STANDAR KOMPETENSI. Kode Unit : JPI.KE

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRINSIP KONSERVASI PADA SISTEM TERMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Reka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

OLEH : Willhansen Sindhu Kamarga

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Siklus Rankine Organik Untuk Pemanfaatan Gas Buang Pada PLTU di Indonesia

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan efisiensi boiler. Rotary Air Preheater, lazim digunakan untuk

Generation Of Electricity

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISA PEMANFAATAN PANAS BUANG GENSET GAS UNTUK ABSORPTION CHILLER SEBAGAI IMPLEMENTASI EFISIENSI ENERGI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu

PRESENTASI P3 SKRIPSI PENENTUAN PARAMETER TURBIN GAS UNTUK PENAMBAHAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR DAN PENINGKATAN PERFORMA PADA BLOK 2 PLTGU GRATI

EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASHING TERHADAP EFISIENSI KOMPRESOR DAN EFISIENSI THERMAL TURBIN GAS BLOK 1.1 PLTG UP MUARA TAWAR

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68

PENGARUH UNJUK KERJA AIR HEATER TYPE LJUNGSTORM TERHADAP PERUBAHAN BEBAN DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT I BERDASARKAN PERHITUNGAN ASME PTC 4.

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

Program Studi DIII Teknik Mesin Kelas Kerjasama PT PLN (PERSERO) Fakultas Teknologi Industri. OLEH : Ja far Shidiq Permana

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

Transkripsi:

2

Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip konservasi energi Uraian Unit: Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman tentang pemanfaatan energi yang efisien dan rasional. Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi pada teknologi pengguna energi 3. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi pada proses produksi Kriteria Unjuk Kerja (KUK) 1. Jenis energi dianalisis 2. Indikator kinerja pemanfaatan energi dipahami 3. Pengoperasian fasilitas utiliti dianalisis 4. Pengoperasian fasilitas produksi dianalisis 5. Pemeliharaan dan perawatan fasilitas energi dianalisis 6. Dampak lingkungan dianalisis 1. Prinsip konservasi energi pada sistem peralatan thermal dimengerti 2. Prinsip konservasi energi pada sistem kelistrikan dimengerti 3. Prinsip konservasi energi pada sistem kendali (control) dimengerti 1. Proses produksi dianalisis 2. Neraca massa dianalisis 3. Neraca energi dianalisis 4. Parameter operasi dianalisis

1. Konservasi Energi 2. Teknologi Konversi Energi 3. Prinsip Konservasi Energi.

TOPIK BAHASAN 1 4/23/2014 5

TUJUAN KONSERVASI ENERGI Dari pengertian konservasi energi tersebut, tujuan konservasi energi adalah : Melestarikan sumber daya energi Pemanfaatan energi yang efisien: EFEKTIF EFISIEN

Pemerintah Intrumen Kebijakan - Regulasi Tujuan : Pemanfaatan energi yang Efektif dan Efisien 7

Melalui : Perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi yang efisien energi; Pemilihan prasarana, sarana, peralatan, bahan, dan proses yang secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan energi yang efisien; Pengoperasian sistem yang efisien energi. Melalui : Penerapan teknologi yang efisien energi yang memenuhi standar Wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi bagi pengguna energi 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun. Melalui kebijakan : (1) sumber daya energi yang diprioritaskan untuk diusahakan dan/atau disediakan; (2) jumlah sumber daya energi yang dapat diproduksi; (3) pembatasan sumber daya energi yang dalam batas waktu tertentu tidak dapat diusahakan

KONSERVASI ENERGI DI SISI PEMANFAATAN ENERGI Manajemen energi dilakukan dengan : (1) Menunjuk manajer energi; (2) Menyusun program konservasi energi; (3) Melaksanakan audit energi secara berkala; (4) Melaksanakan rekomendasi audit energi; (5) Melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada pemerintah. Manajer energi dan Auditor energi. PR 4/23/2014 10

