BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta. menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diajarkan dari mulai tingkat

I. PENDAHULUAN. maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu usaha yang dilaksanakan siswa dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 03 Nopember 2014, hlm.4.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk., 2000) mengungkapkan pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Menurut Sapriya (2009:12) IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil kemampuan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasayarakatan agar menjadi warga negara yang baik Berdasarkan paparan di atas dalam perspektif formal dan realistik, IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Sementara itu, menurut National Council for Social Studies (http://faculty.plattsburgh.edu/susan.mody/432sumb04/ncssdef.htm) definisi

2 IPS (social studies) merupakan studi terintegrasi dari ilmu IPS untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai pembahasan sistematis yang dibangun dalam beberapa disiplin ilmu, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat ilmu-ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora dan ilmu-ilmu alam. Sejalan dengan pengertian umum tersebut, IPS sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan. Implikasinya, berbagai tradisi dalam IPS termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode, maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu IPS, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial budaya untuk kepentingan pendidikan. Dapat dipahami bahwa kurikulum IPS didesain untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman/pengertian, nilai dan keterampilan yang diperlukan siswa untuk mempersiapkan dirinya menghadapi kehidupan di masyarakat kelak. Pencapaian pengetahuan/pemahaman dan pengertian (aspek kognitif), serta sikap dan serta aspek keterampilan yang perlu mendapat perhatian guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. IPS menuntut peserta didik untuk dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari karena ruang lingkup IPS berada dalam lingkungan masyarakat. Namun kenyataannya peserta didik hanya mampu menerapkan ilmu yang diperolehnya hanya dalam lingkungan kelas dalam hal ini ulangan harian, itu juga

3 hanya bersifat sementara dan hasil yang didapat kurang dari apa yang diharapkan oleh guru. Untuk itu perlu ada variasi dalam model pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang benar-benar berkesan dan bermakna untuk peserta didik. Suasana kelas yang gaduh ketika pembelajaran menciptakan suasana yang tidak nyaman untuk sebuah proses pembelajaran. Perlu sebuah pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik agar proses pembelajaran tidak berlangsung gaduh dan tidak nyaman karena peserta didik yang ribut dengan kegiatannya masing-masing. Pembelajaran IPS yang membosankan membuat peserta didik lebih memilih untuk melaksanakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran. Fokus peserta didik terhadap pembelajaran yang disampaikan menjadi tidak sesuai harapan itu terlihat dari hasil ulangan harian (tes) yang hasilnya jauh dari yang diharapkan. Masih rendahnya hasil proses belajar siswa dalam pembelajaran IPS, dan belum optimalnya pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air dan memaknai perjuangan para pejuang pada jaman penjajahan pada siswa SD, dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri 3 Cikidang memperlihatkan gejala diantaranya: 1. Pembelajaran belum sepenuhnya menyenangkan terutama pada materi perjuangan para tokoh pejuang masa penjajahan Jepang, karena pembelajaran biasanya berupa ceramah dan menekankan pada penguasaan materi sebanyakbanyaknya.

4 2. Kegiatan belajar lebih ditandai dengan budaya hapalan sehingga tidak bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak bangsa terhadap perjuangan para tokoh pejuang. 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, siswa kurang diberi kesempatan untuk belajar lebih aktif, kreatif dan mandiri dengan melakukan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan, siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan. 4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran yang mengakibatkan siswa lebih memilih mengobrol dengan teman sebangkunya dan suasana kelas menjadi gaduh. 5. Hasil belajar siswa sebagian besar tidak memenuhi kentutasan minimal belajar yang telah ditetapkan sekolah. Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi suasana pembelajaran. Perlu digunakan metode yang bisa membuat peserta didik benar-benar fokus dalam pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh peserta didik aktif dalam pembelajaran, salah satu metode yang memungkinkan adalah metode role playing. Pemilihan metode role playing diambil karena siswa dapat berperan aktif dalam pembelajar sehingga ddiharapkan siswa fokus kepada pembelajaran yang akan disampaikan. Role playing juga dapat menumbuhkan karater cinta tanah air pada siswa karena dituntut untuk memerankan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang. Dengan demikian situasi yang tadinya gaduh dapat diatasi dengan metode role playing ini. Dilihat dari pengertiannya sendiri, Syaiful Sagala

