BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 102 TAHUN 2016

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Maksud Penyusunan Laporan Keuangan CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI JAYAPURA PROVINSI PAPUA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

KEJAKSAAN NEGERI DHARMASRAYA

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

PENGADILAN AGAMA BANGLI

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 12 AKUNTANSI ASET LAINNYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 11 AKUNTANSI PIUTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 05 SISTEM AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD DINAS/BADAN/RSUD/RSJD... TAHUN ANGGARAN 2016

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

Realisasi Belanja Negara pada TA 2015 adalah sebesar Rp ,- atau mencapai 94,28 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp ,-.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

KEJAKSAAN NEGERI PULAU PUNJUNG

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

BAB XII KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Asahan Km. 3,5 Pematangsiantar

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN LO. 1. PENDAPATAN-LO Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (ekuitas).

BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa

B U P A T I K U N I N G A N

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

Transkripsi:

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI Tujuan kebijakan akuntansi adalah menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di antara laporan keuangan entitas pemerintah daerah. Selain itu kebijakan akuntansi juga berfungsi sebagai acuan dalam keseragaman penyajian laporan keuangan dengan tidak menghalangi masing masing entitas pelaporan untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai kondisi masing-masing entitas. Kebijakan dan sistem akuntansi pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor Tahun 2015. 4.1. ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Entitas pelaporan yang dimaksud dalam laporan keuangan ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan. Entitas Pelaporan terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, sedangkan Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Yang termasuk ke dalam entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Jenis Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh entitas akuntansi yaitu Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. 4.2. BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual. Dalam basis akrual ini, pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. Namun demikian, basis kas masih digunakan dalam rangka penyusunan LRA sepanjang dokumen anggaran disusun berdasarkan basis kas. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan belanja serta pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Daerah. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Catatan atas laporan keuangan halaman -14

4.3. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang agar memungkinkan dilakukan analisis dan pengukuran dalam akuntansi. A. Kebijakan Akuntansi Pendapatan A.1 Pendapatan LO dan Pengakuan Pendapatan LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Hak pemerintah tersebut dapat diakui sebagai Pendapatan LO apabila telah timbul hak pemerintah untuk menagih atas suatu pendapatan atau telah terdapat suatu realisasi pendapatan yang ditandai dengan adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara lebih rinci, pengaturan pengakuan atas Pendapatan-LO adalah sebagai berikut: a. Pendapatan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan yaitu saat diterbitkannya surat ketetapan oleh pejabat yang berwenang atau dokumen yang menunjukkan hak untuk menagih; b. Pendapatan dari imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan diakui saat timbul hak untuk menagih imbalan yaitu setelah diserahterimakan barang/jasa dari pemerintah kepada pihak ketiga; c. Pendapatan dari eksekusi jaminan diakui saat pihak ketiga tidak menunaikan kewajibannya; d. Pendapatan dari sanksi/denda diakui saat telah diterbitkan surat penagihan/kas diterima. 2. Pengukuran Pendapatan-LO Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). 3. Penyajian dan Pengungkapan a. Entitas pemerintah menyajikan pendapatan-lo yang diklasifikasikan menurut sumber pendapatan; b. Pendapatan-LO disajikan dalam mata uang rupiah; c. Di samping disajikan pada LO, Pendapatan-LO juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada CaLK sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan-lo. Catatan atas laporan keuangan halaman -15

A.2 Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan rekening kas umum daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali. 2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan-LRA dicatat pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di rekening kas umum daerah kecuali Pendapatan BLUD. Pendapatan Perpajakan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 3. Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan LRA disajikan pada LRA dan LAK. Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. B. Kebijakan Akuntansi Beban dan Belanja B.1. Beban Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa termasuk potensi pendapatan yang hilang, atau biaya yang timbul akibat transaksi tersebut dalam periode pelaporan yang berdampak pada penurunan ekuitas, baikss berupa pengeluaran, konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. 2. Pengakuan dan Pengukuran a. Beban Operasi 1) Beban Pegawai Beban Pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Pembayaran atas beban pegawai dapat dilakukan melalui mekanisme UP/GU/TU atau LS. Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme UP/GU/TU, diakui ketika bukti pembayaran beban telah disahkan pengguna anggaran. Sedangkan beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS, diakui saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah. 2) Belanja Barang dan Jasa a). Beban Persediaan Catatan atas laporan keuangan halaman -16

