BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. performance or volitional control self regulation pada mahasiswa angkatan 2014

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan individu dimana mereka dituntut untuk belajar setiap

Lampiran 1 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB II SISTEM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai self-regulation

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu syarat untuk bisa melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

Studi Mengenai Self Regulator pada Mahasiswa Underachiever di Fakultas Psikologi Unisba

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan positif di berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. per-mei 2010 ( diinformasikan bahwa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. (Kagan & Coles, 1972; Keniston, 1970; Lipsitz, 1977, dalam Steinberg, 1993).

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penerapan asesmen formatif pada penelitian ini dilaksanakan melalui program

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

I. PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

I. PENDAHULUAN. dan berpartipasi secara aktif dalam pembangunan. Pendidikan memegang. agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 34 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan yang telah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN

Universitas Kristen Maranatha. Lampiran 1. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas. Kuesioner Self-efficacy

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan dalam upaya pengembangan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan manusia yang berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. adalah salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang ada di kota Bandung adalah salah satu dari Perguruan Tinggi yang berupaya mengembangkan pendidikan nasional umumnya dan mengembangkan individu yang tangguh dalam ilmu dan profesinya. Fakultas Psikologi adalah salah satu fakultas non eksakta yang berkembang dari waktu ke waktu dan mencetak ilmuwan atau psikolog bagi kepentingan masyarakat luas. Beberapa tahun terakhir ini di, Fakultas Psikologi merupakan salah satu bidang studi yang semakin diminati. Hal ini tampak dari peningkatan jumlah peminat dan jumlah mahasiswa Fakultas Psikologi semakin meningkat. Pada tahun 1999 jumlah mahasiswa yang masuk adalah 111 orang. Tahun 2000 jumlahnya meningkat 21 % dari tahun sebelumnya. Tahun 2001 meningkat 36 %, dan pada tahun 2002 meningkat 41,5 %, sedangkan pada 2003 terdapat kenaikan sebesar 61.6 % dan pada 2004 kenaikannya 46.25 %; kenaikan dihitung dengan 1

2 berpatokan dari tahun 1999 (Data Kemahasiswaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, periode Maret 2004). Fakultas Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan latarbelakangnya menuntut mahasiswa untuk mempunyai kemampuan teoritis serta praktis dari mahasiswanya. Idealnya Perguruan Tinggi dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan dasar dan sejumlah keterampilan khusus serta pelatihan di dunia kerja, (Brown 1998). Demikian halnya Fakultas Psikologi pun menyusun kurikulum yang menawarkan berbagai mata kuliah teori dan mata kuliah praktikum untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai ilmuwan psikologi yang unggul dalam kehidupan di masyarakat kelak. Mahasiswa berada pada masa dewasa awal, secara umum ditandai dengan kemandirian baik pribadi maupun ekonomi. Di masa dewasa awal individu diharapkan sudah mulai memiliki orientasi terhadap perkembangan karir, memilih pasangan hidup dan belajar untuk membangun hubungan yang intim bersama seseorang untuk kemudian mulai membentuk sebuah keluarga dan merawat anakanak (Santrock, 1995). Bagi seorang mahasiswa proses belajar menjadi salah satu bagian kegiatan utama mereka dalam rangka mempersiapkan memenuhi tugas perkembangan lain yang harus dipenuhi mahasiswa sebagai individu dewasa. Menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi merupakan wujud pemenuhan tugas perkembangan dewasa awal, yaitu mengembangkan kemampuan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep, oleh karena itu mahasiswa diharapkan untuk bertekun dan mencapai prestasi pendidikan yang baik sebagai usaha untuk