5 (2007, Fitria Prasati 2011:19) mendefinisikan metode bermain peran adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial. Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas atau didalam kelas disesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Menurut Oemar Hamalik (Resty Anggrian, 2010:12) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi tidak mengerti. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Resty Anggrian, 2010:12) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat belum belajar, tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

6 Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Dalam mempelajari IPS khususnya dalam materi perjuangan para tokoh masa penjajahan Jepang dengan menggunakan metode pembelajaran role playing diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Materi IPS tidak selalu dapat kita pelajari secara langsung, apabila jika kita ingat bahwa sebagian dari proses pembelajaran IPS tidak selamanya bersifat hafalan semata. Perlu aktivitas yang lebih agar pembelajaran menjadi hidup dan menjadi lebih menyenangkan. Misalnya dalam materi perjuangan para tokoh masa penjajahan Jepang, perlu suasana pembelajaran yang aktif sehingga peserta didik mampu memaknai perjuangan para tokoh pejuang. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Oleh sebab itu peneliti akan mengembangkan suatu pemecahan masalah untuk hasil belajar IPS siswa kelas V. Dalam penelitian ini oleh penulis diberi judul Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perjuangan Para Tokoh Masa Penjajahan Jepang sehingga diharapkan minat belajar siswa akan meningkat.

7 B. Rumusan masalah Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti dijabarkan kedalam bentuk pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS pada materi pokok perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V SDN Cikidang III? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang pada siswa kelas V SDN III Cikidang dengan menggunakan metode role playing? 3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Cikidang pada materi pokok perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang dengan penerapan metode role playing? C. Hipotesis tindakan Jika metode role playing atau bermain peran digunakan dalam pembelaharan IPS pada materi pokok perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang, maka hasil belajar siswa akan kelas V SDN III Cikidang akan mengalami peningkatan. D. Tujuan untuk : Sesuai dengan rumusan masalah penelitian tujuan penelitian ini adalah

8 1. Mengetahui bagaimana perencanaan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang. 2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS mengenai materi perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas V SDN III Cikidang menggunakan metode role playing. 3. Mengetahui sejauh mana peningkatan hasil pembelajaran IPS siswa kelas V SDN 3 Cikidang pada materi pokok perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang dengan mengunakan metode role playing. E. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : a. Bagi siswa Diharapkan setelah penelitian ini siswa lebih terpacu dalam proses pembelajaran IPS sehingga pembelajaran tidak membosankan dan menjadikan siswa lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran. b. Bagi guru Diharapkan setelah penelitian ini guru mendapatkan masukan dalam mengembangkan pembelajaran IPS melalui penerapan metode role playing. c. Manfaat bagi sekolah Diharapkan setelah penelitian ini dapat memberi masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas V melalui metode role playing.

9 F. Definisi Operasional 1. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah mengalami proses belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari hasil belajar siswa diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu setelah siswa tersebut mengalami proses pembelajaran yang telah dilalui. Perubahan-perubahan yang dialami siswa setelah melalui proses belajar mengajar tersebut dapat berupa pengetahuan, kecakapan, kebisaan, penguasaan dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Penilaian dalam hasil belajar dapat dilihat dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun dalam penelitian ini dibatasi dalam ranah kognitif hasil belajar. 2. Role playing adalah suatu cara penguasaan materi pelajaran melalui pengembangan imajinasi atau penghayatan yang dituangkan dalam rangkaian gerakan. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Role playing atau yang biasa disebut bermaian peran biasanya dilakukan oleh kelompok sehingga dapat menyajikan rangkaian cerita yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Metode bermain peran dapat dilakukan dalam mata pelajaran IPS karena dapat menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menceritakan

10 orang banyak dan dengan pertimbangan akan jauh lebih menarik daripada menggunakan metode ceramah.