Beban persediaan dicatat pada saat pembelian persediaan, yaitu pada saat barang telah diterima. Pada akhir tahun, nilai sisa persediaan berdasarkan inventarisasi fisik sebagai pengurang beban persediaan. b). Beban Jasa, Pemeliharaan dan Perjalanan Dinas Beban jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas dicatat sebesar nilai nominal yang tertera dalam dokumen tagihan dari pihak ketiga sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah mendapatkan persetujuan dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. c). Beban Penyusutan Diakui pada akhir tahun berdasarkan metode penyusutan yang telah ditetapkan. d). Beban Piutang Tak Tertagih Beban yang timbul atas pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih, pada akhir periode pelaporan diakui sebagai beban penyisihan tidak tertagih. 3. Penyajian dan Pengungkapan Beban disajikan dalam LO entitas akuntansi/pelaporan. Penjelasan secara sistematis mengenai rincian, analisis dan informasi lainnya yang bersifat material harus diungkapkan dalam CaLK sehingga menghasilkan informasi yang andal dan relevan. B.2. Belanja Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. 2. Pengakuan dan Pengukuran Belanja diakui pada saat terjadinya pengleuaran dari rekening Kas Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan Bendahara Umum Daerah. Belanja diukur berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen sumber pengeluaran yang sah dan diukur berdasarkan azas bruto. 3. Penyajian dan Pengungkapan Belanja disajikan dan diungkapkan dalam : a. LRA sebagai pengeluaran daerah; b. LAK masuk kategori aktivitas operasi; c. LAK masuk kategori aktivitas investasi; d. CaLK untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi. Catatan atas laporan keuangan halaman -17

C. Kebijakan Akuntansi Kas dan Setara Kas Kas dan Setara Kas merupakan kelompok akun yang digunakan untuk mencatat kas dan setara kas yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah dan SKPD. Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Setara Kas adalah investasi jangka pendek pemerintah yang sangat likuid, yang siap dicairkan menjadi kas, bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan serta mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal perolehannya. 2. Jenis Berdasarkan unit pengelolanya maka kas pemerintah yang dikelola oleh SKPD yaitu: a. Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan adalah saldo kas yang dikelola oleh bendahara penerimaan dalam rangka pelaksanaan penerimaan di SKPD berwenang sesuai peraturan perundang-undangan. b. Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran adalah saldo kas yang dikelola oleh bendahara pengeluaran yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran SKPD. 3. Pengakuan Kas dan Setara Kas diakui pada saat: a. Memenuhi definisi kas dan/atau setara kas; b. Penguasaan dan/atau kepemilikan telah beralih kepada pemerintah daerah. 4. Pengukuran Kas dan Setara Kas dicatat berdasarkan nilai nominal yang disajikan dalam nilai rupiah. 5. Penyajian dan Pengungkapan Kas dan Setara Kas disajikan dalam neraca dan LAK. Saldo Kas dari pengembalian belanja yang belum disetorkan ke kas daerah pada akhir tahun anggaran dicatat sebagai Kas Lainnya dan Setara Kas dengan akun lawannya akun Pendapatan Ditangguhkan pada Tahun Anggaran Berjalan (TAB). Dalam hal pengembalian belanja disetorkan pada Tahun Anggaran Berikutnya, maka dicatat Pendapatan Lain-lain LRA atau Pendapatan Lain-lain LO. D. Kebijakan Akuntansi Piutang Catatan atas laporan keuangan halaman -18

Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah dan/atau hak Pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah, yang diharapkan diterima Pemerintah dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. 2. Jenis-jenis a. Piutang Pendapatan; b. Belanja Dibayar Dimuka; c. Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang; d. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR); dan e. Piutang Lainnya. 3. Pengakuan Piutang pemerintah diakui pada saat timbulnya hak tagih pemerintah karena adanya tunggakan pungutan pendapatan, perikatan, transfer antar pemerintahan dan kerugian daerah serta transaksi lainnya. Dengan kriteria: a. Telah diterbitkan surat ketetapan; b. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; c. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. 4. Pengukuran Piutang dicatat sebesar nilai nominal yang tercantum dalam: a. Surat ketetapan; b. Surat Penagihan; c. Nilai yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. Pada akhir periode akuntansi dibuat daftar umur piutang. Atas dasar daftar umur piutang dibuat penyisihan piutang tidak tertagih dengan kebijakan sebagai berikut: Lama Menunggak Status % Diragukan Tertagih 0-1 Tahun Lancar 0% >1-2 tahun Kurang Lancar 25% >2 sampai 3 tahun Kurang Lancar 50% >3 sampai 5 tahun Tidak Lancar 75% >5 tahun Macet 100% Piutang berupa uang muka/belanja dibayar dimuka dan piutang kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lainnya tidak dilakukan penyisihan piutang tak tertagih. Catatan atas laporan keuangan halaman -19

