Besaran Porsi, Citra Tubuh dan Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Putri Usia Tahun di Pondok

dokumen-dokumen yang mirip
Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN BODY IMAGE REMAJA PUTRI DI ASRAMA PUTRI SANGGAU MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

FREKUENSI KONSELING GIZI, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PERUBAHAN BERAT ENERGI PROTEIN (KEP) DI KLINIK GIZI PUSKESMAS KUNCIRAN, KOTA TANGERANG

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWI-SISWI OQ MODELLING SCHOOL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UMUR MENARCHE DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI KELAS I DAN II SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

PERBEDAAN KONSUMSI CAIRAN, BESARAN ENERGI MINUMAN, DAN BERAT JENIS URINE PADA MURID

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK SADARI PADA SISWI SMA ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak. abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI AKADEMI KEBIDANAN CIPTO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

SKRIPSI HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT), WAIST TO HIP RATIO (WHR) DAN TINGKAT KONSUMSI PADA VEGETARIAN PUTRI DI SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

Oleh SHOFI IKRAMINA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat terjadi pada abad 21.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti


Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SURAT PERNY AT AAN ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI MAHASISWI PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM YOGYAKARTA

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN LEMAK DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KOTA BITUNG

Transkripsi:

Besaran Porsi, Citra Tubuh dan Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Putri Usia 14 17 Tahun di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Islamic College, Kedoya Utara, Jakarta Barat Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/besaran-porsi-citra-tubuh-dan-perubahan-indeks-massa-tubuh-imt-rem aja-putri-usia-14-17-tahun-di-pondok-pesantren-asshiddiqiyah-islamic-college-kedoya-utara-jakarta-barat / // BESARAN PORSI, CITRA TUBUH DAN PERUBAHAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) REMAJA PUTRI USIA 14 17 TAHUN DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, KEDOYA UTARA, JAKARTA BARAT Diana Sari 1, Idrus Jus at 2, Titus Priyo H 3 1 PT. Kalbe Nutritionals Jakarta 2 Department of Nutrition Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University 3 Polytechnic of Health Jakarta II, Department of Nutrition, Ministry of Health, Republic of Indonesia Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 idrus.jus at@esaunggul.ac.id Abstract Adolescent is a period in which the teenagers become very concerned about their bodies appearance. Every woman s dream is to have an ideal body shape. A person will feel more confident when they have an ideal body shape. The aims of this study is to determine the relationship between number of servings and body image with the change in body mass index in young women aged 14-17 years at boarding school Asshiddiqiyah Islamic College, North Kedoya, Jakarta. This study is an associative research experiment, which consisted of two groups; experimental group and control group. The samples of this study are 72 respondents. Pearson correlation test was used to analyze the data. We found that the relationship between the addition of energy intake (average 175 kcal) and nutrititional status were not page 1 / 5

significant with r= 0.885 and p-value= 0.194. Whereas, the relationship between the addition of protein intake (average 95 kcal) and nutritional status were not significant with r= 0.890 and p-value= 0.146. Mostly the female student consumed additional food portion given by steward boarding school ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE. However, this did not give more effect to the majority of female students at boarding school ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, because they did not concern about their body image. Keywords: body image, body mass index, adolescent Abstrak Masa remaja merupakan masa dimana remaja sangat memperhatikan penampilan tubuh mereka. Bentuk tubuh yang ideal merupakan idaman bagi setiap remaja putri. Dengan bentuk tubuh yang ideal, seseorang akan merasa lebih percaya diri. Tujuan Penelitian ini mengetahui hubungan antara besaran porsi dan citra tubuh dengan perubahan Body Mass Index remaja putri usia 14-17 tahun di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE. Penelitian ini bersifat asosiatif,yang merupakan penelitian eksperimen, dimana terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 responden. Analisa data yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson. Dari hasil uji korelasi, didapatkan bahwa hubungan antara penambahan asupan energi (Rata-rata 175 kkal) dengan status gizi akhir responden tidak signifikan dengan nilai r = 0,885 dan nilai P = 0,194. Sedangkan hubungan antara penambahan asupan protein (Rata-rata 95 kkal) dengan status gizi akhir responden, diperoleh hasil yang tidak signifikan dengan nilai r = 0,890 dan nilai P = 0,146. Siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, pada umumnya menghabiskan penambahan porsi yang diberikan. Hal ini tidak memberikan pengaruh kepada sebagian besar siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, karena siswi tersebut tidak terlalu memperhatikan dan mempermasalahkan bentuk tubuh mereka. Kata kunci: citra tubuh, bentuk tubuh, remaja Pendahuluan Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang cepat disertai perubahan fisiologis dan mental. Remaja page 2 / 5

