Implication of Global Value Chains for Indonesia s International Negotiation Strategy

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN JASA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SEKTOR ENERGY

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

3. Jelaskan bagaimana karakteristik asing dapat mempengaruhi suatu perusahaan bisnis internasional.

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

MODEL KEPEMIMPINAN DAN PROFIL PEMIMPIN AGRIBISNIS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

Ekonomi Internasional. Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

Introduction to Agribusiness. Wisynu Ari Gutama

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

1. PENDAHULUAN. Eropa di abad pertengahan yang mendorong pencarian dunia baru bisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SILABUS BISNIS INTERNASIONAL MKPB 506/ 3 SKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

TPP FOR INDONESIA S PUBLIC PROCUREMENT. Direktur Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional 2016

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

Gambaran yang lebih luas: motor penggerak pertumbuhan produktivitas agregat

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

Apabila kerjasama TPP masih dilanjutkan, sebaiknya pemerintah Indonesia mempertimbangkan keikutsertaan Indonesia dalam kerjasama TPP.

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

PERAN PERDAGANGAN JASA DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

Rules Of Origin (RoO) Sebagai Alat Proteksi Industri Dalam Negeri Dalam FTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - PERANCIS PERIODE : JANUARI - PEBRUARI 2015

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

MENGUKUR DAYA SAING INDONESIA DALAM PERDAGANGAN GLOBAL

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KP 424 KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

Bab1 PENDAHULUAN. Di dalam suatu perusahaan tentu tidak akan lepas dari faktor akuntansi

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. oleh menteri luar negeri dari masing-masing Negara yaitu perwakilan dari Indonesia

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

KAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM

Sessi. Dosen Pembina:

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PERAN SIA DALAM ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

Transkripsi:

Implication of Global Value Chains for Indonesia s International Negotiation Strategy Sondang Anggraini Staf Ahli Bidang Diplomasi Perdagangan Jakarta, 28 April 2015

Michael Porter, professor at Harvard Business School, menggunakan rantai nilai sebagai alat yang sistematis untuk mengkataagorisasikan atau melakukan berbagai aktifitas. Arti dari rantai nilai adalah setiap tahap dari suatu sistem mulai dari pemesanan sampai pengiriman memberikan nilai tambah pada produk atau jasa. Dengan berkembangnya rantai nilai atau produksi global menyebabkan sebagian besar barang atau jasa diasembling dengan bahan baku dari berbagai negara, namun secara realitas kita selalu berfikir bahwa perdagangan dilakukan antara 2 negara. Dengan rantai nilai, tidak lagi menjadi suatu keharusan memiliki daya saing dalam produksi barang atau jasa tertentu, namun cukup memiliki daya saing untuk memberikan tugas tertentu. Bertumbuhnya porsi dari jasa dalam bisnis utama dari suatu negara dan meningkatnya pencapaian teknologi dan transportasi akan segera mengurangi jarak antara dan pasar serta menciptakan kesempatan bagi semua negara. Menurut Pascal Lamy, 20 tahun yang lalu 60% dari perdagangan dunia dilakukan antara utara-utara, 30% antara negara maju dan berkembang dan 10% selatan-selatan. Tahun 2020, diharapkan akan terjadi perubahan dimana perdagangan secara seimbang terjadi diantara ketiganya. VALUE CHAIN

A value chain describes the full range of activities that firms and workers carry out to bring a product from its conception to its end use and beyond. APA ITU GLOBAL VALUE CHAIN? 3 Source: CGGC (http://www.cggc.duke.edu), More Information: Global Value Chains (www.globalvaluechains.org )