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau memindahkan benda yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia dan elektromagnetika. Sedangkan sumber energi diartikan sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan energi baik secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi. Sumber Energi 4/23/2014 11

PRINSIP ENERGI Energi adalah kekal. Artinya energi tidak dapat dihasilkan atau diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Prinsip ini dikenal dengan hukum kekekalan energi atau Hukum Termodinamika Pertama. Hukum Thermodinamika Kedua : Pada perubahan satu bentuk energi ke bentuk lainnya, sebagian energi akan hilang yang dikenal dengan rugi-rugi energi, dengan kata lain tidak akan bisa energi dikonversi dengan efisiensi 100%. 4/23/2014 12

PRINSIP ENERGI Hukum Termodinamika Pertama : Energi adalah kekal Hukum Thermodinamika Kedua Tidak akan bisa energi dikonversi dengan efisiensi 100%. Prinsip ini (Hukum tertmodinamika pertama dan kedua) dipakai untuk menghitung efisiensi suatu peralatan energi. 4/23/2014 13

Aplikasi Hukum Thermodinamika Aplikasi hukum termodinamika pertama dan kedua digunakan dalam perhitungan efisiensi energi dan penentuan neraca sistem pemanfaat energi. Secara luas hukum termodinamika dapat digunakan dalam evaluasi berbagai masalah konservasi energi dan transformasi energi. Efisiensi (%) = 100 - rugi-rugi energi dalam persen bahan bakar input (%). 4/23/2014 PR 14

Neraca energi

Indikator kinerja pemanfaatan energi adalah intensitas energi atau konsumsi energi spesifik. Intensitas energi diartikan sebagai perbandingan antara : o Output dengan Input energi o Input energi dengan output o Input energi dengan input bahan baku o Input energi per periode waktu o Periode proses atau siklus waktu per proses. PR 4/23/2014 16

Satuan Indikator Kinerja Pemanfaatan Energi Indikator kinerja pemanfaatan energi dapat dinyatakan dalam : INPUT ENERGI Satuan fisik energi yang dikonsumsi seperti : o liter bbm, ton setara minyak o ton batubara, Satuan energi seperti : o kcal, kwh, o kj. OUTPUT Satuan fisik produk atau satuan energi yang dihasilkan (output) seperti : o ton produksi, kwintal o ball, meter kubik, meter. o kwh INPUT BAHAN BAKU Satuan fisik bahan baku yang digunakan seperti : o ton, kwintal o m3. Satuan periode/waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jumlah siklus proses per satuan waktu seperti : o menit o siklus proses per hari

Satuan Indikator Kinerja Pemanfaatan Energi (Lanjutan) Input Energi Dengan Output o Liter/ton; kwh/ton; kj/m3. o kwh/ton; kcal/ton; kj/m3 o kwh/ball o Kcal/kWh (heat rate) Output Dengan input Energi o ton /liter; o km/liter Input Energi dengan Input Bahan Baku o kcal/ton, kcal/kwintal o kwh/m3. Periode/waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jumlah siklus proses per satuan waktu seperti : o Tap to tap time (menit) o Heat per day (siklus proses per hari).

Manfaat Indikator Kinerja Dalam pengelolaan energi indikator kinerja digunakan untuk : Mengevaluasi efisiensi pemanfaatan energi, Memantau perubahan efisiensi energi, Mengembangkan kebijakan energi, Memfasilitasi kemungkinan energi efisiensi untuk saling dibandingkan Membuat proyeksi kebutuhan energi. Menentukan dan memonitor target efisiensi energi. Mengevalusi efektifitas program efisiensi energi. Mengembangkan kebijakan baru perbaikan efisiesi.

Faktor Mempengaruhi Kinerja Pemanfaatan Energi. Kinerja pemanfaatan energi berkaitan dengan : Level produksi Operasi pemeliharaan Teknologi peralatan/proses yang digunakan SDM.