3 mempersiapkan karir di masa datang. Dengan seleksi melalui tes di jaring mahasiswa Fakultas Psikologi yang mempunyai kemampuan intelektual dan minat yang memadai untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di Fakultas Psikologi. Kecerdasan yang cukup memadai, mahasiswa diharapkan untuk mampu mencapai prestasi pendidikan yang memadai pula, namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Koordinator KOPERTIS Wilayah IV Jawa barat dan Banten, DR. Tresna Dermawan Kunaefi menyatakan bahwa 50% lebih mahasiswa PTS hanya berlomba untuk menyelesaikan pendidikannya tanpa memperhatikan kualitas. Prestasi yang dicapai sebagian besar mahasiswa PTS hanya berada pada kisaran rata-rata dan cenderung rendah. Beliau juga menyatakan bahwa banyak mahasiswa yang melewati batas maksimal waktu studi untuk S1, lebih dari 14 semester. Dengan demikian masih banyak mahasiswa abadi (Pikiran Rakyat, 3 Januari 2005). Kenyataan ini memprihatinkan, dunia kerja menuntut IPK yang tinggi sementara lulusan Perguruan Tinggi memiliki IPK yang rendah atau sedang. Dunia kerja juga menuntut mahasiswa siap kerja dan menghadapi beragam masalah di lapangan. Untuk itu dunia kerja memerlukan lulusan yang tidak hanya menonjol dalam bidang akademik, namun juga menonjol dalam hal soft skills. Soft skills merupakan keterampilan penting yang mengacu pada kedewasaan pribadi untuk peduli dan mengembangkan perilaku positif dan kreatif untuk menerapkan ilmu dalam ragam kondisi sosial. Fakultas Psikologi juga mengalami gejala yang sama seperti tersebut diatas. Dari data IPK mahasiswa angkatan 2000-2004

4 yang masih kuliah diperoleh data sebagai berikut(data hasil perwalian semester genap 2004/2005): Angkatan >3 % 2-2,99 % 1-1,99 % 0-0,99 % Total 2000 24 17,39 83 60,14 11 7,97 20 4,49 138 2001 22,22 84 58,33 16 11,11 12 8,33 144 2002 10,89 134 66,34 35 17,33 11 5,45 202 2003 22,78 96 53,33 33 18,33 10 5,56 180 2004 29,49 111 47,44 32 13,68 22 9,40 234 Total 20,94 508 56,57 127 14,14 75 8,35 898 Tabel 1.1. Daftar Distribusi IPK mahasiswa Angkatan 2000-2004 Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa 20,94% mahasiswa yang mencapai IPK yang baik (> 3,0) sementara hanya 22,49% (dari 14,14% IPK 1-1,99 dan 8,35% IPK 0-0,99) mahasiswa mempunyai IPK dibawah 2, gejala ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Sebanyak 56,57% mahasiswa angkatan 2000-2004 memiliki IPK antara 2-2,99. Hasil belajar seperti ini memungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Psikologi. Pada saat lulus mahasiswa tersebut nanti menghadapi permintaan pasar kerja masih mematok persyaratan IPK minimal 3. IPK 3 dianggap menunjukkan penguasaan teori dan praktek yang baik pula sehingga user dapat menjadikan mereka aset bagi perkembangan dan kemajuan lembaga atau organisasi di masyarakat.

5 Beradasarkan hasil observasi terhadap mahasiswa, soft skills yang diharapkan belum menjadi kebutuhan mahasiswa. Kolokium Fakultas Psikologi tahun 2008 juga mulai mengharapkan pengembangan soft skills dalam kurikulum Fakultas Psikologi. Soft skills yang diaharapkan adalah keterampilan yang dapat menunjang penerapan ilmu dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tampak dari usaha kreatif dan kepedulian yang tinggi pada mahasiswa untuk menjadikan ilmunya bermanfaat bagi orang lain. Hal ini dapat dilihat melalui kreatifitas ide dan kegiatan atau bentuk-bentuk tugas yang berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini akan mengembangkan kedewasaan mahasiswa dan mematangkan kepribadian. Dengan asumsi potensi yang baik namun tidak terungkap dalam prestasi dan pengembangan diri yang memadai, pihak Perguruan Tinggi perlu waspada tentang apa yang melatarbelakangi masalah tersebut. Hal yang melatarbelakangi dapat berasal dari diri mahasiswa, atau juga berasal dari lingkungan yaitu keluarga dan lingkungan sekolah, dan teman (B.C. Mills, 1972). Berdasarkan wawancara kepada dosen wali mahasiwa di setiap awal tahun ajaran baru serta data yang dimiliki oleh Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha (data dalam 3 tahun terakhir) diperoleh gambaran bahwa lingkungan keluarga dan sarana ekonomi pada umumnya cukup mendukung untuk membiayai studi dan menyediakan sarana dan prasarana untuk studi (uang saku, tempat tinggal, biaya kuliah, uang buku dan komputer, bahkan kendaraan). Fakultas Psikologi memiliki kebijakan kurikulum, proses belajar mengajar dan pendampingan yang tertata dan telah dilaksanakan untuk membantu