Pola perdagangan dunia telah berubah dalam dekade terakhir akibat struktur baru produksi akibat perubahan teknologi serta pola permintaan termasuk liberalisasi perdagangan serta integrasi ekonomi secara bertahap pada rantai nilai regional dan regional. Kondisi lingkungan ekonomi yang berubah menghasilkan peningkatan kesempatan untuk merelokasikan bagian-bagian tertentu dari produksi ke luar batas negara. Outsourcing internasional mengubah arus perdagangan yang meyebabkan meningkatnya perdagangan intermediate goods dibandingkan barang-barang konsumsi (final goods). Data perdagangan yg ada saat ini tidak merefleksikan gambaran khusus dari outsourcing, memperhitungkan intermediate goods beberapakali keluar masuk melewati batas negara. Intermediate good Sum of categories: 111* Food and beverages, primary, mainly for industry 121* Food and beverages, processed, mainly for industry 21* Industrial supplies not elsewhere specified, primary 22* Industrial supplies not elsewhere specified, processed 31* Fuels and lubricants, primary 322* Fuels and lubricants, processed (other than motor spirit 42* Parts and accessories of capital goods (except transport equipment) 53* Parts and accessories of transport equipment TREND PERJANJIAN PERDAGANGAN DUNIA

Studi yang dilakukan oleh WTO memperlihatkan bahwa intermediate input mencapai 56% lebih dari perdagangan barang, dan 73% merupakan perdagangan jasa. Arus perdagangan didominasi oleh produk yang tidak langsung dikonsumsi namun lebih jauuh digunakan untuk memproduksi barang atau jasa lainnya. Dengan terfragmentasinya produksi dan semakin pentingnya outsourcing, perdagangan barang antara semakin bertumbuh pesat pada tahun 1995-2006 dengan pertumbuhan rata-rata 6.2% untuk barang dan 7% untuk jasa (dalam bentuk volume). Namun demikian, perdagangan barang-barang jadi dan jasa telah mengalami peningkatan dengan pertumbuhan yang sama dan sebagai konsekuensinya pangsa darai barang-barang antara tetap stabil sedangkan jasa antara mengalami sedikit peningkatan.

WTO- OECD Value- Added Database Structure of World Exports (2008) Value Added Terms à Services embodied in the trade of primary and manufactured products Services share in World Exports is higher than understood on a value- added basis - 45%

TFA telah mengangkat masalah-masalah akses pasar barang dan administrasi di pelabuhan, sehingga sebenarnya masalah yang dihadapi bukan tariff, ijin ekspor/impor, ROO, persyaratan kandungan lokal, administrasi kepabeanan, prosedur ekspor dan impor, namun ketersediaan dan kualitas infrastruktur transportasi dan jasa transportasi, ketersediaan ICT (khususnya tracking, komunikasi), kebijakan diektor investasi, ketenaga kerjaan, keuangan serta jasa yang memfasilitasi arus barang.

DEFENSIVE: Melindungi produk/jasa yang dianggap belum mampu untuk bersaing dengan menutup pasar Indonesia atau waktu yang lebih lama (grace periode) OFFENSIVE: Mengupayakan pembukaan akses pasar bagi produk-produk yang menjadi kepentingan Indonesia STARTEGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA SAAT INI

Hampir semua produk/jasa minta untuk dilindungi Belum sepenuhnya dapat mengidentifikasi berapa lama perlindungan bagi produk/jasa Belum sepenuhnya dapat mengidentifikasi Produk/jasa apa saja yang perlu dibuka pasarnya Menganggap impor adalah hal yang salah Belum mampu melihat lebih jauh value added dari liberalisasi terhapat ekonomi MASALAH YANG DIHADAPI DALAM NEGOSIASI

Perundingan Perdagangan Internasional Indonesia pada masa yang akan datang harus bertujuan untuk mencapai kemakmuran bangsa, oleh sebab itu bukan lagi pendekatan yang klasik yaitu menghapuskan tarif, membuka pasar atau investasi serta jasa. Namun harus diarahkan pada pencapaian keuntungan maksimum melalui GVC. Untuk market akses hal yang perlu dicapai bukan sekedar menghapuskan tarif, namun juga peaks tariff untuk sektor-sektor tertentu yang menghambat ekspor Indonesia. Selain itu, jasa transportasi juga sangat perlu untuk mendukung konektifitas dan distribusi. Indonesia juga perlu untuk memperjuangkan penurunan tarif bagi produkproduk yang akan diekspor khususnya dalam kerangka meningkatkan nilai tambah dari intermediate product saat di re-ekspor. Services dimasa lalu dapat dikatakan peranannya dalam perdagangan sangat kecil, namun ternyata services telah meningkatkan VA bagi suatu produk. Bahkan services saat ini merupakan kontributor terbesar dalam perdagangan global, sedangkan pangsa dari industri telah menurun. Oleh sebab itu, dalam perjanjian perdagangan internasional kita harus mendorong negara partner kita untuk membuka sektor jasanya untuk meningkatkan efisiensi dari intermediate goods yang akan kita ekspor. Perdagangan Masa Depan

