Jakarta, 24 Februari 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DAN POSISI IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN DI ERA PEMERINTAHAN BARU

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

TATA RUANG LAHAN GAMBUT

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Pembangunan Kehutanan

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

SASARAN DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

Disampaikan Oleh : Ir. Muhajir, MS Kepal Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang Saddang

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016

PEMBANGUNAN KEHUTANAN DALAM RPJMN

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RAKORNIS Badan Litbang dan Inovasi Balikpapan, Juni 2015

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Rapat Konsolidasi Koordinator RPPI Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Hotel Permata, Bogor 26 Mei 2015

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

PENATAAN KORIDOR RIMBA

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA KERJA RPPI PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran BAB II STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Hariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah:

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

PERUBAHAN KEBIJAKAN DALAM PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

Transkripsi:

Jakarta, 24 Februari 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015

Tema Pengembangan Wilayah Kalimantan 1. Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan : a. meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi; serta b. mengembangkan sistem pengendalian bencana alam banjir dan kebakaran hutan; 2. Lumbung energi nasional dengan : a. pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, b. pengembangan energi baru terbarukan berbasis biomassa dan c. air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA masing-masing provinsi; 3. Pengembangan industri berbasis komoditas : a. kelapa sawit, karet, b. bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa; 4. Menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional. (Perpres Nomor 2 Tahun 2015) Buku III RPJMN 2015-2019 Hal. 1-10 (28)

Arah Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Pulau Kalimantan 1) Kebijakan mewujudkan kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45 persen dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia meliputi: a. Pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati, tumbuhan dan satwa endemik kawasan; b. Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan konservasi; c. Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan d. Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung; e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis DAS; f. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya. g. Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan (Perpres Nomor 2 Tahun 2015) Buku III RPJMN 2015-2019, Hal. 352

Lanjutan... 2) Kebijakan mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional melalui pengembangan sentra pertanian tanaman pangan dan sentra perikanan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. 3) Kebijakan mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup 4) Kebijakan mewujudkan pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional: Sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kepala sawit, karet, dan hasil hutan; dan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi; serta kota tepi air (waterfront city); dan prasarana dan sarana perkotaan berbasis mitigasi bencana banjir. 5) Kebijakan mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah dilakukan melalui pengembangan jaringan transportasi antarmoda yang terpadu dan efisien untuk menghubungkan kawasan produksi komoditas unggulan menuju bandar udara dan/atau pelabuhan, dan antarkawasan perkotaan, serta membuka keterisolasian wilayah. 6) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan Pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.

Program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Perpres Nomor 2 Tahun 2015) 1. Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 2. Penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan 3. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan 4. Pengelolaan sampah, limbah dan bahan beracun berbahaya 5. Pengendalian DAS dan Hutan Lindung 6. Pengendalian perubahan iklim 7. Perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan 8. Planologi dan Tata Lingkungan 9. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan 10. Penelitian dan pengembangan LH dan Kehutanan 11. Peningkatan penyuluhan dan pengembangan SDM 12. Pengawasan dan peningkatan akuntanbilitas aparatur bidang lingkungan hidup dan kehutanan 13. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemen LHK Matrik Kementerian dan Lembaga RPJMN 2015-2019, Kementerian LHK Hal. 573-623

SASARAN STRATEGIS KEGIATAN PEMBANGUNAN LHK WILAYAH KALIMANTAN (Perpres Nomor 2 Tahun 2015) 1. Penanganan DAS yang meliputi: pemulihan kesehatan dan peningkatan perlindungan mata air di 4 DAS Prioritas, salah satunya DAS Kapuas; 2. Mengurangi luasan lahan kritis, melalui rehabilitasi di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH); 3. Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang sudah disusun ke dalam RTRW; 4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pemulihan kesehatan DAS melalui pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), pengembangan ekowisata skala kecil, serta hasil hutan bukan kayu (HHBK); 5. Meningkatnya populasi satwa terancam punah; 6. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi termasuk perlindungan kawasan karst, gambut, dan mangrove; 7. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan cepat dan baik serta menurunkan jumlah hot spots kebakaran hutan;

8. Penyelesaian pengukuhan/penetapan kawasan hutan 100 persen (s/d 2014 50,33 % terhadap kawasan hutan di Kalimantan); 9. Tata batas /rekonstruksi batas kawasan hutan (40.000 km seluruh Indonesia, Kalimantan = 13.320 km) ; 10. Operasionalisasi KPH (21 KPH Model yang terdiri dari 17 KPHP dan 4 KPHL, dari 111 KPH yang sudah ditetapkan); 11. Peningkatan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui pola HTR/HKm/HD, Hutan Adat dan HR (dari 500.000 ha pada tahun 2014 menjadi 12.700.000 ha pada tahun 2019 untuk seluruh indonesia). 12. Peningkatan produksi kayu bulat dari hutan tanaman, hutan alam dan hutan rakyat dalam periode 2015-2019 (5 tahun); 13. Meningkatnya penanganan perubahan iklim, baik berupa kegiatan mitigasi untuk menurunkan emisi GRK Nasional sebesar mendekati 26 persen pada tahun 2019, maupun kegiatan adaptasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim. 14. Dalam rangka mendukung program surplus beras sebesar 10. juta ton, Kemen LHK menyiapkan pencadangan lahan seluas 307.700 ha : di Kalteng 178.572 ha, Kaltim 9.922 ha, Kalbar 119.376 ha