6 mahasiswa menjalani studi untuk mencapai prestasi belajar yang baik dan menyelesaikan studi di fakultas psikologi. Kurikulum disusun sedemikian rupa dengan materi dasar umum yang sederhana di awal yang menjadi prasyarat materi kuliah yang lain yang lebih komplek memudahkan mahasiswa mempelajari materi berikutnya. Proses pengajaran dilakukan dengan tatap muka dengan dosen dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi yang memungkinkan mahasiswa untuk banyak bertanya dan mengeksplorasi materi lebih luas dan mendalam. Fasilitas kuliah berupa ruang kuliah, sarana teknologi presentasi materi dan ruang praktikum diharapkan membantu mahasiswa untuk memahami pengetahuan dan menerapkan dalam praktikum. Proses pendampingan melalui peran dosen wali diharapkan membantu mahasiswa untuk fokus pada pendidikan dan membantu mahasiswa untuk mengatasi masalah-masalah yang mengganggu kegiatan belajar. Pada umumnya teman mendorong mahasiswa Fakultas Psikologi akan mengarahkan perilaku belajar dengan belajar kelompok, diskusi atau sekedar memberi semangat. Dengan faktor kecerdasan dan minat telah diasumsikan memadai melalui ujian saringan masuk Fakultas Psikologi. Berdasarkan hasil wawancara kepada dosen wali tersebut diperoleh data bahwa mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari 3 sebagian besar menunjukkan gejala bahwa mereka belum belajar dengan optimal. Mereka hanya belajar jika ada kuis, ujian atau pembuatan tugas. Mereka juga tidak menetapkan target nilai yang harus dicapai dalam mata kuliah yang dipilih mereka tidak memiliki perencanaan studi,

7 mereka berpikir untuk mengambil mata kuliah untuk dapat bersama dengan teman seangkatan, daripada memilih mata kuliah dan kelas dengan mempertimbangkan pembagian waktu dan energi yang efektif dan efisien. Mereka juga cenderung ragu-ragu dan kurang memiliki keyakinan bahwa mereka mampu untuk memahami dan mempraktekkan materi kuliah. Mereka belajar hanya dari materi yang diberikan oleh dosen di kelas. Mereka mengalami kesulitan belajar karena pengaruh teman yang mengajak main saat mereka seharusnya belajar atau mengikuti terlalu banyak kegiatan di luar kampus sehingga mengganggu konsentrasi belajar. Mereka tidak dapat mengendalikan diri dan lingkungan untuk mengatur waktu belajar. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki IPK lebih dari 3 menunjukkan gejala yang sebaliknya antara lain menunjukkan kemampuan merencanakan masa depan dengan target-target tertentu, memiliki energi yang tinggi untuk mencari beragam sumber pengetahuan dan aktif mengatur proses belajarnya. Gejala-gejala tersebut di atas menunjukkan kemampuan self regulation mahasiswa dalam belajar, yang berarti kemampuan individu untuk merencanakan, memonitor, mengatur dan mengelola masalah-masalah dalam belajar, memiliki energi yang mengarah pada tujuan belajar tertentu dan memiliki perilaku yang aktif dalam proses belajarnya, khususnya dalam merencanakan kegiatan belajarnya (Zimmerman, 1989). Pada proses belajar-mengajar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha diawali dengan merencanakan tentang jumlah SKS yang akan diambilnya di semester mendatang dengan melakukan kontrak saat perwalian; memonitor dalam pelaksanaan perkuliahan dengan bersungguh-sungguh

