Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

dokumen-dokumen yang mirip
KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN


PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP


PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015


PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

Transkripsi:

No. Katalog BPS :12182.12.008 Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai 1

Kabupaten Serdang Bedagai 2011 Nomor Publikasi : 12182.12.008 Katalog BPS : 4102004.1218 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : vi + 39 Penanggung Jawab Naskah Gambar Kulit Penulis : Kepala BPS Kabupaten Serdang Bedagai : BPS Kabupaten Serdang Bedagai : Seksi Statistik Sosial : Dame Magdalena Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Sosial Kabupaten Serdang Bedagai Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

KATA PENGANTAR Publikasi Kabupaten Serdang Bedagai merupakan publikasi tahunan BPS Kabupaten Serdang Bedagai yang menyajikan data tentang tingkat kesejahteraan rakyat Kabupaten Serdang Bedagai antar waktu. Data publikasi Kabupaten Serdang Bedagai 2011 bersumber dari Proyeksi Penduduk, Susenas, dan Serdang Bedagai Dalam Angka. Dimensi kesejahteraan mencakup aspek-aspek kehidupan yang sangat luas dan tidak semua dapat diukur. Menyadari hal tersebut, publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek yang dapat diukur dan tersedia datanya. Oleh karena keterbatasan data maka data kemiskinan masih memakai data Tahun 2010. Untuk memudahkan interpretasi, perubahan tingkat kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup. Bidang-bidang tersebut adalah kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, kemiskinan, pola komsumsi, perumahan dan lingkungan dan sosial lainnya. Publikasi ini terwujud berkat kerja keras tim penyusun dari Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Serdang Bedagai. Kepada pihak lain yang secara aktif memberikan sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang. Sei Rampah, Oktober 2012 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Ir. Ida Suswati, M. Si. Nip. 196602281992032002 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 ii

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik ii iii iv v I. Kependudukan 1 II. Kesehatan dan Gizi 11 III. Pendidikan 18 IV. Kemiskinan 23 V. Pola Komsumsi 30 VI. Perumahan dan Lingkungan 33 VII. Sosial Lainnya 37 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 iii

DAFTAR TABEL Halaman KEPENDUDUKAN 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut 2 Kecamatan Tahun 2011 1.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 4 1.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2011 5 1.4. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan Menurut 7 Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 1.5. Persentase Wanita Berusia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Tahun 2010 dan 2011 8 KESEHATAN DAN GIZI 2.1. Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut 12 Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 2.2. Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Sebulan Yang Lalu 12 Menurut Jumlah Hari Sakit Tahun 2010 dan 2011 2.3. Persentase Balita Yang Pernah Imunisasi Tahun 2010-2011 14 2.4. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007-2011 15 2.5. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan terakhir 16 Tahun 2010 dan 2011 2.6. Persentase Penduduk Yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2010 dan 2011 17 PENDIDIKAN 3.1. Persentase Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan 2011 3.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 20 21 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 iv

KEMISKINAN 4.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2010 4.2. Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2010 4.3. Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun 2008-2010 25 27 28 POLA KOMSUMSI 5.1. Rata-Rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Dan Persentase Rata-Rata Pengeluaran /Kapita/Bulan Tahun 2010 dan 2011 31 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2010-2011 6.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2010-2011 34 35 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 v

DAFTAR GRAFIK GRAFIK Halaman 1.1. Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 6 1.2. Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Anak Yang Masih Hidup (AMH) Tahun 2010 dan 2011 9 2.1. Rata-Rata Pemberian ASI dan Pemberian ASI Eklusif Tahun 2010 dan 2011 13 3.1. Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas Tahun 2010 dan 2011 19 5.1. Persentase Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2010 2011 31 6.1. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Penerangan Listrik Tahun 2011 36 7.1. Persentase Rumah Tangga Yang Mempunyai Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi Menurut Jenis Alat Komunikasi dan Informasi 2010 dan 2011 38 7.2. Persentase Rumah Tangga Yang Mendapatkan Pelayanan Gratis dan Jenis Kartu Yang Digunakan Tahunn 2010 dan 2011 39 7.3. Persentase Rumah Tangga Yang Membeli Beras Murah/Beras Miskin Selama 3 Bulan Tahun 2010 dan 2011 40 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 vi

Kependudukan

Kependudukan 1 Penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk diri sendiri, keluarga bahkan orang lain secara berkesinambungan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi suatu potensi bagi suatu Negara atau daerah namun dapat juga menjadi beban bagi proses pembangunan itu sendiri jika penduduk yang tersedia berkualitas rendah. Oleh sebab itu, untuk menangani masalah kependudukan yang menunjang keberhasilan pembangunan nasional maupun pembangunan daerah, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu pemerintah dalam menetapkan penajaman kebijakan kependudukan yang diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Dalam menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan program-program pembangunnan bidang kesejahteraan, aspek dan dinamika kependudukan merupakan bahan pertimbangan yang sangat penting. Profil Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011 adalah 599.941 jiwa, yang tersebar merata di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Luas Kabupaten Serdang Bedagai 1.900,22 km 2, dimana kecamatan yang paling luas yaitu Kecamatan Dolok Masihul 237,417 km 2 dan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 1