Substansi Kehutanan Dalam Tata Ruang Perubahan kawasan hutan dalam Revisi RTRWP Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dengan masing masing nomor : SK. 435/Menhut-II/2009 (Kalimantan Selatan) SK. 529/Menhut-II/2012 (Kalimantan Tengah) SK. 554/Menhut-II/2013 (Kalimantan Timur)* SK. 936/Menhut-II/2013 (Kalimantan Barat) Keterangan : *) Kalimantan Utara masih menginduk dengan Kalimantan Timur Instrumen penyelesaian RTRWP : 1. Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2013 tanggal 18 September 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan RTRWP dan Kabupaten/Kota; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tanggal 2 Januari 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang

Latar belakang Peraturan Bersama 4 Kementerian/Lembaga a. Bahwa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-IX/2011, penguasaan hutan oleh negara harus memperhatikan dan menghormati hak-hak atas tanah masyarakat. b. Bahwa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45/PUU-IX/2011, pengukuhan kawasan hutan harus dituntaskan untuk menghasilkan kawasan hutan yang berkepastian hukum dan berkeadilan; c. Bahwa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012, hutan adat bukan merupakan hutan negara; d. Bahwa pada tanggal 11 Maret 2013 telah ditandatangani Nota Kesepakatan Bersama (NKB) tentang Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia oleh 12 Kementerian/Lembaga Negara

Penyelesaian penguasaan tanah yang berada dalam kawasan hutan (Fasos, Fasum dan Permukiman) Pemohon adalah orang-perorangan, pemerintah, badan sosial/keagamaan, masyarakat hukum adat yang memiliki bukti hak atas tanah atau bukti penguasaan atas tanah Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) adalah kegiatan pendataan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang diolah dengan sistem informasi geografis sehingga menghasilkan peta dan informasi mengenai penguasaan tanah oleh pemohon Tim IP4T diketuai oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau Kepala Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi untuk lintas Kabupaten/ Kota.

Sumber: Perber 4 K/L Tgl 17 Okt 2014 Pemohon Hak Akses/Ruang Kelola Bersama (HKm, HD, Kemitraan) Pemerintah Kabupaten/ Kota BPN Pembuktian Klaim Pihak Ketiga - Peta Kawasan Hutan - Peta penggunaan tanah saat ini - Surat Keterangan yg dimiliki Tidak Penelitian Data Fisik dan Data Yuridis ** Ya Peta Penggunaan, Penguasaan Tanah dan tekstual. Kementerian Kehutanan Surat pernyataan penguasaan fisik tanah secara sporadik (kades + 2 saksi) Perubahan Batas Kawasan Hutan/RTRW Penegasan/ Pengakuan Hak dari BPN Penerbitan Tanda Bukti Hak

MODEL REKONSTRUKSI Sumber: SKB 3 Menteri dengan Ka. BPN Pemohon Pemerintah Kabupaten/ Kota BPN+KEHUTANAN Pembuktian Klaim Pihak Ketiga - Peta Kawasan Hutan - Peta penggunaan tanah saat ini - Surat Keterangan yg dimiliki Surat dari Kemenhut kepada BPN akan disampaikan dalam bentuk peta kerja yang diberi baju SK Tidak Penelitian Data Fisik dan Data Yuridis Kementerian Kehutanan Ya IP4T + 20 th, diberikan SP2BFT - 20 Th, masuk kegatan RA Perubahan Batas Kawasan Hutan Penegasan/ Pengakuan Hak dari BPN Penerbitan Tanda Bukti Hak

TERIMA KASIH

6.7.4 Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana PENINGKATAN KONSERVASI DAN TATA KELOLA HUTAN SASARAN 1. Konservasi Hutan a. Meningkatnya populasi 25 spesies satwa terancam punah (sesuai red list of threatened IUCN) sebesar 10 persen sesuai baseline data tahun 2013 dalam rangka pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; b. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi seluas 20,63 juta ha termasuk perlindungan kawasan karst, gambut, dan mangrove; c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan cepat dan baik serta menurunkan jumlah hot spots kebakaran hutan; dan d. Peningkatan kualitas data dan informasi keanekaragaman hayati. 2. Tata Kelola Hutan a. Penyelesaian pengukuhan/penetapan kawasan hutan 100 persen; b. Penyelesaian tata batas kawasan dan tata batas fungsi sepanjang 40.000 km; c. Operasionalisasi 629 KPH yang terdiri dari 347 KPHP, 182 KPHL, 50 Taman Nasional, dan 100 KPHK bukan Taman Nasional (TN); dan d. Peningkatan kemitraan dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui pola HTR/HKm/HD, Hutan Adat dan HR (dari 500.000 ha pada tahun 2014 menjadi

