PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN (RHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah di bidang Kehutanan kepada Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah maka perlu menetapkan Retribusi Hasil Hutan; b. bahwa untuk maksud huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2755); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4319); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 6. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 7. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 8. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3802); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 1999 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4021); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi daerah; 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 1 Tahun 2001 tentang Rencana Strategis Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 2);
Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN (RHH). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Kabupaten adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat; b. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat; c. Bupati adalah Bupati Tanjung Jabung Barat; d. Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat; e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat; f. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat; g. Kas Daerah adalah Kas Daerah Tanjung Jabung Barat; h. Hasil Hutan adalah benda-benda hayati yang dihasilkan oleh hutan berupa kayu dan bukan kayu dan turunan-turunannya; i. Hasil hutan bukan kayu adalah segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang dapat dimanfaatkan dari keberadaan hutan, seperti rotan, sagu, getah-getahan, kulit kayu, kayu putih, bambu, nipah, kayu bakar, madu, sarang burung walet dll; j. Pejabat adalah Pegawai Negeri yang ditunjuk dan diberi tugas tertentu dibidang Retribusi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
k. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan, atau Organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk Badan Usaha lainnya; l. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Kabupaten dalam rangka pemberian Izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan Sumber Daya Alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; m. Retribusi Hasil Hutan adalah Retribusi Daerah atas pengambilan Hasil Hutan berdasarkan izin yang diberikan oleh Pemerintah (IUPPH, IUHT, IPHH) kepada suatu badan atau perorangan; n. Izin Pemungutan Hasil Hutan (IPHH) adalah Izin yang diberikan untuk memungut hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu pada kawasan hutan dan Hutan Hak serta Hutan Negara diluar kawasan hutan dalam jumlah dan jenis yang ditetapkan dalam surat izin. o. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH) adalah izin yang diberikan untuk melaksanakan kegiatan pemanfatan hutan baik kayu maupun bukan kayu yang didasarkan atas asas kelestarian fungsi serta asas perusahaan yang meliputi penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan; p. Izin Usaha Hutan Tanaman (IUHT) adalah izin yang diberikan untuk melaksanakan kegiatan usaha didalam kawasan hutan produksi untuk menghasilkan produk utama berupa kayu, yang kegiatannya terdiri dari penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan tanaman. q. Wajib Retribusi adalah Badan atau Perorangan yang menurut Peraturan Perundangundangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi. r. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah rangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 2
Dengan nama Retribusi Hasil Hutan dipungut Retribusi Daerah atas Hasil Hutan yang di produksi melalui Pemberian Izin kepada Badan atau Perorangan. Pasal 3 Objek Retribusi Daerah adalah Pemungutan Hasil Hutan yang berasal dari Izin yang diberikan, meliputi : (1) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Hak Pengusahaan Hutan dikenakan : DR dan PSDH. (2) Izin Usaha Hutan Tanaman (IUHT) dikenakan : PSDH dan RHH. (3) Izin Pemungutan Hasil Hutan Alam, untuk didalam kawasan dikenakan : PSDH dan RHH dan untuk diluar kawasan dikenakan : RHH (4) Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu Tanaman Rakyat/Tanaman Perkebunan dikenakan : RHH Pasal 4 Subjek Retribusi adalah Badan atau Perorangan yang memperoleh izin yang diberikan oleh Pemerintah (IUPHH, Izin Pemungutan Hasil Hutan, IUHT dll). Pasal 5 Retribusi Hasil Hutan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu yang dipungut oleh Pejabat yang ditunjuk dan disetorkan ke Kas Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. BAB III PRINSIP PENETAPAN TARIF DAN PENGGUNAAN RETRIBUSI Pasal 6 (1) Penetapan Tarif Retribusi Hasil Hutan didasarkan atas tujuan untuk menanggulangi sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. (2) Hasil Pemungutan Retribusi diperuntukan :