8 mengikuti kuliah sesuai jadwal. Hal ini mendasari kegiatan mahasiswa mengatur sendiri waktunya, untuk belajar dan untuk kegiatan ekstra kurikuler serta untuk menangani sendiri masalah-masalah dalam belajar. Demikian pula dalam menghadapi evaluasi belajar, baik tengah maupun akhir semester, hasil belajar yang dicapai akan menjadi dasar bagi mahasiswa untuk membuat perencanaan untuk semester berikutnya. Jika dikaji dari kondisi diri dan dan situasi lingkungan, tampaknya faktor lingkungan telah ditata oleh Fakultas Psikologi sedemikian rupa supaya membantu mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Walaupun kondisi lingkungan diatur untuk menciptakan iklim akademik yang kondusif, namun prestasi belajar tinggi yang diharapkan, ternyata tidak tercapai; dengan demikian dapat dikatakan walaupun kondisi lingkungan telah ditata dengan baik, belum tentu tidak menimbulkan efek apabila tidak diimbangi dengan kondisi diri mahasiswa yang juga dipersiapkan secara baik pula. Keberhasilan kegiatan belajar, umumnya banyak dipengaruhi oleh ketepatan perencanaan mahasiswa diawal semester, karena akan menjadi pedoman dalam kegiatan belajarnya selama semester itu. Untuk dapat merencanakan studi dengan baik diperlukan kemampuan untuk menentukan tujuan, sasaran (goal setting), (Zimmerman, 1989) yang akan dicapai pada semester berikutnya dalam bentuk Indeks Prestasi dan jumlah kredit serta mata kuliah yang akan ditempuh disemester berikutnya. Disamping itu terkait juga pada tujuan jangka panjang mahasiswa tersebut dalam bentuk Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) disaat lulus dan di masa studi. Berdasarkan wawancara dengan para dosen wali di fakultas,

9 pada saat perwalian, diperoleh gambaran bahwa mahasiswa dengan IPK kurang dari 2, menunjukkan: 30%, mahasiswa cenderung mengambil jumlah SKS maksimal, yang dapat diambil; 10%, mahasiswa cenderung untuk tidak mengulang mengambil mata kuliah yang dirasakan sulit dan mengontrak mata kuliah dari semester yang diatas; 10%, mahasiswa kurang mempertimbangkan mata kuliah prasyarat dalam menentukan mata kuliah yang akan dikontrak; 50%, mahasiswa bingung untuk menentukan mata kuliah pilihan yang akan dikontrak karena jumlah dan jenisnya yang cukup banyak, sehingga umumnya mereka mengikuti teman, atau memilih berdasarkan suka tidak suka. Kenyataan seperti tersebut diatas berpengaruh terhadap kegiatan kuliah mahasiswa tersebut, Mahasiswa kurang mampu merencanakan, membuat tujuan sehingga sulit melaksanakan rencana secara disiplin. Hal ini berkaitan dengan kurangnya kesadaran diri untuk mengembangkan soft skills dalam perencanaan belajar di perguruan tinggi juga membuat mahasiswa kurang mampu belajar dengan optimal. Dalam menyusun rencana, ternyata sebagian besar mahasiswa kurang yakin diri (self efficacy) (Zimmerman, 1989) akan dapat melaksanakan hal-hal yang sudah direncanakannya. Dengan kondisi seperti ini, maka pada waktu melaksanakan: 60%, menganggap beberapa mata kuliah sulit dan sudah berulang-ulang ditempuh tetap tidak lulus, sehingga mereka merasa tidak mampu; khususnya untuk mata kuliah Biologi, Statistik, terutama untuk mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS, mereka merasa tidak punya bekal untuk itu. Mereka merasa bingung tidak tahu harus berbuat apa lagi; 20%, menganggap tuntutan fakultas diluar kemampuan mahasiswa untuk memenuhinya bila dibandingkan