umumnya bertambah dalam tinggi dan berat badan hingga enam tahun setelah mencapai menarche (kedatangan haid pertama). Pada masa itulah, remaja merasa bertanggung jawab dan bebas menentukan makanannya sendiri, dan tidak lagi ditentukan oleh orang tua. Pada waktu bersamaan, kelompok usia ini sangat intensif bergaul dengan teman teman dan mempersiapkan diri untuk masa depan sebagai orang dewasa (Anwar,2006). Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial / tingkah laku. Periode ini merupakan kurun waktu yang paling menarik dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan yang semula dapat dikatakan seragam, secara tiba-tiba mengalami peningkatan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan-perubahan fisik dalam masa ini akan berlangsung menurut urutan/ sekuen yang sama (Sayogo, 2006). Dalam proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot pada anak perempuan cenderung serupa dengan anak laki-laki, yaitu lemak tubuh sekitar 19 % dari berat badan total pada anak perempuan dan 15 % pada anak laki-laki. Selama masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak pada remaja putri sehingga pada masa dewasa, lemak tubuh perempuan kurang lebih 22 % dibanding 15 % pada laki-laki dewasa (Sayogo, 2006). Tubuh ideal merupakan idaman setiap orang, baik pria maupun wanita, remaja maupun orang dewasa bahkan orang yang telah lanjut usia. Gizi lebih dapat mempengaruhi penampilan/fisik seseorang. Selain itu, gizi lebih juga dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes mellitus, kanker, hiperkolesterolemia, serta hipertrigliserida (Purwati, 2001 dlm Rachmawany 2005). Masalah masalah yang sering dihadapi oleh para remaja seperti: (1) Anoreksia Nervosa, dimana penderita didorong oleh perasaan takut gemuk dan memaksa tubuhnya agar menjadi kurus, padahal mungkin ukuran tubuhnya sudah proporsional. (2) Bulimia Nervosa, dimana penderita merasa lapar terus menerus dan makan sebagai pelampiasan emosinya. Akibat dari makan yang berlebihan ini, tubuhnya menjadi gemuk. Setelah disadari bahwa tubuhnya gemuk, penderita memutuskan untuk tidak makan selama beberapa hari dan berusaha untuk memuntahkan kembali setiap makanan yang telah disantapnya Anak remaja biasanya senang untuk makan di luar rumah dan umumnya menyukai aneka jenis fast foods (cepat saji) atau junk foods (makanan tidak bergizi). Jadwal makan yang tidak teratur menyebabkan orang tua berpikir bahwa makanan anaknya tidak cukup bergizi. Rata rata sekitar seperempat total intake kalori remaja berasal dari snacks (Anwar, 2006). Di DKI Jakarta, prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada anak yang berumur 6-12 tahun ditemukan yang mengalami obesitas sekitar 4 %, pada remaja yang berumur 12-18 tahun ditemukan 6,2 % dan pada umur 17-18 tahun 11,4 %. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada remaja putri (10,2 %) dibandingkan dengan remaja laki-laki (3,1 %) (Depkes RI,2003). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat Dep kes RI, sebanyak 210 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2000, diperkirakan penduduk mengalami obesitas sekitar 76,7 juta penduduk (36,5 %), sedangkan penduduk yang menderita obesitas jumlahnya lebih dari 9,8 juta penduduk (4,7 %). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di DKI Jakarta, tingkat prevalensi obesitas pada anak remaja yang berusia 12-18 tahun ditemukan sebanyak 6,2 % (Sjarif,2000). page 3 / 5

