BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imajinasinya, maka akan semakin baik kualitas karya sastra yang dihasilkan.

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang menciptakan sebuah karya sastra berdasrkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Jabrohim (2001:167) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil pikiran pengarang yang menceritakan segala permasalahan itu karena pengarang berada dalam ruang dan waktu. Di dalam ruang dan waktu tersebut pengarang senantiasa terlibat dengan beraneka ragam permasalahan. Dalam bentuknya yang paling nyata, ruang dan waktu tertentu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. Wellek dan Austin (1984:276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil ciptaan seorang pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat di dalam kehidupan. Karya sastra tersebut memiliki kebenaran atau realitas yang menjelaskan tentang interaksi antarmasyarakat berdasarkan pengamatan dan pengalamannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dari beberapa pendapat di atas menjelaskan bahwa karya sastra tidak dapat berdiri sendiri atau bersifat otonom, melainkan sesuatu yang erat kaitannya dengan situasi dalam kondisi lingkungan tempat karya itu diciptakan. Permasalahan yang terjadi dalam situasi dan kondisi lingkungan masyarakat tersebut digambarkan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra harus dilakukan secara baik dan selektif, sehingga unsur utile dan dulce, yaitu unsur yang bersifat hiburan dan bermanfaat dapat tercapai. Sesuai dengan pendapat Horatius (Sudjiman,

1988:12) yang mengatakan bahwa karya sastra memang bersifat utile et dulce ; menyenangkan dan bermanfaat. Selain itu, karya sastra juga memiliki struktur, tujuan estetik, saling keterkaitan atau koherensi, dan menimbulkan dampak tertentu serta yang paling terpenting adalah sastra menciptakan tiga dimensi atau dunia, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca. Secara umum sastra memiliki beberapa bentuk, salah satunya adalah drama. Drama memiliki pengertian yang cukup luas. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995:243), kata drama berarti dua cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Menurut Tjahjono (1988:186), Kata drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti action dalam bahasa Inggris, dan gerak dalam bahasa Indonesia. Jadi secara mudah drama dapat kita artikan sebagai bentuk seni yang mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui gerak atau action dan percakapan atau dialog. Sebenarnya cukup banyak pengertian drama. Pengertian drama dengan sendirinya menyangkut ciri-cirinya, antara lain : 1) Drama merupakan kehidupan yang disajikan dalam gerak; 2) merupakan lakon yang dipentaskan di atas panggung; 3) memiliki hubungan yang erat dengan cabang seni lainnya seperti seni sastra, dan yang lainnya. Drama merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, dan hampir seluruh kegiatan masyarakat dapat dijadikan bahan yang dibutuhkan oleh drama itu sendiri. Drama dalam hubungannya dengan kesusastraan merupakan salah satu jenis karya sastra yang sudah tua usianya. Menurut sejarah, drama berasal dari zaman Yunani Kuno, yakni sekitar tahun 600 SM. Saat itu drama diselenggarakan pada upacara-upacara keagamaan terutama untuk menghormati