10 dengan mahasiswa lain; khususnya berkaitan dengan tugas dan bahan ujian, dengan demikian menunda utnuk menempuh mata kuliah yang dianggap sulit sampai semester akhir; 20%, merasa kurang mampu mengatasi rasa malas, menolak ajakan teman untuk rekreasi, olah raga, dan ikut dalam kepanitiaan kegiatan ekstra kurikuler, dengan demikian mereka mengikuti penentuan teman. Gejala lain yang ditemukan melalui wawancara peneliti dengan mahasiswa dengan IPK kurang dari 3 menunjukkan pula bahwa mereka sulit mencapai IPK yang diinginkan jika tidak melakukan perencanaan pelaksanaan kegiatan kuliah. Mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari 2 tidak mengatur jadwal kegiatan kuliah dan kegiatan lain, khususnya berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan. Mereka hanya menentukan jadwal kuliah, namun tidak merencanakan keseluruhan kegiatan, baik kuliah, belajar di rumah maupun kegiatan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengatur alokasi waktu untuk semua kegiatan dengan terencana. Mereka tidak mampu menunjukkan prioritas kegiatan dalam jadwal kesehariannya. Hal ini menunjukkan gejala kurangnya mahasiswa dalam melakukan strategic planning.(zimmerman, 1989) Gejala lain yang ditemukan adalah 70% mahasiswa yang memiliki IPK kurang 2 merasakan pesimis untuk mampu mencapai IPK 2. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mungkin memperoleh nilai yang bagus. Hal ini tidak memacu mereka untuk lebih gigih, namun justru melemahkan semangat mereka mengerjakan tugas dan menyiapkan ujian. Mereka cenderung mudah teralih pada kegiatan-kegiatan lain diluar kegiatan belajar. Kondisi ini menggambarkan

11 kurangnya kemampuan mahasiswa untuk mengantisipasi hasil yang akan dicapainya (outcome expectation). (Zimmerman, 1989) Gejala yang menggambarkan kurangnya intrinsic interest/value (Zimmerman, 1989) juga ditemukan pada mahasiswa. Temuannya menunjukkan 30%, mahasiswa merasa bahwa minatnya terhadap mata kuliah tertentu cenderung menurun, terutama mata kuliah biologi, faal, statistika yang dianggap membosankan. Sebanyak 30%, mahasiswa merasa bahwa mata kuliah-mata kuliah tertentu kurang bermanfaat untuk pekerjaannya kelak, 30%, mahasiswa merasa konflik karena di satu pihak merasa tidak cocok untuk melanjutkan studi di Fakultas Psikologi, namun dilain pihak merasa enggan untuk memulai studi yang baru. Sebanyak 10 % menyatakan bahwa mereka senang untuk kuliah di Fakultas Psikologi karena senang dengan lingkungan pergaulan di fakultas khususnya dan universitas pada umumnya. Gejala yang tergambar di atas merupakan gambaran tentang perencanaan (forethought) yang merupakan salah satu tahap dalam self regulation yang kemudian berlanjut pada pelaksanaan rencana (Performance or volitional control), yang diikuti dengan proses refleksi diri (Self Reflection). Proses ini berulang sebagai siklus yang terus menerus. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk merencana dari mahasiswa (tahapan Forethought dari self regulation, Zimmerman, 1989), mengingat perencanaan yang baik dan seksama tentunya dapat diharapkan akan membuahkan hasil yang baik pula. Berdasarkan survei awal peneliti yang dilakukan pada 52 orang mahasiswa Fakultas Psikologi

12 angkatan 2004, diperoleh gambaran sebagai berikut: IPK JUMLAH % 1,51-2,00 7 13,50 2,00-2,50 16 30,77 2,51-3,00 19 36,50 3,01-3,50 10 19,23 Tabel 1.2. Daftar persentase mahasiswa yang disurvei berdasarkan IPK. Seluruh mahasiswa tersebut mempunyai tujuan (goal setting) yang ingin dicapai yang cukup jelas, yaitu lulus ujian dari semua mata kuliah dalam semester yang sedang ditempuh dan akhirnya lulus sebagai sarjana Psikologi. Mahasiswa yang mempunyai IPK 2.00 2.50, memiliki tujuan yang lebih umum dan jangka panjang, yaitu lulus menjadi sarjana. Sementara mahasiswa dengan IPK antara 2.50 3.50, mengungkapkan tujuan yang lebih spesifik, tidak hanya sekedar lulus menjadi sarjana namun disertai dengan target IPK. Secara umum, rencana yang dibuat cukup spesifik dan sistimatik. Mereka merencanakan hadir kuliah secara intensif, mengikuti kuliah dengan sungguh, mencatat selengkap mungkin, melengkapi catatan dari teman, mengerjakan tugas, mencari bahan dari perpustakaan serta mempersiapkan ujian tengah semester dan akhir semester dengan baik. Disamping itu dalam rencana yang mereka buat ada juga yang mencantumkan tentang cara belajar, sendiri atau kelompok; pembagian waktu, keseimbangan dengan waktu rekreasi, mengikuti kursus bahasa Inggris dan lain lain. Mahasiswa dengan IPK 2.00 2.50 pada umumnya mempunyai rencana untuk meningkatkan kegiatan belajar dari yang selama ini sudah dijalankan.