posisi kedua Kecamatan Tebing Tinggi 182,291 km 2 sedangkan kecamatan yang paling kecil luas wilayahnya yaitu Kecamatan Serba Jadi 50,69 km 2 yang tidak berselisih jauh dengan Kecamatan Silinda yaitu 56,74 km 2. Tabel 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan (Luas Wilayah) Penduduk Kepadatan Penduduk (Km 2 ) (Jiwa) (Jiwa/Km 2 ) (1) (2) (3) (4) SERDANG BEDAGAI 1.900,22 599.941 315,72 KOTARIH 78,024 8.035 102,98 SILINDA 56,74 8.384 147,76 BINTANG BAYU 95,586 10.651 111,43 DOLOK MASIHUL 237,417 48.642 204,88 SERBAJADI 50,69 19.686 388,36 SIPISPIS 145,259 31.829 219,12 DOLOK MERAWAN 120,6 17.131 142,05 TEBINGTINGGI 182,291 40.616 222,81 TEBING SYAHBANDAR 120,297 32.423 269,52 BANDAR KHALIPAH 116 24.949 215,08 TANJUNG BERINGIN 74,17 37.151 500,89 SEI RAMPAH 198,9 63.955 321,54 SEI BAMBAN 72,26 43.165 597,36 TELUK MENGKUDU 66,95 41.469 619,40 PERBAUNGAN 111,62 101.278 907,35 PEGAJAHAN 93,12 27.063 290,63 PANTAI CERMIN 80,296 43.514 541,92 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 2

Sumber : BSP, Proyeksi Penduduk 2011 Walaupun wilayah Kecamatan Serba Jadi dan Kecamatan Silinda paling kecil wilayahnya namun penduduk yang paling padat di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Kecamatan Perbaungan dimana kepadatan penduduk di kecamatan ini rata-rata 907,35 jiwa per kilometer. Sedangkan Kecamatan Sei Rampah walaupun merupakan ibukota Kabupaten Serdang Bedagai kepadatan penduduknya hanya 321,54 jiwa per kilometer yang hampir sama dengan rata-rata kepadatan penduduk untuk Kabupaten Serdang Bedagai sendiri yaitu : 315,72 jiwa per kilometer. Kecamatan yang kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kotarih yaitu 102,98 jiwa perkilometer yang diikuti dengan Kecamatan Bintang Bayu yaitu 111,43 jiwa perkilometer. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Rasio jenis kelamin (RJK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan sebagai jumlah laki-laki per 100 perempuan. Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi penduduk suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan di daerah tersebut. Besarnya Rasio Jenis Kelamin penduduk Serdang Bedagai tahun 2011 adalah 100,95. Ini berarti rasio perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan adalah lebih kurang terdapat 101 orang penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan dengan kata lain penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Bila dilihat menurut kecamatan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, pada tahun 2011, rasio jenis kelamin tertinggi adalah Kecamatan Tanjung Beringin yaitu 104,47, kemudian Kecamatan Sipispis yaitu sebesar 104,12 sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di dua kecamatan yaitu :Kecamatan Dolok Masihul 97,79 dan Kecamatan Serba Jadi yaitu : 97,77 kemudian Kecamatan Bandar Khalipah sebesar 98,92 yang diikuti dengan Kecamatan Tebing Tinggi sebesar 99,50. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 3

Tabel 1.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) SERDANG BEDAGAI 301.386 298.555 599.941 KOTARIH 4.071 3.964 8.035 SILINDA 4.221 4.163 8.384 BINTANG BAYU 5.393 5.258 10.651 DOLOK MASIHUL 24.049 24.593 48.642 SERBAJADI 9.732 9.954 19.686 SIPISPIS 16.236 15.593 31.829 DOLOK MERAWAN 8.610 8.521 17.131 TEBINGTINGGI 20.257 20.359 40.616 TEBING SYAHBANDAR 16.264 16.159 32.423 BANDAR KHALIPAH 12.407 12.542 24.949 TANJUNG BERINGIN 18.982 18.169 37.151 SEI RAMPAH 32.248 31.707 63.955 SEI BAMBAN 21.588 21.577 43.165 TELUK MENGKUDU 20.904 20.565 41.469 PERBAUNGAN 50.777 50.501 101.278 PEGAJAHAN 13.683 13.380 27.063 PANTAI CERMIN 21.964 21.550 43.514 Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 4

Tabel 1.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Laki laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin (RJK) (1) (2) (3) (4) SERDANG BEDAGAI 301.386 298.555 100,95 KOTARIH 4.071 3.964 102,70 SILINDA 4.221 4.163 101,39 BINTANG BAYU 5.393 5.258 102,57 DOLOK MASIHUL 24.049 24.593 97,79 SERBAJADI 9.732 9.954 97,77 SIPISPIS 16.236 15.593 104,12 DOLOK MERAWAN 8.610 8.521 101,04 TEBINGTINGGI 20.257 20.359 99,50 TEBING SYAHBANDAR 16.264 16.159 100,65 BANDAR KHALIPAH 12.407 12.542 98,92 TANJUNG BERINGIN 18.982 18.169 104,47 SEI RAMPAH 32.248 31.707 101,71 SEI BAMBAN 21.588 21.577 100,05 TELUK MENGKUDU 20.904 20.565 101,65 PERBAUNGAN 50.777 50.501 100,55 PEGAJAHAN 13.683 13.380 102,26 PANTAI CERMIN 21.964 21.550 101,92 Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 5