dewa Dionysus, sebagai dewa anggur dan kesuburan. Menurut Sumardjo (1986:4) sekitar tahun 600 SM, dalam upacara-upacara agama, masyarakat mengadakan festival tari dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysus yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian menyelenggarakan sayembara drama dengan tujuan yang sama dan sayembara drama yang pertama kali diadakan pada tahun 534 SM di Athena. Sayembara drama waktu itu adalah sebuah pertunjukkan tragedi. Di Indonesia, perkembangannya diawali sandiwara tradisional atau teater rakyat. Sebelum abad ke-20 belum ada naskah drama yang dimunculkan, yang ada hanya kisah-kisah yang disajikan secara lisan dan dipertunjukkan di istana atau lapangan. Penulisan naskah drama atau lakon mulai timbul pada zaman Pujangga Baru (sekitar tahun 1920-an) dan mulai hidup antara tahun 1940-1960. Setelah tahun 1970-an, berkembanglah bentuk-bentuk eksperimental (pengaruh teater kontemporer Barat). Teknik penulisan naskah lakon pun berkembang seiring sikap kreatif para seniman. Dari dua indikasi di atas, yaitu tentang sejarah drama dan penulisan naskah drama itu sendiri menjelaskah bahwa drama adalah karya sastra yang ditulis dan bertujuan untuk dipentaskan kepada khalayak ramai atau di depan publik. Harymawan (1988:2) mengatakan bahwa drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh banyak orang banyak, dengan medianya adalah percakapan, gerak dan laku, yang didasarkan pada naskah yang tertulis. Batasan yang diberikan oleh Harymawan di atas menekankan bahwa drama ditulis atau disusun haruslah dengan baik dan sistematis, baik dialognya maupun penjelasan-penjelasan pentas (stage) dan gerakan-gerakan (action) yang dimainkan oleh aktor. Jadi, drama ditulis berdasarkan syarat-syarat pementasan dan kesastraan.

Jika dikaji lebih mendalam, beberapa uraian pendapat tersebut menjelaskan bahwa drama terbagi lagi menjadi tiga jenis : 1) drama tradisional, 2) drama modern, dan 3) drama kontemporer. Akan tetapi, seiring perkembangan drama yang dikenal sekarang hanya ada dua jenis, yaitu drama tradisional dan modern. Sejak drama tidak lagi bersifat improvisasi yang dipergunakan dalam drama tradisional atau sering disebut teater, tetapi sudah berdasarkan naskah yang sudah dipergunakan dalam drama modern maka drama tersebut merupakan karya sastra. Sebagai satu hasil sastra maka drama kita sebut sebagai drama tulis atau bisa disebut juga drama baca. Oleh karena itu, unsurunsur yang terdapat pada genre sastra yang lain (seperti novel dan cerpen) juga terdapat pada drama. Drama juga memiliki unsur intrinsik yang meliputi alur, latar, tokoh, penokohan, tema, sudut pandang, dan gaya bahasa. Selain itu, juga terdapat unsur ekstrinsik, seperti unsur moral, etika, pendidikan, sosial dan sebagainya. Brahim (1968:55) mengatakan, Sebagai hasil seni sastra, maka drama pun mempunyai sifat-sifat yang bersamaan dengan cabang-cabang kesusasteraan yang lain ; puisi dan prosa. Drama memiliki unsur-unsur ; pertama unsur budi (intellectual element), kedua unsur perasaan (emotional element), ketiga unsur imajinasi (element of imagination), keempat gaya (the technical element, or the element of composition and style). Drama memiliki dua tujuan, yaitu drama yang dipentaskan dan drama yang hanya untuk dibaca. Drama sebagai bacaan disebut drama baca (closet drama). Alur dalam drama merupakan berbagai peristiwa yang menggambarkan sebuah cerita, menurut Jassin (1977:88) mengatakan bahwa drama adalah rentetan kejadian yang merupakan cerita. Dengan demikian, drama disusun berdasarkan peristiwa demi peristiwa yang saling berkaitan, dimulai dengan perkenalan, penggawatan, dan penyelesaian. Jadi, drama juga