13 Sedangkan mahasiswa dengan IPK diatas 3.00, pada umumnya mempunyai rencana untuk mempertahankan kegiatan belajarnya. Frekuensi Prosen Yakin diri untuk mencapai tujuan 8 50% Ragu-ragu untuk mencapai tujuan 8 50% 16 100% Tabel 1.3. Daftar Frekuensi mahasiswa IPK 2.00-2.50 berdasarkan aspek keyakinan diri Frekuensi Prosen Yakin diri untuk mencapai target 12 63% Ragu-ragu untuk mencapai tujuan 7 370% 19 100% Tabel 1.4. Daftar Frekuensi mahasiswa IPK 2.51-3.00 berdasarkan aspek keyakinan diri Frekuensi Prosen Yakin diri untuk mencapai target 7 70% Ragu-ragu untuk mencapai tujuan 3 30% 10 100% Tabel 1.5. Daftar Frekuensi mahasiswa IPK 3.01-3.50 berdasarkan aspek keyakinan diri IPK < 2.00 Frekuensi Prosen Suasana pergaulan 4 42,85% Karena orang tua 3 57,15% 7 100% Tabel 1.6. Daftar Frekuensi mahasiswa IPK < 2.00 berdasarkan alasan untuk tetap bertahan Dengan situasi pembimbingan dosen wali pada waktu mahasiswa mengisi KRS, dan kenyataan bahwa mahasiswa tetap mengalami kesulitan dalam

14 merencanakan yang selanjutnya mengalami kesulitan dalam menjalani kegiatan belajar di Fakultas Psikologi, dirasakan perlu tindakan untuk mengatasi ekadaan ini. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan forethought adalah melalui pelatihan. (Zimmerman, 1989) Oleh karena itu pelatihan self regulation dianggap yang dapat memberikan waktu dan kondisi khusus yang memungkinkan mahasiswa mengenal sisi internal diri, yaitu self regulation fase forethought yang menyetuh pengetahuan dan penghayatan akan perencanaan belajar. Rancangan pelatihan self regulation ini perlu diuji cobakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pelatihan self regulation fase forethought dapat meningkatkan kemampuan merencana studi mahasiswa. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Apakah terdapat perbedaan self regulation fase forethought sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa pelatihan self regulation fase forethought mahasiswa semester 2 Fakultas Psikologi di Bandung. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memproleh gambaran tentang self regulation fase forethought pada mahasiswa semester 2 Fakultas Psikologi di Bandung, sebelum dan sesudah mengikuti training self regulation fase forethought.

15 Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan self regulation fase forethought mahasiswa semester 2 Fakultas Psikologi di Bandung. 1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoretis - memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan Psikologi pendidikan, terutama tentang teori self regulation dalam proses belajar. - memperdalam teori dan prinsip-prinsip belajar untuk menyusun modulmodul pelatihan self regulation. - memberikan bahan pertimbangan untuk penelitian dengan topik serupa. 1.4.2 Kegunaan Praktis - bagi mahasiswa, pelatihan self regulation fase forethought diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam hal merencanakan diri, memotivasi diri dan berperilaku aktif dalam proses belajar dalam rangka membantu mengontrak mata kuliah dengan tepat di semester berikutnya. - bagi Fakultas Psikologi, pemahaman akan self regulation akan membantu memahami sisi internal yang menghambat proses belajar dan menjadikan pelatihan self regulation sebagai salah satu agenda pengembangan mahasiswa dalam rangka memacu mahasiswa agar dapat tepat waktu studinya.