Angka Beban Ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk usia 15 64 tahun sering juga disebut dengan Rasio Ketergantungan (RK). Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan diantaranya dapat tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif, khususnya kelompok umur 0 14 tahun, yang berarti pula semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan semakin memberikan kesempatan bagi usia produktif (15 64 tahun) untuk meningkatkan kualitas dirinya karena semakin kecil beban yang harus ditanggung terhadap penduduk usia tidak produktif Grafik 1.1. Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 62 61,71 61 60 59,74 59 58 57 56 56,42 57,78 55,38 55,9 2010 2011 55 54 53 52 Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Bila dibandingkan angka beban ketergantungan tahun 2010 dengan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai terjadi penurunan angka beban ketergantungan di tahun Kabupaten Serdang Bedagai 2011 6

2011. Ini berarti bahwa pada tahun 2011 dari 100 orang usia produktif harus menanggung sebanyak lebih kurang 56 orang tidak produktif sedangkan tahun 2010 dari 100 orang usia produktif harus menanggung lebih kurang 60 orang tidak produktif. Walaupun terjadi penurunan angka beban ketergantuan di tahun 2011 bila dibandingkan dengan angka beban ketergantunan di 2010, hal ini perlu ledbih ditingkatkan kembali karena apabila semakin kecil angka beban ketergantungan maka akan berdampak kepada keberhasilan pembangunan suatu daerah. Tabel 1.4. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 2010 2011 Jenis Kelamin 0 14 15 64 65+ RK 0 14 15 64 65+ RK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Laki laki 34,25 61,84 3,91 61,71 32,76 63,93 3,31 56,42 Perempuan 31,79 63,38 4,83 57,78 30,80 64,36 4,84 55,38 Laki laki + Perempuan 33,03 62,60 4,37 59,74 31,78 64,15 4,08 55,90 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Bila dilihat dari struktur usia, penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada kelompok usia 0 14 tahun yang hanya sebesar 33,03 persen pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan menjadi 31,78 persen pada tahun 2011. Sedangkan untuk kelompok usia 15 64 tahun terjadi peningkatan yang pada tahun 2010 sebesar 62,60 menjadi 64,15 persen pada tahun 2011, hal inilah yang menyebabkan angka beban ketergantungan untuk tahun 2011 menjadi sedikit lebih menurun bila dibandingkan pada tahun 2010 Umur Perkawinan Pertama dan Fertilitas Usia perkawinan pertama merupakan salah satu variabel antara yang berpengaruh langsung terhadap fertilitas. Ini dikarenakan pada saat perkawinan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 7

pertama, secara formal seorang wanita diasumsikan akan memasuki kehidupan seksual, yang berarti pula dimulainya masa menghadapi resiko melahirkan. Seorang wanita yang berusia kurang dari 16 tahun dianggap belum siap untuk menghadapi kehidupan berumahtangga dan seksual. Fertilitas tidak hanya berhubungan dengan banyaknya penduduk perempuan yang pernah kawin tapi juga dipengaruhi oleh umur perkawinan pertama penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin. Umur perkawinan pertama merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan kondisi fertilitas, karena semakin muda seseorang melakukan perkawinan maka akan semakin panjang masa reproduksinya sehingga akan semakin besar peluangnya untuk melahirkan anak. Dengan demikian memungkinkan terjadinya tingkat fertilitas yang lebih tinggi. Penundaan usia perkawinan serta kehamilan yang pertama merupakan salah satu cara untuk membatasi jumlah kelahiran anak. Salah satu yang diduga telah mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas adalah penundaan usia perkawinan pertama wanita yang berdampak memperpendek masa usia subur mereka. Tabel 1.5. Persentase Wanita Berusia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Tahun 2010 dan 2011 Umur (Tahun) Tahun 2010 2011 (1) (2) (3) 10-16 11,72 8,95 17-18 22,68 21,81 19-24 51,09 53,48 25-34 13,64 14,75 35 + 0,87 1,02 Rata-Rata Umur Perkawina Pertama 20,39 20,66 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 8

Bila dilihat perbandingan antara tahun 2010 dengan 2011 terjadi penurunan umur perkawinan pertama untuk kelompok umur 10 16 tahun, pada tahun 2010 hanya 11,72 persen dan pada tahun 2011 menurun menjadi 8,95 persen. Sedangkan pada kelompok umur 17 18 tahun terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar 22,68 persen menjadi 21,81 persen pada tahun 2011. Fertilitas dan Mortalitas Dua komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah secara alamiah adalah fertilitas. Fertilitas (kelahiran) merupakan faktor alamiah yang mempengaruhi jumlah penduduk secara positif. Sementara mortalitas (kematian) mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara negatif. Maksudnya, peningkatan fertilitas tanpa memperhatikan faktor lain akan menyebabkan jumlah penduduk bertambah, sedangkan mortalitas akan mengurangi jumlah penduduk. Grafik 1.2. Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Anak Yang Masih Hidup (AMH) Tahun 2010 dan 2011 3,47 3,5 3,37 3,4 3,3 3,2 3,1 3 2,9 3,1 3,08 2010 2011 2,8 ALH AMH Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 9

Hasil Susenas yang dilaksanakan di Serdang Bedagai menggambarkan bahwa anak yang dilahirkan hidup oleh wanita pada tahun 2011 adalah 3,31. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi sedikit penurunan dimana tahun 2010 sebesar 3,47. Sedangkan perbandingan antara jumlah anak yang masih hidup dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup pada tahun 2011 sebesar 3,08 persen dan terjadi sedikit penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 3,11 persen. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 10