5. Penyajian dan Pengungkapan Piutang disajikan pada pos aset lancar di neraca menurut jenis-jenis piutang. Penyisihan piutang tak tertagih disajikan tersendiri dalam neraca dan sebagai pengurang atas jumlah piutang. E. Kebijakan Akuntansi Persediaan Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Barang yang masuk sebagai persediaan: a. Barang yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah seperti barang habis pakai; b. Bahan perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat pertanian dan bahan baku konstruksi bangunan yang akan diserahkan ke masyarakat; c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat seperti KDP yang akan diserahkan kepada masyarakat. d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; e. Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga seperti minyak beras dan gula. 2. Pengakuan Persediaan diakui pada saat: a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. b. Diterima atau hak kepemilikan dan/atau kepenguasaannya berpindah (dokumen berupa faktur, kwitansi atau BAST) Pencatatan Persediaan menggunakan metode periodik yaitu pencatatan hanya dilakukan pada saat terjadi penambahan, sehingga tidak mengupdate jumlah persediaan. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik (Stock Opname) yang dituangkan Berita Acara Hasil Stock Opname per 31 Desember 2015. Seluruh SKPD wajib melampirkan Berita Acara tersebut dalam Laporan Keuangan. Penilaian persediaan menggunakan harga perolehan terakhir, kecuali persediaan obat pada RSUD/RSJD menggunakan metode FIFO (First In First Out) yaitu barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang pertama kali keluar. Apabila dalam inventarisasi fisik terdapat barang yang belum dipakai dan masih berada di tempat penyimpanan atau berada di unit pengguna serta barang yang akan dihibahkan masih Catatan atas laporan keuangan halaman -20

belum didistribusikan kepada penerima hibah atau masih berada di SKPD maka barang tersebut diakui dan dicatat sebagai persediaan. 3. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan disajikan di Neraca pada bagian aset lancar. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam CaLK. F. Kebijakan Akuntansi Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 2. Jenis-jenis Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut: a. Tanah; b. Peralatan dan Mesin; c. Gedung dan Bangunan; d. Jaringan, Irigasi, dan Jaringan; e. Aset Tetap Lainnya; f. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP). 3. Pengakuan Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: a. Berwujud; b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; c. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Pengakuan aset tetap berdasarkan transaksinya terdiri dari: a. Perolehan yaitu suatu transaksi terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sampai dengan aset tersebut siap untuk digunakan; b. Pengembangan yaitu suatu transaksi peningkatan nilai aset tetap yang berakibat pada peningkatan masa manfaat, efisiensi, kapasitas, mutu produksi dna kinerja dan/atau penurunan biaya pengoperasian; Catatan atas laporan keuangan halaman -21

c. Pengurangan yaitu suatu transaksi penurunan nilai aset tetap dikarenakan berkurangnya volume/nilai aset tetap tersebut atau dikarenakan penyusutan; d. Penghentian dan pelepasan adalah suatu transaksi penghentian permanen suatu aset tetap. 4. Pengukuran Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran aset tetap: a. Komponen Biaya Perolehan Biaya perolehan meliputi harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak pembelian, setelah dikurangi dengan diskon dan rabat serta seluruh biaya yang secara langsung dapat sihubungkan/diatribusikan dengan aset dan membawa aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Kegiatan pengadaan yang menghasilkan satu aset tetap biaya perolehannya terdiri dari realisasi belanja modal dan belanja non modal (belanja pegawai dan belanja barang dan jasa). Pengukuran aset tetap harus memperhatikan nilai satuan minimun kapitalisasi aset tetap: 1) Peralatan mesin per-satuan sama dengan atau lebih Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). 2) Gedung dan bangunan sama dengan atau lebih dari Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) 3) Nilai satuan minimum kapitalisasi dikecualikan terhadap pengeluaran atas tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. b. Pengeluaran setelah tanggal perolehan Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap dapat dikapitalisasi jika memenuhi persyaratan : Pengeluaran mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah dimiliki dengan pengertian: 1) Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur ekonomis yang diharapkan dari aset tetap yang sudah ada. 2) Peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas atau kemampuan aset tetap yang sudah ada. 3) Peningkatan kualitas aset adalah bertambahnya kualitas dari aset tetap yang sudah ada. 4) Bertambahnya volume aset adalah bertambahnya jumlah atau satuan ukuran aset yang sudah ada. Catatan atas laporan keuangan halaman -22

