Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Compactor Sumber: lit 1

Gambar 2.1 Bucket Wheel Excavator (B.W.E.) Sumber: [lit.11, 2015]]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8)

BAB III PERAWATAN DUMP TRUCK HINO FM 260 JD

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Meja Angkat Sistem Mekanik Sumber: (Lit. 4)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Gambar 2.1 Compactor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancang Bangun Simulasi Pergerakan Rear Dump dan Side Dump Secara Mekanis pada Dump Truck Dengan Remote Control (Wireless) ( Pembuatan )

Gambar 2.1 Hand Pallet Sumber: (Lit. 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa (2.1, Lit. 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

RANCANG BANGUN SIMULASI PROTOTYPE WHEEL LOADER PELEPAS RODA DENGAN SISTEM MEKANIS (PERAWATAN) Oleh : AGUNG RIZKI SALAS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

RANCANG BANGUN MESIN POLES POROS ENGKOL PROYEK AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

Mulai. Pengumpulan Data

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III LANDASAN TEORI

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

Gambar 2.1 Sepeda Ontel Sumber: (2)

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m). Dump Truck biasa digunakan untuk mengangkut material alam seperti tanah, pasir, batu split, danjugamaterial olahan seperti beton kering pada proyek konstruksi. Umumnya material yang dimuat padadump truck oleh alat pemuat seperti excavator backhoe atau loader. Untuk membongkar muatan material bak dump truck dapat terbuka dengan bantuan sistem hidrolik. Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6 2.1.2 Jenis-jenis Dump Truck Ada terdapat beberapa faktor yang digunakan dalam penentuan jenis-jenis dump truck, yaitu: 1. Berdasarkan cara mengosongkannya 2. Berdasarkan muatannya : A. Beban muatan B. Volume muatan 6

7 3. Berdasarkan tenaga penggerak drive 1. Berdasarkan cara mengosongkannya A. End Dump atau Rear Dumpjenis dump truck yang memiliki cara pengosongan bak yang mana muatannya dibuang kebelakang. Gambar 2.2 Dump Truck Rear Dump Sumber:Lit 7 B. Side Dump jenis dump truck yang memiliki cara pengosongan bak yang mana muatannya dibuang kesamping. Gambar 2.3 Dump Truck Side Dump Sumber:Lit 8 3. Bottom Dump jenis dump truck yang memiliki cara pengosongan bak yang mana muatannya dibuang melalui bawah bak.

8 Gambar2.4 Dump Truck Bottom Dump Sumber:Lit 9 2. Berdasarkan Muatan A. Besar Muatan a. Dump Truck Ukuran Kecil: Dump truck yang memiliki kapasitas angkut maksimum 25 ton. b. Dump Truck Ukuran Sedang: Dump Truck yang memiliki kapasitas angkut maksimum 25 sampai 100 ton. c. Dump Truck Ukuran Besar: Dump Truck yang memiliki kapasitas angkut maksimum lebih dari 100 ton. d. 2. Volume Muatan f. Dump truck ada dua golongan ditinjau dari besar muatannya: g. On High Way Dump Truck, muatannya dibawah dari 20 m3. h. Off High Way Dump Truck, muatannya diatas 20 m3. 3. Berdasarkan Tenaga Penggerak Drive A. Front Wheel Drive (tenaga penggerak pada roda depan), lambat dan lekas aus bannya. Gambar 2.5 Front Wheel Drive Sumber:Lit 10

9 B. Rear Wheel Drive (tenaga penggerak pada roda belakang), merupakan tipe yang paling umum digunakan. Gambar 2.6Rear Wheel Drive Sumber:Lit 11 C. Four Wheel Drive (tenaga penggerak pada roda depan dan belakang). Gambar 2.7 Four Wheel Drive Sumber:Lit 12 D. Double Rear Wheel Drive (tenaga penggerak pada dua pasang roda belakang). Gambar 2.8 Double Rear Wheel Drive Sumber:Lit 13