Kesehatan & Gizi

Kesehatan & Gizi 2 Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik dimana angka kematian bayi dan angka harapan hidup sebagai indikator utamanya. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersedian sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memelihara mutu pelayanan kesehatan. Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin sehat serta penyediaan fasilitas air minum bersih. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Referensi waktu yang digunakan dalam Susenas adalah sebulan yang lalu. Tabel 2.1. menyajikan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut jenis kelamin, dimana pada tahun 2011 terjadi peningkatan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan bila dibandingkan tahun 2010. Bila dilihat pada tahun 2011 persentase keluhan kesehatan menurut jenis kelamin Kabupaten Serdang Bedagai 2011 11

penduduk laki-laki yang sakit (38,82) tidak berbeda jauh dengan penduduk berjenis kelamin perempuan (39,85). Tabel 2.1. Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 Jenis Kelamin 2010 2011 (1) (2) (3) Laki laki 36,09 38,82 Perempuan 35,70 39,85 Laki laki +Perempuan 35,90 39,33 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Sedangkan bila dilihat persentase penduduk yang menderita sakit menurut jumlah hari sakitnya maka pada umumnya penduduk mengalami keluhahan sakit paling lama 1 3 hari yaitu 58,02 persen baik itu untuk laki-laki atau perempuan maupun secara keseluruhan jumlah penduduk yang menderita sakit. Lamanya terganggu tidak merujuk yang terberat saja, melainkan mencakup jumlah hari semua keluhan kesehatan anggota rumah tangga dalam 1 bulan terakhir. Tabel 2. 2. Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Sebulan Yang Lalu Menurut Jumlah Hari Sakit Tahun 2010 dan 2011 2010 2011 Lakilaki Perempuan Laki-laki + Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Hari Sakit Laki-laki + Perempuan 1-3 62,95 60,20 61,61 59,64 56,17 58,02 4-7 28,68 29,93 29,28 30,05 34,66 32,21 8-14 3,45 3,53 3,49 3,28 3,57 3,42 15-21 3,09 1,89 2,50 3,47 2,88 3,20 22-30 1,84 4,47 3,11 3,55 2,71 3,16 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 12

Pemberian ASI dan Imunisasi Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat makanan yang paling ideal terutama bagi pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. ASI juga mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup, zat pembentukan, dan kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2010, rata-rata pemberian ASI sebanyak 14,02 bulan. Angka ini naik bila dibandingkan pada tahun sebelumnya yang rata-rata hanya 13,93 bulan. Walaupun kenaikan rata-rata pemberian dari tahun 2010 ke tahun 2011 hanya naik tipis namun hal ini merupakan hal yang positif, mengingat pemberian ASI sangat penting bagi perkembangan dan kesehatan balita yang mana nantinya balita inilah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Grafik 2.1. Rata-Rata Pemberian ASI dan Pemberian ASI Eklusif Tahun 2010 dan 2011 16 13,93 14,02 14 12 10 8 6 3,48 3,03 2010 2011 4 2 0 Rata Rata Pemberian ASI (Bulan) Rata Rata Pemberian ASI Eksklusif (bulan) Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 13

Namun berdasarkan anjuran kesehatan, balita seharusnya diberi ASI selama 24 bulan (2 tahun). Grafik 2.1. menunjukkan bahwa selama 2010-2011, rata-rata lama balita diberi ASI belum pernah mencapai angka yang dianjurkan. Oleh karena itu perlu adanya upaya nyata yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI bagi balita dengan harapan setiap balita di Serdang Bedagai mendapatkan ASI sesuai anjuran kesehatan. Selain kekebalan yang dimiliki sejak dalam kandungan, bayi juga memerlukan kekebalan buatan yang diperoleh melalui imunisasi. Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Pada umur satu tahun, bayi semestinya telah diimunisasi secara lengkap, yaitu satu kali BCG dan Campak, tiga kali DPT dan Polio. Di samping itu masih terdapat imunisasi lain yang tidak wajib namun sebaiknya juga diberikan kepada bayi seperti HIB dan PRP-OMP untuk usia 2 bulan atau lebih, serta imunisasi lainnya. Namun yang dibahas pada bab ini adalah balita yang pernah mendapat minimal satu kali imunisasi. Tabel 2.3. Persentase Balita Yang Pernah Imunisasi Tahun 2010-2011 Jenis Imunisasi 2010 2011 (1) (2) (3) BCG 92,52 88,87 DPT 90,39 85,14 POLIO 87,78 82,90 CAMPAK 74,05 71,81 HEPATITIS B 81,46 78,84 % Balita Yang Pernah Diimunisasi 93,93 90,26 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Secara umum selama kurun waktu dua tahun (2010 2011), persentase balita yang pernah mendapatkan minimal satu kali imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 14