LEVEL PRODUKSI Level produksi perusahaan dapat berubah karena berbagai faktor. Level produksi dibawah kapasitas disainnya akan mempengaruhi intensitas energi 4/23/2014 PR 21

LEVEL PRODUKSI Intensitas energi vs tingkat produksi (tipikal) Semakin tinggi tingkat produksi semakin baik intensitas energinya Oleh karena itu sistem energi sebaiknya dioperasikan sesuai kapasitasnya.

Pengoperasian & Pemeliharaan Pengoperasian dan pemeliharaan adalah salah satu faktor yg mempengaruhi kinerja dan efisiensi operasi peralatan energi Selain mempengaruhi efisiensi, pengoperasian & pemeliharaan juga mempengaruhi umur operasi peralatan. Umur peralatan produksi akan lebih panjang jika dioperasikan sesuai disain kapasitas dan dipelihara sesuai dengan prosedur yg benar, Penerapan O& M yang benar tidak menimbulkan masalah karena dengan demikian kondisi operasi yang diharapkan (bersih, dingin, kering, dengan pelumasan yang benar, dll) dapat diperoleh.

Intensitas Energi VS Level Produksi Industri terboros Industri kebanyakan Industri terbaik

4/23/2014 25

Kode Unit : JPI.KE01.001.01 Judul Unit : Menerapkan prinsip-prinsip konservasi energi Uraian Unit : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman tentang pemanfaatan energi yang efisien dan rasional. Tiga kata kunci : Pemanfaatan energi Efisiensi Rasional Pemanfaatan energi Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan energi, baik langsung maupun tidak langsung, dari sumber energi. (Ketentuan Umum PP 70).

Efisien adalah nilai maksimal yang dihasilkan dari perbandingan antara keluaran dan masukan energi pada peralatan pemanfaat energi (Penjelasan PP 70 pasal 12 ayat 1). Contoh : AC Indikator efisiensi AC split Energy efficiency ratio (EER). EER : Efek pendinginan (Btu/Jam) / Energi Input (W). Coefficient of performance (COP) COP: Efek pendinginan (kw) / Energi Input (kw). Pemanfaat energi Efisien :

Efisiensi operasi aktual = Output / Input = Energi Uap / Energi Bahan bakar PR 4/23/2014 28

Penggunaan sesuai kebutuhan menurut akal sehat. Contoh : Penggunaan energi tidak rasional Lampu luar nyala siang hari.

Dengan Katup Dengan Variable Frequency Drive

PR 4/23/2014 31

PRINSIP DASAR KONSERVASI ENERGI 1. Menghilangkan buangan energi (pencegahan). 2. Mengurangi rugi-rugi energi (recovery) 3. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi (inovasi efisiensi) 32

LANGKAH KONSERVASI ENERGI 4/23/2014 33

4/23/2014 34

Teknologi Konversi Daya & Waste Heat Recovery Teknologi Konversi Daya Waste Heat Recovery PLTU PLTG PLTD WHR

ENERGI PRIMER - LISTRIK Jenis pembangkit Size (MW) Efisiensi termal(%) Uap 200-800 30-40 Gas turbin 50-100 22-28 Combined cycle 300-600 36-50 Diesel 10-30 27-30 Nuklir 500-1100 31-34 PR 4/23/2014 36

Indikator kinerja Pembangkit Daya Indikator kinerja pembangkit daya adalah : energi (input ) yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output daya listrik. Indikator kinerja tersebut dikenal dengan : Spesific fuel consumption (SFC) liter/kwh Atau heat rate (kcal/kwh; atau kj/kwh) Efisiensi (%).

Heat rate Gross (Gross Plant Heat Rate - GPHR) : Yaitu heat rate yang dihitung dengan menggunakan output daya berupa kwh diukur pada terminal output generator pembangkit. GPHR = Heat input/kw output (kcal/kwh). Heat rate Netto (Net Plant Heat Rate - NPHR) : Yaitu heat rate yang dihitung dengan menggunakan output daya berupa kwh net diukur setelah pemakaian sendiri (own used) pembangkit. NPHR = Heat input/net kw output (kcal/kwh).