a. Untuk Kas Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 55 % (lima puluh lima persen) sebagai dasar penghasilan; b. Untuk Pemerintah Propinsi Jambi 25 % (dua puluh lima persen); c. Untuk Kabupaten/Kota bukan penghasil 15 % (lima belas persen); d. Untuk Upah Pungut 5 % (lima persen). (3) Penggunaan dana Retribusi Hasil Hutan tersebut diatur lebih lanjut dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB V STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Struktur tarif Retribusi Hasil Hutan digolongkan berdasarkan satuan dan jenis Hasil Hutan digolongkan berdasarkan satuan dan jenis Hasil Hutan yang di produksi, dibedakan antara lain Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Hutan Kayu. (2) Retribusi Hasil Hutan Kayu dibedakan antara lain Hasil Hutan Kayu Alam, Hasil Hutan Kayu Tanaman dan Kayu Hasil Lelang dan Limbah Kayu Industri Sawmill. (3) Retribusi Hasil Hutan Kayu Tanaman dibedakan antara lain kayu tanaman yang berasal dari Hak Pengusahaan Hutan Industri (HPHTI) dan Izin Usaha Hutan Tanaman (IUHT) dengan kayu tanaman yang berasal dari Hutan Hak, lahan perkebunan dan kebun rakyat. Pasal 8 (1) Tarif Retribusi Hasil Hutan Kayu Alam yang berasal dari Izin Pemungutan Hasil Hutan baik didalam maupun diluar kawasan, besarnya sebagai berikut : a. Kelas Diameter 30 cm keatas Rp. 60.000,00/m³ b. Kelas Diameter 20 cm 29 cm/kbk Rp. 30.000,00/m³ (2) Tarif Retribusi kayu Tanaman yang berasal dari HPHTI, IUHT maupun dari Izin Pemungutan Hasil Hutan kayu tanaman rakyat/kebun rakyat besarnya sebagai berikut: a. Kelas Diameter 30 cm UP Rp. 15.000,00/m³ b. Kelas Diameter 20 cm 29 cm/kbk Rp. 10.000,00/m³ c. Kelas Diameter 10 cm 19 cm/bbs Rp. 5.000,00/m³ d. Kelas Non Diameter Rp. 3.000,00/m³
(3) Tarif Retribusi Hasil Hutan khusus untuk kayu hasil lelang dan penggunaan kayu limbah industri sawmill, besarnya sebagai berikut : a. Apabila kayu temuan tersebut berada dikawasan hutan maka dikenakan PSDH, DR dan Retribusi Hasil Hutan sebesar : a) Kelas Diameter 30 cm UP Rp. 60.000,00/m³ b) Kelas Diameter 20 cm 29 cm/kbk Rp. 30.000,00/m³ c) Kelas Diameter 10 cm 19 cm/bbs Rp. 15.000,00/m³ d) PSDH dan DR. b. Apabila ditemukan diluar kawasan hanya dikenakan Retribusi Hasil Hutan sebesar : a) Kelas Diameter 30 cm UP Rp. 60.000,00/m³ b) Kelas Diameter 20 cm 29 cm/kbk Rp. 30.000,00/m³ c) Kelas Diameter 10 cm 19 cm/bbs Rp. 15.000,00/m³ BAB V WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 Retribusi dipungut di wilayah tempat pengambilan Hasil Hutan dalam Kabupaten. BAB VI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 10 (1) Pembayaran Retribusi Hasil Hutan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 berdasarkan volume atau tonase hasil hutan yang di produksi yang dinyatakan dalam Laporan Hasil Produksi (LHP) yang telah disahkan oleh Petugas Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang ditunjuk untuk itu. (2) Besarnya Retribusi Hasil Hutan dinyatakan dalam Surat Keputusan Penetapan Retribusi yang diterbitkan oleh Petugas Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang ditunjuk untuk itu. (3) Retribusi Hasil Hutan disetor langsung oleh pemegang izin ke Kas Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dengan tindasan bukti setoran disampaikan kepada Kepala
Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. (4) Retribusi Hasil Hutan wajib dilunasi sebelum Hasil Hutan diangkut dari tempat pengambilan Hasil Hutan. BAB VII SANKSI ADMINISTRASI DAN KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar Retribusi hasil hutan tepat waktunya, maka kepada pemegang izin yang bersangkutan tidak diberikan pelayanan Dokumen Angkutan Hasil Hutan berupa Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). (2) Apabila terjadi keterlambatan pembayaran dengan jangka waktu yang ditentukan kepada wajib Retribusi dikenakan denda 2 % (dua persen) perbulan dari kewajibannya. Pasal 12 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan daerah, diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 10 (sepuluh) kali jumlah Retribusi terhutang. (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 13 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas. b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah. c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi daerah. d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan atau bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut dalam tindak pidana Retribusi Daerah; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi daerah; i. Memanggil seorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi dalam hal tindak pidana Retribusi Daerah; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Negara (POLRI), sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 15
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ditetapkan di Kuala Tungkal Pada tanggal 2 Desember 2002 BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT ttd USMAN ERMULAN Diundangkan di Kuala Tungkal Pada tanggal 2 Desember 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT ttd M. YAMIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : NOMOR : 30 TANGGAL : 2 Desember 2002 SERI : C NOMOR : 16