Pada waktu yang lalu liberalisasi perdagangan merupakan cara yg paling optimal untuk memaksimalkan keuntungan dari perdagangan. Saat ini karena multilateral sulit tercapai kesepakatan, maka regional dan bilateral trade menjadi pilihan. Baldwin, menyampaikan bahwa dengan GVC maka motivsi untuk melakukan kerja sama perdagangan telah berubah secara fundamental. GATT berupaya agar perdagangan dunia dilakukan secara fair. Namun dengan GVC, import sama pentingnya dengan ekspor menyebabkan setiap orang berupaya untuk bekerja sama, misalnya membuat measures yang meningkatkan customs procedure. Hal ini menyebabkan pendekatan reciprocal dalam perundingan menjadi ketinggalan jaman. Selanjutnya kebijakan perdagangan satu dan lain negara menjadi saling tergantung pada saat produk menjadi made in world. IMPLIKASI DARI GVC TERHADAP STRATEGI NEGOSIASI

The Boeing 787 Dreamliner is made in the world Source: Meng and Miroudot from WTO and IDE/JETRO (2011)

Pada dasawarsa yang lalu, yang menjadi perdebatan terkait dengan perdagangan internasional dan kebijakan perdagangan adalah globalisasi. Saat ini yang berkembang adalah globalisasi dalam bentuk Global Value Chain bagaimanaa meningkatkan jasa dalam produksi dan perdagangan ( servicification ), digitalisasi perdagangan dan model bisnis baru. Bersamaan dengan trend tersebut terbentuk suatu kekuatan untuk melakukan perubahan yang mempengaruhi kebijakan perdagangan untuk masa depan. Isu yang menjadi perhatian dan perlu didiskusikan secara mendalam adalah apakah perubahan ini akan mempengarugi strategi negosiasi Indonesia? Apakah kita akan bertahan pada posisi untuk memproteksi diri dan menerapkan kebijakan yang protektif? Perlu suatu political will untuk kita terkait dengan negosiasi dan GVCs ini. Pertama kita perlu melihat bahwa fragmentasi perdagangan dan produksi cenderung untuk mengurangi kepentingan akses pasar dari sektor swasta secara menyeluruh (offensive and defensive). Fragmentasi dari produksi dikaitkan dengan GVC diharapkan dapat menlarutkan pengaruh baik dari ekspor maupun kepentingan bersaing dengan impor. Hal yang penting adalah bagaimana perkembangan ini mempengaruhi kentingan secara seimbang. KESIMPULAN

Hal lain yang perlu didiskusikan adalah, bahwa pertumbuhan GVCs diharapkan dapat menciptakan perdagangan bebas yang lebih berbasis pada stakeholders yang melibatkan bukan hanya eksportir tetapi juga perusahaan-perusahaan yang tergantung pada akses terhadap impor barang dan jasa dalam proses produksinya. Pada gilirannya hal ini akan mengurangi permintaan di dalam negeri untuk diproteksi. Perundingan berdasarkan pertukaran akses pasar secara resiprokal bisa terus dilanjutkan untuk kepentingan publik. Namun demikian yang lebih mendalam adalah perlu diangkat isu-isu market akses negosiasi ( at-theborder ) dan negosiasi integrasi yang lebih mendalam ( behind-theborder ). Hal ini disebabkan bahwa selama ini, isu yang paling sensitif adalah logika politik dan ekonomi yang sering bersebrangan termasuk resistensi dari kementrian terkait terkait leberalisasi. Dalam perundingan, distrustism menjadi isu yang lebih penting dibandingkan protectionism. Oleh sebab itu, perundingan harus berdasarkan kepercayaan terhadap sistem dari masing-masing interest dibandingkan upaya untuk mengubah posisi mitra kita dengan kata lain lebih pada pendekatan kerja sama.. KESIMPULAN