SFC berbasis beban. SFC berbasis periode. SFC berbasis beban : Yaitu SFC yang diukur pada beban tetap dengan mengukur laju (flow/jam) bahan bakar dibagi dengan daya output generator. Dengan demikian formula SFC dapat ditulis sebagai berikut : laju ( flow) bahan bakar, ( liter / h) SFC liter / kwh Output generator, ( kw) Formula SFC diatas digunakan untuk pengujian unjuk kerja (komisionong test) sebelum serah terima dan untuk mengukur efisensi individu tanpa dipengaruhi oleh perubahan beban maupun untuk mengetahui perbaikan SFC saat sebelum dan sesudah pelaksanaan overhaul. SFC berbasis periode : SFC ini diukur pada periode tertentu yaitu dengan mengukur laju (flow) bahan bakar pada periode waktu dibagi dengan output (kwh) yang dihasilkan generator selama periode waktu tersebut. Dengan demikian formula SFC berbasis periode dapat ditulis sebagai berikut : SFC Jml. b. bakar pada suatu periode waktu (liter) produksi kwh generator pada suatu periode waktu liter / kwh Formula SFC berbasis waktu di atas digunakan untuk monitoring pemakaian bahan bakar pada suatu periode, dan Untuk merencanakan penyediaan bahan bakar untuk periode yang akan datang.

Untuk menkonversikan SFC menjadi heat rate (HR) atau efisiensi termal ( th ), gunakan formula sebagai berikut : Heat Rate = SFC x HHV.. kcal/kwh HHV : Nilai Kalor Atas Bahan Bakar (kcal/liter) Efisiensi termal : th 860 100 % HR (%)

Efisiensi pembangkit didefinisikan sebagai perbandingan antara output (kwh) dengan energi input yang digunakan Secara tipikal efisiensi konversi berbagai jenis pembangkit adalah sebagai berikut : Unit pembangkit Size (MW) Efisiensi (%) Uap 200 800 30 40 Gas turbin 50 100 22 28 Combined cycle 300 600 36 50 Disel 10 30 27 37 Nuklir 500 1100 31-34

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI PEMBANGKIT : BEBAN Heat Rate vs Beban - PLTU (kcal/kwh) Beban dalam % kcal/kwh 40 992 60 1.400 80 1.812 100 2.242

Heat Rate VS Beban PLTG 100 MW Beban (%) ltr//kwhterpasang ltr/kwh kcal/kwh 10.0 0.189 1.888 16236 20.0 0.208 1.040 8944 30.0 0.225 0.750 6450 40.0 0.252 0.630 5418 50.0 0.275 0.550 4730 60.0 0.322 0.537 4618 70.0 0.353 0.504 4334 80.0 0.383 0.479 4119 90.0 0.412 0.458 3938 100.0 0.433 0.433 3723

Pembangkit daya (genset) tidak dapat memberikan performa optimum dalam setiap beban. Jika pembanmgkit dioperasikan dengan variasi beban maka konsumsi energi spesifik (Liter bbm per HP jam) akan berubah-ubah mengikuti perubahan beban.

Konsumsi energi spesifik optimum suatu genset terjadi pada kapasitas disain yaitu pada beban penuh, dan antara 80 100 % beban. Pengoperasian genset pada beban 50 % akan mengakibatkan konsumsi energi spesifik meningkat sekitar 10 % dibandingkan dengan energi spesifik pada beban penuh. Pembebanan parsial atau kurang dari beban penuh mengakibatkan konsumsi energi spesifik genset meningkat. Pada beban 25 % konsumsi energi spesifik meningkat sekitar 30 hingga 50 % dibandingkan dengan energi spesifik pada beban penuh.