Hepatitis B, mengalami sedikit Penurunan. penurunan terlihat juga dari persentase balita yang pernah diimunisasi yaitu sebesar 93,93 persen pada tahun 2010 menjadi 90,26 persen pada tahun 2011. Penurunan persentase balita yang mendapatkan imunisasi perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun bagi orang tua mengingat pentingnya imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh balita. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk. Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas dan posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun, ketersediaan dan kualitasnya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini. Pada tabel 2.4. disajikan perkembangan jumlah Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas dan posyandu yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2007 2011. Tabel 2. 4. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007-2011 Fasilitas Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Rumah Sakit 6 6 6 6 7 2. Rumah Bersalin 11 11 7 8 8 3. Puskesmas 17 17 20 20 20 4. Posyandu 745 678 863 863 863 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai Ketersediaan puskesmas selama periode 2007 2008 tidak mengalami penambahan, yaitu sebanyak 17 unit namun pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 unit. Dimana keberadaan puskesmas hanya ada 1 unit untuk masing masing kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 15

kecuali di Kecamatan Tebing Tinggi, Sei Rampah dan Perbaungan yang terdiri dari 2 unit puskesmas. Selain peningkatan fasilitas kesehatan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya tenaga medis khususnya tenaga penolong persalinan yang memadai baik jumlah, keahlian, maupun keterjangkauannya. Hal ini berkaitan dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat melahirkan, dimana pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkannya. Tabel 2.5. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan terakhir Tahun 2010 dan 2011 2010 2011 Kelahiran Pertama Kelahiran Terakhir Kelahiran Pertama (1) (2) (3) (4) (5) Penolong Waktu Lahir Kelahiran Terakhir Dokter 8,1 11,42 5,99 14,93 Bidan 83,78 86,05 80,99 80,50 Tenaga Medis Lainnya 0 0,31 0,85 0,85 Dukun 6,71 1,91 9,55 2,93 Famili 1,42 0,31 2,61 0,79 Lainnya 0 0 0 0 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Selama periode 2010 2011 terlihat bahwa proses kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis menurun baik penolong kelahiran pertama maupun penolong kelahiran terakhir. Bila pada tahun 2010 penolong kelahiran pertama yang ditolong oleh tenaga medis 91,88 persen namun pada tahun 2011 penolong kelahiran pertama turun menjadi 87,83 persen. Begitu juga untuk penolong kelahiran terakhir yang pada tahun 2010 97,78 persen yang ditolong oleh tenaga medis namun pada tahun 2011 turun menjadi 96,28 persen. Penurunan penolong kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis perlu mendapatkan perhatian bagi pemerintah.karena untuk menurunkan angka kematian Kabupaten Serdang Bedagai 2011 16

bayi maupun angka kematian ibu dengan lebih meningkatkan program-program pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tabel 2.6. Proporsi Penduduk Yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2010 dan 2011 Laki_laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Tahun Tradisional Lain- Tradi- Lain- Tradi- Lain- Modern nya sional Modern nya sional Modern nya (1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (10) (11) (12) 2010 15,61 97,28 2,44 21,45 93,75 3,03 18,45 95,57 2,73 2011 21,36 92,00 2,69 19,23 93,30 1,92 20,27 92,66 2,29 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Berdasarkan jenis obat/cara pengobatan yang digunakan, jenis obat modern merupakan pilihan utama penduduk yang berobat sendiri, baik untuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, penduduk yang berobat dengan obat modern mengalami penurunan dari 95,57 persen pada tahun 2010 menjadi 92,66 persen pada tahun 2001. Sebaliknya bagi penduduk yang menggunakan obat tradisional mengalami peningkatan dari 18,45 persen pada tahun 2010 menjadi 20,27 persen pada tahun 2011. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 17

Pendidikan

P e n d i d i k a n 3 Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan di bidang pendidikan. Salah satu contoh kebijakan di bidang pendidikan adalah pemerataan pendidikan, yang dimaksudkan untuk menyediakan kesempatan pendidikan bagi setiap penduduk usia sekolah dengan kualitas bermutu dan relevan dengan pembangunan yang dikelola secara efisien. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti pembangunan gedung sekolah, gedung laboratorium, gedung perpustakaan dan tambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan merupakan konsep link and match, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistim pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Angka putus sekolah yang masih tinggi, kesenjangan mendapatkan kesempatan pendidikan antar kelompok penduduk dan antar daerah, serta kualitas pendidikan yang belum biasa memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang semakin kompetitif, merupakan beberapa permasalahan mendasar pendidikan yang memerlukan solusi secara cepat. Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum biasa diukur melalui perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai masyarakat pada periode waktu tertendu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Kabupaten Serdang Bedagai 2011 18

Angkat Partisipasi Kasar (APK), Angkat Partisipasi Murni (APM), tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan, angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah. Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan salah satu indikator sederhana yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan pendidikan suatu bangsa, serta adanya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Semakin besar angka melek huruf orang dewasa, berarti semakin banyak penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis. Angka melek huruf yang dibahas dalam Bab ini adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Grafik 3.1. Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas Tahun 2010 dan 2011 96,88 97,60 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 3,12 2010 2011 2,40 Melek Huruf Buta Huruf Sumber : BPS, Susenas Tahun 2010 dan 2011 Angka melek huruf di Serdang Bedagai pada tahun 2010 meningkat bila dibandingkan satu tahun sebelumnya, yaitu dari 96,88 persen pada tahun 2010, Kabupaten Serdang Bedagai 2011 19

menjadi 97,60 persen pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis dari tahun sebelumnya. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Indikator yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi penduduk khususnya anak usia sekolah dalam proses kegiatan formal/sekolah adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS juga bisa digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat kemampuan lembaga pendidikan formal (sekolah) dalam menyerap warga belajar terutama anak usia sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Secara umum dari total penduduk kelompok umur 7 12 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SD) sebesar 99,25 persen. Artinya 99,25 persen dari total penduduk telah mengenyam pendidikan. Sedangkan APS untuk penduduk 13 15 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SMP) sebesar 89,29 persen dan 54,74 persen untuk penduduk yang berusia 16 18 tahun. Tabel 3.1. Persentase Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan 2011 Kelompok Umur Laki-laki + Laki-laki Perempuan Perempuan 2010 2011 2010 2011 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 7-12 98,73 99,09 99,26 99,45 98,97 99,25 13-15 92,48 88,39 93,36 90,04 92,89 89,29 16-18 63,55 51,08 49,88 58,01 56,73 54,74 19-24 1,63 7,93 5,55 3,07 3,59 5,73 7-15 96,60 95,91 97,21 95,91 96,88 95,91 7-24 66,26 62,95 62,76,65,12 64,58 64,01 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 20

