-citanya apa? tanya Ical balik. Aku mau jadi tukang gambar baju. Terus nanti bajuku dipake sama model yang cantik. Oh iya, tukang gambar baju namanya apa, sih? Aku lupa, kata Ara. Desainer. jawab Ical. Kamu juga suka gambar kan, Cal? tanya Ara.

Iya, tapi aku nggak suka gambar baju kayak kamu. Aku suka gambar desain-desain ruangan. Kayak arsitek gitu, lah jawab Ical. Saat mereka berdua sedang asyik menikmati es krim, Bibi Mukti datang sambil membawa sebuah pocket camera. Ical, Ara, kemarin Paman dan Bibi baru beli kamera. Tapi belum pernah dipakai. Kita foto yuk? ajak Bibi yang langsung dijawab anggukan riang oleh Ical dan Ara. Ical dan Ara memandang puas hasil foto mereka. Sehabis foto, Bibi Mukti langsung meminta temannya untuk mencetaknya. Dan sekarang, di genggaman Ical dan Ara masing-masing ada dua foto. Yang satu foto mereka berdua yang saling berangkulan, sedang yang satunya lagi foto mereka berdua ditambah Paman dan Bibi Mukti. Beberapa saat setelah puas memandang hasil foto tadi, Ical mengajak Ara kembali ke rumah Ara. Ke kasur ayun tepatnya. Sampai di sana, Ical merogoh sesuatu dari kantung celananya dan mengeluarkan sebuah lipatan kertas, lalu memberikannya pada Ara, Ra, kertas ini buat kamu. Tapi jangan dibuka sekarang, ya

Ini apa? tanya Ara penasaran. Nanti kamu baca kalau Aku sudah pulang. Pokoknya jangan sekarang. Oh iya, satu lagi! Ical mengeluarkan sehelai kertas lagi dari kantong celananya, Ini buat Paman dan Bibi Mukti. Besok tolong kamu kasih, ya! pinta Ical lagi. Kenapa nggak tadi? Kan tadi kita baru ketemu mereka, jawab Ara. Ical menggeleng, Nggak. Pokoknya besok, kamu yang kasih. Oke? Udah, ah. Jangan tanya terus. Nanti kamu buka aja, Iya, deh. Pak Bos. Terserah aja, Ara manyun. Hmmm Ara, kalau misalnya kita berpisah gimana? tanya Ical tiba-tiba. Ara tertegun, Maksudnya?. Ical menarik nafas panjang dan melanjutkan, Ehm, kemarin, waktu Papa sama Mama bertengkar lagi, aku lihat Mama masukin bajuku dan baju Mama kedalam tas besar. Kayak orang mau pindahan, jelas Ical. Ara menggeleng cepat, Ical nggak boleh pergi. Nanti aku sendirian, dong. Siapa yang temenin aku ke sekolah?

Siapa yang aku ajak tiduran di kasur ayun? Siapa yang nanti ke kedai es krim sama aku? Terus, kalau aku takut gelap dan asmaku kambuh, siapa yang tolongin? Kan ada Kak Arka. Makannya, kamu jangan lupa bawa inhaler kalau pergi, jadi kalau asma kamu kambuh, kamu bisa tolong diri kamu sendiri, jawab Ical. Aaah, pokoknya Ical nggak boleh pergi, Ara memasang wajah cemberutnya. Jangan cemberut gitu. Senyum, dong, ucap Ical, Makannya, nanti kamu baca surat dari aku, ya! Oh iya, kamu juga janji jangan pernah lupa sama aku kalau misalnya aku beneran pindah, lanjut Ical sambil mengangkat jari kelingkingnya. Ara, dengan enggan megaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Ical. Dan Ical pun tersenyum lega. Ara bisa merasakan ada sebagian dari dirinya yang hilang ketika Ical pamit pulang. Esoknya, rumah Ical kosong. Tak ada kabar dari Ical. Dan sejak saat itu, Ara tak pernah bertemu Ical lagi.