Rugi-rugi Teknik (Technical loss) Contoh Genset Neraca Energi Mesin Genset

TRANSFORMASI ENERGI Energi Primer. di hulu : 4 unit Eff pembangkit : 0.3 1.2 unit Eff. Transmisi & distribusi : 0.84 Energi final di Meter Konsumen: 1 unit Di peralatan pemanfaat akhir: Lampu : 0.1-0.7 unit energi Motor : 0. 85 unit energi Pompa : 0.6 unit energi

4/23/2014 48

WHB Waste heat recovery Heat pump Heat recovery technology Absortion refrigerator Air preheater Heat exchanger Economizer Heat pipe

TEKNOLOGI DAUR ULANG PANAS Kinerja Energi Derah kerja s/d 300 o C Aplikasi Digunakan di textile drying dan foundry exhaust Keuntungan Proses heat transfer cepat dan pertukaran kalornya merata

Fan ventilasi dengan heat pipe exchanger Perpindahan panas antara udara luar (32 C) dengan udara sejuk (25 C) dari ruangan yang dikondisikan. Dengan heat recovery dari heat exchanger 5 C, maka beban ventilasi berkurang sebesar : (27 25)/(32 25) = 28 %.

52

Type heat exchanger untuk low pressure fluid. Terdiri dari plat perpindahan panas multiple layer. Dapat memanaskan air (40-50) C dari sumber gas buang suhu (50-60) C Karakteristik heat exchanger tersebut dapat diaplikasikan untuk menghemat energi.

54 Untuk aplikasi suhu tinggi s/d 1300 O C Udara dapat dilakukan panas mula s/d 850 O C Konstruksi terdiri dari tabung-tabung pendek silicon carbide dengan flexible seals Biaya investasi tinggi

SELF RECUPERATIVE BURNER 56 Recuperative Burners dioperasikan secara berpasangan, satu Burner untuk Pembakaran Burner yang lain untuk Menyimpan Kalor. Kalor yang tersimpan untuk pemanasan awal udara pembakaran Proses ini akan berlangsung bolak-balik secara periodik

57 REKUPERATOR REGENERATIF

59 21-25 Juli 2003

4/23/2014 61

Kontrol putaran VVVF VF TEKNOLOGI KONTROL Optimum load control Group operation control Optimum control divice Siquence control divice Power demand control energy monitoring divice Power factor control

Rugi-rugi energi ke cerobong dan efisiensi pembakaran boiler dapat diperkirakan sebagai fungsi dari suhu gas buang dan excess air atau O2 dengan menggunakan grafik sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut.

Konservasi Energi : Pembakaran optimum, dampak lingkungan minimum.

? Fuel Emisi = bahan bakar x faktor emisi Faktor bahan bakar terdapat dalam tabel Untuk batu bara: Batubara dari berbagai negara memiliki faktor emisi yang berbeda (tabel)

? Fuel A Fuel B Bahan bakar yang berbeda memiliki Different fuels have different emission factors Emisi = bahan bakar A x faktor A + bahan bakar B x faktor B (tabel)

? Listrik Emisi = penggunaan listrik x faktor emisi listrik untuk negara, yang menghasilkan listrik (tabel)

? Heat/power Bahan bakar Hitung emisi dari penghasil listrik (seperti biasa) Kurangi emisi dari energi/panas/tenaga listrik yang diekspor Tambahkan emisi dari tenaga listrik yang diimpor (dikalkulasi seperti biasa)

Ya tapi hanya transportasi bahan baku, bahan bakar, produk dll (bukan transport personel / staf) dan hanya transportasi yang diorganisir dan dibayar oleh perusahaan

? +? 12.000 t batubara dari China Emisi proses: 1500 t CH4 Faktor Emisi dari batu bara China adalah 1.52 t CO2/t batubara (tabel 9) Emisi CO2 emisi dari bahan bakar 12.000 x 1.52 = 18 240 t GWP dari CH4 adalah 21 (table 8) CO2 ekuivalen yang diemisikan dalam bentuk CH4 adalah: 1500 x 21 = 31 500 t Total emisi GHG sebagai CO2 ekuivalen adalah: 18 240 + 31 500 = 49 740 t