Berdasarkan jenis kelamin, dari tabel 3.1. terlihat bahwa APS anak perempuan usia 7 12 tahun di Serdang Bedagai tidak berbeda jauh dengan APS anak laki-laki pada kelompok usia yang sama, yaitu 99,45 persen berbanding 99,09 persen. APS untuk jenis kelamin laki-laki untuk kelompok umur 16 18 tahun mengalami penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010 dimana pada tahun 2010 APS anak laki-laki kelompok umur 16 18 tahun 63,55 persen namun pada tahun 2011 turun menjadi 51,08 persen. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) APK adalah persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia tertentu. Semangkin tinggi APK berarti semangkin banyak anak usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih besar dari 100 persen karena adanya siswa di luar usia sekolah. Tabel 3.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 Jenjang Pendidikan APK Perempuan Laki laki + Perempuan Lakilaki Lakilaki APM Perempuan Laki laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD 97,51 104,80 100,88 86,45 92,69 89,33 SMP 97,38 75,19 85,17 65,54 60,57 62,81 SMTA 73,67 86,09 80,22 47,84 52,38 50,24 DIPLOMA/SARJANA 6,20 6,67 6,41 5,13 1,82 3,64 Sumber : BPS, Susenas Tahun 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 21

APK untuk Kabupaten Serdang Bedagai untuk tahun 2010 di jenjang pendidikan SD diatas 100 persen yaitu 100,88 persen, ini berarti bahwa masih ada penduduk yang di atas usia sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar (usia 7 12 tahun) yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ini berlaku untuk penduduk usia sekolah yang berjenis kelamin perempuan (104,80 persen). APM adalah proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran dalam hal ini adalah APM untuk tingkat SD merupakan proporsi jumlah murid SD yang berusia 7 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7 12 tahun. APM umumnya digunakan untuk melihat proporsi penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Jika APM mencapai 100 persen artinya semua anak usia sekolah telah bersekolah tepat waktu. Sebaliknya, jika hanya sebagian anak usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu, maka nilai APM akan lebih kecil dari 100 persen. Potret pendidikan di Serdang Bedagai dapat dilihat dari sisi APM, terdapat keadaan unik dimana pada APM laki-laki kelompok usia SD (86,45 persen) dan SMTA (47,84 persen) dibandingkan APM perempuan SD (92,69 persen) dan SMTA (52,38 persen), dimana APM untuk penduduk berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan APM penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini berbeda dengan APM penduduk berjenis kelamin laki-laki untuk kelompok usia SMP (65,54 persen) dan Diploma/Sarjana ( 5,13 persen) sedangkan APM untuk jenis kelamin perempuan kelompok usia SMP (60,57 persen) dan Diploma/Sarjana (1,82 persen) dimana APM laki-laki lebih tinggi dibandingkan APM penduduk berjenis kelamin perempuan untuk jenjang pendidikan SMP dan Diploma/Sarjana. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 22

Kemiskinan

Kemiskinan 4 Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam menfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi penduduk miskin itu sendiri. Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 1984. Pada saat itu penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin mencakup periode 1976-1981 dengan menggunakan data modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi (Susenas). Sejak tahun 1984, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin. Sampai dengan tahun 1987, informasi mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin hanya disajikan untuk tingkat nasional yang dipisahkan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Pada tahun 1990, informasi mengenai penduduk miskin sudah dapat disajikan sampai tingkat provinsi meskipun beberapa provinsi masih digabung. Provinsi-provinsi gabungan tersebut antara lain: Provinsi Jambi, Bengkulu, Timor Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Selanjutnya sejak tahun 1993, informasi mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin sudah dapat disajikan untuk seluruh provinsi. Selanjutnya, BPS menyajikan data dan informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan data Susenas Kor (kecuali tahun 2008). Kabupaten Serdang Bedagai 2011 23

Penjelasan Teknis dan Sumber Data BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mengurangi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Potret kemiskinan di Sumatera Utara selama tiga tahun terakhir disajikan pada tabel 4.1. Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator penting. Diantaranya Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan menjelaskan rata-rata jarak taraf hidup pendudukk miskin dengan garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari kemiskinan. Namun demikian, indeks ini tidak sensitive terhadap distribusi pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 24