Pada remaja di Amerika, prevalensi tentang gizi lebih (obesitas) lebih banyak terjadi pada remaja yang berusia 12-17 tahun, 27 % anak-anak dan 21 % remaja yang mengalami gizi lebih. Pada saat ini 54 % anak-anak dan 39 % remaja menderita kegemukan. Dengan tren yang ada selama ini yang juga dipengaruhi oleh lingkungan maka diperkirakan 70 % remaja yang gizi lebih akan menderita kegemukan pada saat mereka dewasa (Khomsan, 2002 dlm Rachmawany 2005). Berdasarkan studi yang dilakukan di Amerika hampir 70 % remaja wanita mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing padahal hanya 15 % yang mengalami kegemukan, sebaliknya pada remaja pria 59 % menginginkan tubuh yang berisi karena merasa dirinya kurus, padahal hanya 25 % yang benar-benar kurus (Khomsan, 2002 dlm Rachmawany 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara besaran porsi dan citra tubuh dengan perubahan Body Mass Index (BMI) remaja putri usia 14 17 tahun di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, Kedoya Utara, Jakarta Barat. Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, Kedoya Utara, Jakarta Barat, yang berlangsung selama 9 hari yang akan dimulai pada tanggal 2 7 Maret 2009 dan diadakan pemantauan berat badan kembali pada tanggal 10 12 Maret 2009. Penelitian asosiatif ini merupakan penelitian eksperimen atau percobaan, dimana dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok yang dikenai perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (kelompok kontrol). Jenis rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen sungguhan (true experiment), dengan menggunakan rancangan pretespostes dengan kelompok kontrol (Pretest Postest with Control Group). Dalam rancangan ini dilakukan secara randomisasi, yaitu pengelompokan anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara acak atau random. Kemudian pada hari pertama sebelum dilakukannya intervensi atau perlakuan, dilakukan pretes (01) pada kedua kelompok tersebut, yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan (BB) terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan intervensi atau perlakuan (X) pada kelompok eksperimen. Intervensi atau perlakuan adalah dengan memberikan tambahan porsi kepada kelompok eksperimen. Tambahan porsi yang diberikan berasal dari sumber karbohidrat dan sumber protein hewani. Penambahan porsi untuk sumber karbohidrat dilakukan selama 5 hari berturut-turut, sedangkan untuk penambahan porsi dari sumber hewani hanya dilakukan selama 3 hari yang diberikan secara bergantian. Kemudian pada hari keempat dan hari keenam dilakukan postes (02) pada kedua kelompok tersebut,yaitu dengan cara dilakukan penimbangan berat badan adalah sebagai berikut : page 4 / 5

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Besaran Porsi, Citra Tubuh dan Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Putri Usia 14 17 Tahun di Pondok Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer ini terdiri dari hasil w(bb) kembali. Berikut ini merupakan bentuk rancangan pretest-postest with control group awancara yang dilakukan dengan siswi Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, Kedoya Utara, Jakarta Barat. Hal-hal yang diwawancarakan ini meliputi: Identitas dari responden tersebut, Food Recall 1 x 24 jam selama 5 hari berturut-turut, FFQ (Food Frequency Quantity), Berat Badan, Tinggi Badan, Status Gizi (IMT). Uji Statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji korelasi, yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Uji korelasi ini akan menjelaskan besar / kekuatan hubungan antara dua variabel. Pola hubungan kedua variabel tersebut sebelumnya dapat dilihat pada scatter atau diagram tebar. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pada kelompok umur, responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 17 tahun sebanyak 26 siswi (36,1 %) bila dibandingkan dengan kelompok umur 16 tahun sebanyak 22 siswi (30,6 %), kelompok umur 15 tahun sebanyak 21 siswi (29,2 %), dan kelompok umur 14 tahun sebanyak 3 siswi (4,2 %) dengan jumlah total keseluruhan responden adalah 72 responden. Rata-rata responden berumur 15.99. (lihat tabel 1). Tabel 1 Karakteristik Responden Variabel Mean ± SD Umur 15.99 ± 0.911 BB Awal 52.4 ± 10.4 BB Akhir 52.7 ± 10.4 TB 153.4 ± 5.2 page 5 / 5