memiliki alur cerita yang sama dengan karya sastra lainnya. Selain itu alur dan unsur lain dalam drama akan berusaha menggambarkan tema dan unsur ekstrinsiknya yaitu tentang permasalahan sosial ataupun budaya. Sebenarnya kekuatan drama sebagai karya sastra terletak pada konflik, baik itu konflik batin maupun konflik antartokoh. Konflik ini akan menjelaskan tentang berbagai masalah yang menjadi pembahasan pada kritik sosial dan untuk mengetahuinya tentu kita harus melihat dari aspek dialog yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dalam proposal ini peneliti akan menganalisis drama yang berjudul Loker karya Yulhasni. Drama Loker adalah salah satu dari 10 drama lainnya yang diterbitkan oleh kelompok teater kampus yaitu Teater O. Bersama 9 drama lainnya, drama Loker ini disusun dalam bentuk buku antologi (kumpulan) drama Teater O yang diterbitkan dengan judul buku Raja Tebalek, 10 Naskah Drama Teater O. Drama Loker karya Yulhasni ini terdiri dari 24 halaman dari jumlah keseluruhan halaman buku yaitu 224 halaman. Drama Loker ini berada pada urutan ke-6 (enam) dalam buku antologi drama Raja Tebalek bersama 9 drama lainnya, seperti Raja Tebalek, Sayembara Bohong, Gara-Gara, Tukang Sapu dan Pengantar Koran karya Yusrianto Nasution, Juru Runding karya Yulhasni, Amuk Aceh, Tarian Terakhir karya Mukhlis Win Ariyoga, dan Lena Tak Pulang karya M.Ramadhan Batubara. Drama Loker karya Yulhasni ini dibuat pada Maret 2007 dan dipentaskan di Taman Budaya Sumatera Utara pada 12 Mei 2007, dalam rangka Parade Teater oleh Kampusi Promo yang bertajuk Sabtu Ketawa bersama 5 kelompok teater lainnya seperti D Lick Teater Team, Teater Anak Negeri dan yang lainnya. Sementara buku antologi drama Raja Tebalek diluncurkan pada Oktober 2009 lalu. Drama Loker ini merupakan salah satu karya dari seorang sastrawan atau pengarang Indonesia, khususnya Sumatera yang lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat pada 25 Oktober 1972. Ia

termasuk salah satu pendiri sekaligus angkatan pertama Teater O USU. Berkenaan dengan peranannya dalam teater, ia lebih aktif di bidang penulisan naskah, tata artistik dan tim produksi (non art). Ia menggeluti dunia penulisan kesusastraan, khususnya cerpen dan esai sastra budaya setelah memasuki Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU, tepatnya pada tahun 1991. Yulhasni termasuk orang yang paling aktif menghasilkan naskah drama untuk Teater O USU dan naskah dramanya yang berjudul Raja Minyak terpilih dalam 5 Naskah Drama Terbaik Dewan Kesenian Sumatera Utara. Drama Loker karya Yulhasni ini merupakan representasi dari kritik sosial seperti masalah pekerjaan, pendidikan, korupsi, kolusi, nepotisme, dan yang lainnya. Berbagai permasalahan ini melanda negara yang bernama Krutak-Krutuk yang kewalahan mencari tenaga kerja. Dalam drama ini diceritakan bahwa ribuan tempat pekerjaan di Negara tersebut saling bersaing ketat untuk mencari tenaga kerja, namun hasilnya tetap saja sedikit yang mau melamar pekerjaan. Berbagai cara dilakukan agar rakyat di Negara itu bersedia untuk melamar dan menjadi tenaga kerja di tempat pekerjaan atau perusahaan yang ada, mulai lowongan kerja yang disebarkan dalam bentuk selebaran, iklan, brosur, sampai koran, televisi dan radio kewalahan menampung iklan lowongan pekerjaan itupun tetap saja minim minat pelamar kerja. Bahkan, meski harga iklan dipasang 100 juta sekali terbit, tetap membuat animo pemasang iklan lowongan pekerjaan semakin tinggi dan animo pelamar tetap saja menunjukkan tingkat rendah. Sejumlah tempat pekerjaan memang sempat menerima lamaran pekerjaan dari orang-orang, tetapi mereka gagal merekrut tenaga kerja karena berbagai alasan yang tidak jelas. Pemerintah negara Krutak-Krutuk mengeluarkan UU Loker yang intinya memaksa setiap rakyatnya melamar pekerjaan. Tapi tetap saja UU itu tidak dipatuhi. Sebenarnya pokok permasalahan yang terjadi di Negara Krutak-Krutuk adalah setiap individu masyarakatnya, baik pelamar kerja, pencari tenaga