di antara penduduk miskin, sehingga dibutuhkan indikator lain guna mengukur tingkat keparahan kemiskinan (P2). Tabel 4.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2010 Kabupaten Jumlah Penduduk Miskin 2008 2009 2010 Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) Nias 25,19 22,57 19,98-5,21 Mandailing Natal 14,46 13,02 12,6-1,86 Tapanuli Selatan 13,77 12,67 11,96-1,81 Tapanuli Tengah 19,35 17,83 16,74-2,61 Tapanuli Utara 14,15 13,1 12,5-1,65 Toba Samosir 11,62 10,07 10,15-1,47 Labuhan Batu 10,76 9,85 10,67-0,09 Asahan 12,89 12,09 11,42-1,47 Simalungun 14,75 12,67 10,73-4,02 Dairi 11,07 10,03 9,97-1,1 Karo 12,86 11,42 11,02-1,84 Deli Serdang 5,16 5,17 5,34 0,18 Langkat 14,81 12,75 10,85-3,96 Nias Selatan 24,36 22,19 20,73-3,63 Humbang Hasundutan 12,99 11,31 10,61-2,38 Pakpak Barat 15,02 13,99 13,81-1,21 Samosir 18,76 17,55 16,51-2,25 Serdang Bedagai 10,61 9,51 10,59-0,02 Batu Bara 13,64 12,87 12,29-1,35 Padang Lawas Utara 0 11,83 11,19-0,64 Padang Lawas 0 11,9 11,13-0,77 Labuhan Batu Selatan 0 15,58 0 Labuhan Batu Utara 0 12,32 0 Nias Utara 0 31,94 0 Nias Barat 0 30,89 0 Kota Sibolga 17,67 15,82 13,91-3,76 Kota Tanjung Balai 18,35 17,1 16,32-2,03 Kota Pematang Siantar 13,36 12,25 11,72-1,64 Kota Tebing Tinggi 16,5 14,58 13,06-3,44 Kota Medan 10,43 9,58 10,05-0,38 Kota Binjai 8,12 7,04 7,33-0,79 Kota Padang Sidempuan 11,61 9,77 10,53-1,08 Kota Gunungsitoli 0 0 33,87 0 Sumber : BPS, Susenas 2008-2010 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 25

Bila dibandingkan persentase penduduk miskin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2010 terjadi penurunan sebesar 0.02 persen, yaitu 10,61 persen tahun 2008 menjadi 10,59 persen pada tahun 2010. Kenaikan dan penurunan penduduk miskin setiap tahunnya terjadi pergeseran tipis, hal ini berlaku juga untuk tahun 2009 ke tahun 2010. Persoalan kemiskinan tidak hanya mengurangi jumlah dan persentase penduduk miskin, namun juga perlu memperhatikan jarak terhadap batas miskin (tingkat kedalaman kemiskinan) dan ketimpangan antar penduduk miskin (tingkat keparahan kemiskinan). Perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) selama tahun 2008 2010 menunjukkan pola yang sama. Garis Kemiskinan Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama tahun 2008-2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 27,77 persen, yaitu dari Rp. 194.387,- per kapita per bulan pada tahun 2008 menjadi Rp. 248.363,- per kapita per bulan pada tahun 2010. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Kabupaten Serdang Bedagai 2011 26

Tabel 4.2. Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2010 Kabupaten Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) Nias 203.882 214.244 233.876 Mandailing Natal 180.164 210.060 229.308 Tapanuli Selatan 188.158 221.497 241.793 Tapanuli Tengah 210.534 216.405 240.457 Tapanuli Utara 183.605 211.814 235.356 Toba Samosir 209.255 213.848 237.369 Labuhan Batu 193.743 223.935 244.455 Asahan 174.787 202.180 224.417 Simalungun 201.811 210.265 233.391 Dairi 165.193 196.523 218.138 Karo 236.371 257.833 286.191 Deli Serdang 182.786 216.408 241.274 Langkat 216.320 221.625 247.090 Nias Selatan 164.154 170.227 185.825 Humbang Hasundutan 184.341 187.938 208.826 Pakpak Barat 142.420 159.142 176.830 Samosir 156.352 181.619 201.595 Serdang Bedagai 194.387 223.753 248.363 Batu Bara 189.552 232.538 253.846 Padang Lawas Utara - 191.446 208.989 Padang Lawas - 191.357 208.891 Labuhan Batu Selatan - - 247.824 Labuhan Batu Utara - - 263.914 Nias Utara - - 258.680 Nias Barat - - 254.429 Kota Sibolga 224.259 258.135 286.825 Kota Tanjung Balai 233.772 234.091 259.838 Kota Pematang Siantar 241.238 285.863 317.304 Kota Tebing Tinggi 237.294 254.387 282.366 Kota Medan 240.319 297.478 331.659 Kota Binjai 223.697 229.639 256.025 Kota Padang Sidempuan 228.382 229.921 250.989 Kota Gunungsitoli - - 248.577 Sumber : BPS, Susenas 2008-2010 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 27