Pengeluaran tersebut memenuhi batas minimal nilai kapitalisasi aset tetap/aset lainnya. Beban yang dikeluarkan untuk perbaikan atau pemeliharaan aset tetap yang ditujukan untuk memulihkan atau mempertahankan economic benefit atau potensi service atas aset tetap dari performa standar yang diharapkan diperlakukan sebagai beban pada saat dikeluarkan/terjadi. c. Aset tetap yang diperoleh secara gabungan (penganggarannya dalam satu dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan/rincian kegiatan) biaya perolehan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. 5. Realisasi belanja barang dan jasa yang menghasilkan aset tetap diakui dan dicatat sebagai penambahan aset tetap. 6. Terhadap realisasi belanja modal yang kenyataannya tidak menghasilkan aset tetap tidak diakui dan dicatat sebagai penambahan aset tetap. 7. Penyusutan Nilai penyusutan diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam Laporan Operasional (LO). Seluruh aset tetap disusutkan kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, sedangkan aset tetap lainnya (hewan, tanaman, buku perpustakaan) tidak dilakukan penyusutan secara periodik melainkan diterapkan penghapusan pada saat sudah tidak dapat digunakan atau mati. Aset lainnya berupa kemitraan dengan pihak ketiga dan aset idle disusutkan sebagaimana aset tetap. Metode yang digunakan yaitu metode garis lurus dengan rumusan: Penyusutan per periode = nilai yang dapat disusutkan Masa manfaat - Nilai yang dapat disusutkan merupakan seluruh nilai perolehan aset dengan tidak memiliki nilai sisa. - Masa manfaat sebagaimana tercantum dalam tabel bab IV lampiran I Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor Tahun 2015 tentang Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. Penambahan nilai aset yang disebabkan adanya kapitalisasi atas pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap dapat menambah umur aset sesuai tabel IV lampiran I Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor Tahun 2015 tentang Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 8. Nilai aset tetap pada Neraca Tahun Anggaran 2015 adalah nilai yang telah direkonsiliasi diinternal SKPD antara pengurus barang dengan PPK SKPD dan telah direkonsiliasi dengan DPPAD selaku Pembantu Pengelola Barang. Catatan atas laporan keuangan halaman -23

9. Penghentian dan Pelepasan Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dna tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dna diungkapkan dalam CaLK. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. G. Kebijakan Aset Tak Berwujud Software yang masuk dalam kategori aset tak berwujud adalah software yang bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu dengan pengertian dapat digunakan di komputer lain. Aset tak berwujud diukur dengan menggunakan harga perolehan dan dilakukan penyusutan seperti aset tetap. H. Kebijakan Aset Lain-lain Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihek ketiga. 2. Jenis-jenis Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset lain-lain. Contoh: penghentian penggunaan aset tetap pemerintah dapat disebabkan karena rusak berat, usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal). 3. Pengakuan Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain. 4. Pengukuran Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain menurut nilai tercatatnya. Aset Lain-lain yang berasal dari reklasifikasikan aset tetap disusutkan mengikuti kebijakan penyusutan aset tetap. 5. Penyajian dan Pengungkapan Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya dna diungkapkan secara memadai di dalam CaLK. Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah faktor-faktor Catatan atas laporan keuangan halaman -24

yang menyebabkan dilakukannya penghentian penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan penggunaannya, dan informasi lainnya yang relevan. I. Kebijakan Akuntansi Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. J. Kebijakan Akuntansi Ekuitas Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset tetap dan kewajiban pemerintah. Dalam basis akrual, pemerintah hanya menyajikan satu jenis pos ekuitas. Saldo akhir ekuitas diperoleh dari perhitungan pada Laporan Perubahan Ekuitas. Ekuitas disajikan dalam Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan CaLK. 4.2. PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BERKAITAN DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM SAP PADA SKPD Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Permendagri No 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah serta Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor Tahun 2015 tentang Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Daerah, bahwa Pemerintah Daerah harus menyajikan kembali LRA, Neraca, dan Laporan Arus Kas tahun sebelumnya pada tahun pertama penerapan SAP berbasis akrual maka Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2015 disajikan secara kas menuju akrual dan secara akrual. Adapun komponen Laporan Keuangan yang dihasilkan SKPD selaku entitas akuntansi yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Neraca; Laporan Operasional (LO); Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Pelaporan keuangan harus menyajikan secara wajar dan mengungkapkan secara penuh kegiatan Pemerintah Daerah dan sumber daya ekonomis yang dipercayakan, serta menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Catatan atas laporan keuangan halaman -25