kerja hingga pemerintahannya sudah bobrok moral dan sikapnya, seperti terjadi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam hal pekerjaan, lalu seorang pemimpin dan para petinggi negara yang seharusnya bertanggung jawab terhadap tugas yang mereka emban malah berlaku sebaliknya dan banyak permasalahan lainnya. Oleh sebab itu, drama Loker karya Yulhasni ini sangat tepat untuk dijadikan media representatif bagi kritik sosial yang menceritakan tentang masalah pekerjaan dan pendidikan karena semua masalah tersebut seakan menjelaskan situasi dan kondisi sosial, baik di lingkungan tempat kita tinggal maupun lingkungan lainnya walaupun penceritaannya terkadang bersifat kontras dengan kenyataan. Dengan alasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk menganalisis drama Loker ini dari segi sosiologi sastranya, karena karya sastra adalah media untuk menyampaikan pesan dan tema yang memberikan gambaran apa saja tentang kehidupan yang sifatnya individual dan bernegara. Selain itu, sepengetahuan peneliti, drama ini belum pernah dianalisis dari segi sosiologi sastranya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini, rumusan masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah representatif tentang kritik sosial seperti pekerjaan, dan pendidikan yang terdapat dalam drama Loker karya Yulhasni? 1.3 Batasan Masalah Membicarakan dan membatasi masalah pembahasan dalam mengkaji sebuah drama sangatlah sulit karena dalam drama terkandung tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu aspek

sastra, aspek gerak, dan aspek dialog. Ketiga aspek ini sangat erat hubungannya dalam membentuk suatu keseluruhan dari sebuah drama. Bila dilihat dari aspek sastranya maka yang dibicarakan adalah teks atau naskahnya. Jika yang dilihat adalah aspek geraknya maka yang dibicarakan adalah gerak pelakon atau aktor berdasarkan artistiknya. Sedangkan aspek dialog yang dibicarakan adalah dialog yang tercipta antar aktor dalam sebuah pementasan. Namun, ketiga bidang atau aspek ini sebenarnya masih dapat dikecilkan lagi menjadi dua aspek, yaitu aspek sastra dan aspek panggung. Aspek sastra adalah mencakup tentang teks atau naskahnya saja. Sementara aspek panggung (theatre) merupakan penggabungan dari aspek gerak dan aspek dialog. Dalam proposal skripsi ini aspek panggung tidak dipaparkan, karena bila kita membicarakan aspek panggungnya maka harus diadakan pula pertunjukkan atau pementasan dari drama Loker, yang dibicarakan di sini adalah aspek naskahnya. Dalam hal aspek naskahnya, pembahasan yang dilakukan sama halnya dengan pembahasan terhadap karya sastra lainnya. Dengan kata lain, secara umum drama pasti memiliki unsur pembentuk cerita yang sama dengan karya sastra lainnya. Brahim (1968:62) mengatakan bahwa lakon drama disusun atas unsur-unsur yang sama dengan novel, yaitu : karakterisasi, plot, wawankata, penempatan dalam ruang, dan waktu serta penafsiran hidup. Berdasarkan pendapat di atas maka dalam pembahasan terhadap drama Loker akan diuraikan tentang strukturasi nya seperti alur, latar, perwatakan, dan tema. Lalu analisis sosiologi sastranya akan membahas tentang gambaran kritik sosial seperti pekerjaan dan pendidikan yang pada tahun-tahun sebelumnya hingga saat ini menjadi topik permasalahan yang sering dibicarakan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kritik sosial seperti pekerjaan dan pendidikan dalam drama Loker karya Yulhasni. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini, adalah: a. Menjadi bahan bacaan dan referensi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. b. Membuka peluang untuk penelitian yang berlanjut tentang drama Loker karya Yulhasni. c. Memperkaya apresiasi dan kajian terhadap drama Indonesia.