6.7.2 Ketahanan Air SASARAN Sasaran utama pembangunan ketahanan air adalah sebagai berikut: 1. Penanganan DAS yang meliputi: penyelesaian status DAS lintas negara, pemulihan kesehatan dan peningkatan perlindungan mata air di 4 DAS Prioritas (DAS Ciliwung, DAS Citarum, DAS Kapuas, dan DAS Siak) dan 26 DAS Prioritas lainnya melalui konservasi sumber daya air secara vegetatif, pembangunan embung, pembangunan dam pengendali dan penahan, gully plug, serta sumur resapan di daerah hulu DAS; 2. Mengurangi luasan lahan kritis, melalui rehabilitasi di dalam KPH seluas 5,5 juta hektar; 3. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pemulihan kesehatan DAS melalui pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), pengembangan ekowisata skala kecil, serta hasil hutan bukan kayu; 4. Internalisasi 108 Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang sudah disusun ke dalam RTRW;

PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP SASARAN 1. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup, yang tercermin di dalam Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) menjadi sebesar 66,5-68,5 pada tahun 2019; dan 2. Meningkatnya role model sikap dan perilaku hidup masyarakat yang peduli terhadap alam dan lingkungan. Buku I RPJMN 2015-2019 Agenda Pembangunan Nasional hal 260 (6-169)

PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM DAN PENYEDIAAN INFORMASI IKLIM DAN INFORMASI KEBENCANAAN SASARAN Adapun sasaran yang ingin dicapai pada penanganan perubahan iklim dan penyediaan informasi iklim dan informasi kebencanaan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya penanganan perubahan iklim, baik berupa kegi-atan mitigasi untuk menurunkan emisi GRK sebesar mendekati 26 persen pada tahun 2019 di lima sektor prioritas, yaitu: kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri dan limbah, maupun kegiatan adaptasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim di 15 (lima belas) daerah rentan; 2. Meningkatnya sistem peringatan dini cuaca dan iklim, serta kebencanaan; 3. Tersedianya data dan informasi untuk mendukung penanganan perubahan iklim; dan 4. Meningkatnya kecepatan dan akurasi data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika (MKG) Buku I RPJMN 2015-2019 Agenda Pembangunan Nasional hal 264 (6-173)

PENINGKATAN KONSERVASI DAN TATA KELOLA HUTAN PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM DAN PENYEDIAAN INFORMASI IKLIM DAN INFORMASI KEBENCANAAN

Strategi yang ditempuh adalah: 1. Melakukan percepatan pengukuhan kawasan hutan melalui penataan batas, pemetaan dan penetapan, yang melibatkan berbagai pihak; 2. Membentuk dan mewujudkan unit manajemen yang handal di tingkat tapak pada seluruh kawasan hutan dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) untuk mendukung fungsi produksi, lindung dan konservasi dikelola secara optimal, efisien, dan efektif; 3. Meningkatkan kapasitas pengelola KPH sehingga mampu melakukan kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan; dan 4. Meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara masyarakat, termasuk masyarakat adat, dengan pemerintah dalam pengelolaan kawasan hutan Buku I RPJMN 2015-2019 hal 171

Peningkatan produksi kayu dalam periode 2015-2019 (5 tahun) adalah: a. Meningkatnya produksi kayu bulat dari hutan alam menjadi 29 juta m3; b. Meningkatnya produksi kayu bulat dari hutan tanaman menjadi 160 juta m3; c. Meningkatnya produksi kayu hutan rakyat menjadi 100 juta m3; d. Meningkatnya nilai ekspor produk kayu menjadi USD40,37 miliar.

A. Arah Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Pulau Kalimantan 1. Kebijakan mewujudkan pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional: a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kepala sawit, karet, dan hasil hutan; b. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi; c. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai kota tepi air (waterfront city); dan d. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan berbasis mitigasi bencana banjir. 2. Kebijakan mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yangdapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah dilakukan melalui pengembangan jaringan transportasi antarmoda yang terpadu dan efisien untuk menghubungkan kawasan produksi komoditas unggulan menuju bandar udara dan/atau pelabuhan, dan antarkawasan perkotaan, serta membuka keterisolasian wilayah. 3. Kebijakan mewujudkan kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45 persen dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia meliputi: a. Pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan; b. Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan konservasi; c. Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan d. Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggukawasan berfungsi lindung; e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis DAS; f. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya. g. Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran SungaiTerpadu (RPDAST) yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.

6-46 4. Kebijakan mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional melalui pengembangan sentra pertanian tanaman pangan dan sentra perikanan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. 5. Kebijakan mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup meliputi: a. Percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan negara dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup; dan b. Pemertahanan eksistensi 4 (empat) pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Sebatik, Pulau Gosong Makassar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia. 6. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi: a. Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan b. Pengembangan KSN untuk meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional. Buku III RPJMN 2015-2019 Hal. 352 (6-45)