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Tabel 4.3. Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun 2008-2010 Kabupaten P1 (%) P2 (%) 2008 2009 2010 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Nias 3,90 5,23 4,15 0,86 1,76 1,27 Mandailing Natal 2,17 1,95 1,53 0,46 0,46 0,32 Tapanuli Selatan 1,46 1,57 1,25 0,25 0,32 0,20 Tapanuli Tengah 3,96 2,80 2,86 0,95 0,65 0,75 Tapanuli Utara 1,73 1,50 2,12 0,32 0,27 0,50 Toba Samosir 2,35 1,19 1,64 0,63 0,26 0,38 Labuhan Batu 1,65 1,38 2,25 0,43 0,33 0,62 Asahan 2,03 1,96 1,53 0,47 0,54 0,35 Simalungun 2,39 1,93 1,80 0,63 0,48 0,49 Dairi 1,72 1,63 1,30 0,36 0,36 0,26 Karo 4,47 1,32 1,52 1,64 0,23 0,31 Deli Serdang 0,95 0,53 0,45 0,27 0,09 0,07 Langkat 2,97 1,67 1,92 0,76 0,36 0,51 Nias Selatan 2,78 3,48 2,51 0,56 0,81 0,48 Humbang Hasundutan 1,90 1,80 1,62 0,43 0,47 0,41 Pakpak Barat 2,23 1,29 1,33 0,51 0,24 0,20 Samosir 2,72 2,02 2,69 0,54 0,38 0,67 Serdang Bedagai 1,87 1,25 1,69 0,52 0,22 0,39 Batu Bara 1,76 1,64 1,89 0,34 0,34 0,48 Padang Lawas Utara - 1,93 1,78-0,48 0,43 Padang Lawas - 1,67 1,42-0,36 0,27 Labuhan Batu Selatan - - 2,53 - - 0,64 Labuhan Batu Utara - - 2,02 - - 0,55 Nias Utara - - 5,23 - - 1,35 Nias Barat - - 7,23 - - 2,52 Kota Sibolga 2,46 2,36 1,77 0,52 0,56 0,36 Kota Tanjung Balai 2,20 3,42 2,65 0,45 1,06 0,72 Kota Pematang Siantar 2,19 1,53 1,55 0,54 0,35 0,31 Kota Tebing Tinggi 2,32 2,10 1,87 0,53 0,55 0,41 Kota Medan 1,87 1,40 1,57 0,46 0,35 0,42 Kota Binjai 1,17 1,08 1,06 0,30 0,21 0,27 Kota Padang 1,79 0,50 1,95 0,61 Sidempuan 1,92 0,55 Kota Gunungsitoli - - 11,57-5,06 Sumber : BPS, Susenas 2008-2010 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 28

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode 2009 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2009 adalah 1,25 persen dan pada tahun 2010 naik menjadi 1,69 persen. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang pada tahun 2009 hanya sekitar 0,22 persen naik menjadi 0,35 persen pada tahun 2010. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 29

Pola Komsumsi

Pola Komsumsi 5 Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi yang disajikan dalam unit kalori dan protein. Jumlah komsumsi kalori dan protein dihitung berdasarkan jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap makanan yang dikomsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein dalam setiap makanan tersebut. Kecukupan kalori dan protein untuk tingkat komsumsi seharihari berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi ke-8 tahun 2004, masing-masing sebesar 2000 kkal dan 52 gram. Pengeluaran Rumah Tangga Secara umum data komsumsi/pengeluaran Susenas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu komsumsi/pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan permintaan (demand) terhadap kedua kelompok pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalama kondisi pendapatan terbatas, kita akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Determinan dari kesejahteraan ekonomi adalah kemampuan daya beli penduduk. Bila kemampuan daya beli penduduk mengalami penurunan akan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 30

mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selama periode 2010-2011 berdasarkan Data Susenas, pengeluaran per kapita per bulan mengalami kenaikan yang pada tahun 2010 hanya Rp. 493.624,- naik menjadi Rp. 597.894,- pada tahun 2011 untuk pengeluran makanan dan non makanan. Ini berarti ada peningkatan sebesar 21,12 persen pengeluran/kapita/bulan untuk pengeluaran makanan dan non makanan, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan daya beli penduduk selama tahun 2010 2011 baik itu untuk pengeluaran makanan maupun pengeluran bukan makanan. Tabel 5.1. Rata-Rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Dan Persentase Rata-Rata Pengeluaran /Kapita/Bulan Tahun 2010 dan 2011 Pengeluaran/Kapita/Bulan 2010 2011 Kenaikan Nominal Setahun Makanan 320.827 347.666 8,36 Bukan Makanan 172.797 250.228 44,81 Jumlah 493.624 597.894 21,12 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Pada tabel 5.1. menyajikan komposisi pengeluaran yang dilakukan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Persentase pengeluaran untuk makanan pada tahun 2011 naik sebesar 8,36 persen bila dibandingkan tahun sebelumnnya sedangkan untuk pengeluaran non makanan naik sebesar 44,81 persen bila dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011. Bila dilihat perbandingan pengeluaran makanan dengan non makanan ada kecenderungan bahwa komsumsi makanan masih merupakan prioritas penduduk dalam membelanjakan uangnya selama tahun 2011. Meskipun pada tahun 2011, komsumsi makanan meningkat, akan tetapi selisih pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makan masih terbilang besar. Semakin besar perbedaan pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk belum baik. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 31

Grafik 5.1. Persentase Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2010 2011 70 60 50 40 30 Makanan Bukan Makanan 20 10 0 2010 2011 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 32

Perumahan & Lingkungan

Perumahan & Lingkungan 6 Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka manusia berusaha membuat tempat perlindungan, yang pada akhirnya disebut rumah atau tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga satu persatu bangunan rumah tinggal bermunculan sampai terbentuk suatu pemukimam rumah penduduk. Sepanjang kehidupannya, manusia selalu membutuhkan rumah yang merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup selain sandang dan pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat terpenuhi maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak. Saat ini keberadaan rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan simbol status bahkan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah yang dapat terlihat dari fasillitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut dapat dilihat dari jenis lantai terluas, jenis atap, jenis dinding, sumber air minum dan fasilitas buang air besar rumah tangga. Kabupaten Serdang Bedagai 2011 33