10 2.1.3 Cara Kerja Dump Truck 1. Gerakan Travelling (Gerakan Jalan) Gerakan yang dimaksud di sini adalah gerakan dari dump truck untuk berjalan mengangkut muatan dari satu tempat menuju tempat lain untuk memindahkan dan menumpahkan muatan tersebut. Gerakan tersebut dimulai dari suatu sumber tenaga yang dinamakan dengan mesin penggerak. Mesin ini akan memutar poros penggerak, kemudian melalui kopling akan menggerakkan transmisi roda gigi yang diatur oleh handle gigi. Transmisi ini memutar roda-roda dump truck untuk berjalan dan memindahkan muatan, melalui poros propeller dan gigi diferensial. Gambar 2.9 Gerakan Travelling Sumber:Lit 14 2. Gerakan Dumping atau Menumpahkan Muatan Pada saat menumpahkan muatan dengan pengangkatan bak, dump truck menggunakan sistem hidrolis. Sistem ini merupakan pemindah daya dengan menggunakan zat cair atau fluida sebagai perantaranya. Sistem hidrolis merupakan pengubahan tenaga dari tenaga hidrolis menjadi mekanis. Dengan gerakan dumping yang berprinsip kerja sistem hidrolis tersebut, muatan akan dengan mudah meluncur ke bawah. Saat memiringkan muatan tersebut sistem hidrolis didapatkan dari mesin penggerak kemudian diteruskan pada mekanisme roda gila

11 untuk menggerakkan pompa hidrolik. Pompa tersebut akan mendorong atau mengalirkan fluida menuju katup pengontrol. Dari katup inilah aliran fluida akan diatur oleh tekanan minyak oli yang masuk ke dalam silinder hidrolik. Tekanan minyak yang telah diatur tersebut akan mendorong silinder hidrolik untuk menumpahkan muatan material yang ada dalam bak truck. 2.1.4 Bagian-bagian Dump Truck Gambar 2.10 Gerakan Dumping Sumber:Lit 15 Gambar 2.11 Bagian-bagian Dump Truck Sumber: Lit 16

12 Keterangan: 1.Canopy Spill Guard 2.Dump Body 3. Rock Ejector 4. Final Drive 5. Rear Wheel 6. Hoist Cylinder 7. Hydraulic Tank 8. Front Wheel 2.2 Rumus-rumus yang digunakan 2.2.1 Motor Listrik Motor listrik berfungsi sebagai tenaga penggerak yang digunakan untuk menggerakkan dump. Penggunaan dari motor listrik ini disesuaikan dengan kebutuhan daya dari mesin tersebut, yaitu daya yang diperlukan dalam proses pengangkatan dump. Jika n 1 (rpm) adalah putaran dari motor listrik dan T (Nm) adalah torsi pada motor listrik, maka besarnya daya P (kw) yang diperlukan untuk menggerakkan sistem yaitu: P = T 2π N 60... (Lit. 2) P = Daya Motor Listrik(Watt) T = Torsi Motor Listrik (Nm) N = Putaran Motor Listrik (rpm) 2.2.2 Proses Pengeboran Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun non logam yang masih pejal atau material yang sudah berlubang. Proses pengeboran dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. N = 1000 Vc π d... (Lit. 3)

13 N Vc D = Putaran Bor (rpm) = Kecepatan Potong (m/menit) = Diameter Bor (mm) 2.2.3 Perhitungan Pengelasan Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua material dengan menggunakan media seperti elektroda. Maka dari itu akan dihitung kekuatan dari pengelasan dengan perhitungan sebagai berikut. F = A. τ g... (Lit. 5) F = Gaya yang terjadi (N) A = Luas Penampang (mm) τ g = Tegangan geser las (N/mm 2 ) M = F. e... ( Lit. 5) M = Momen lentur (N/mm) F = Gaya yang terjadi (N) e = Panjang benda yang dilas (mm) τ l = M z τ l M z... ( Lit. 5) = Tegangan bengkok las (N/mm2) = Momen bengkok (Nmm) = Momen tahanan terhadap lentur (mm3) τ max = 1 (σ l) 2 + 4 τ 2 g... (Lit. 5) 2 τmax = Tegangan maksimum las (N/mm2) τ l τ g = Tegangan lentur las (N/mm2) = Tegangan geser las (N/mm2)

14 2.2.4 Perhitungan Baut Baut dan mur merupakan komponen yang penting dalam suatu rangkaian alat simulasi ini, untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan maka dihitung tegangan geser pada baut dengan menggunakan rumus: τg = F... (Lit. 4) A τg = Tegangan Geser ( N/ mm 2 ) F = Beban ( N ) A = LuasPenampang (mm 2 ) 2.2.5 Perhitungan Poros Untuk menentukan diameter poros yang akan digunakan maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus berikut: d = dg 2 + db 2.(Lit. 4) d dg db = Diameter (mm) = Diameter Geser (mm) = Diameter Bending (mm) 2.2.6 Perhitungan Buckling pada Tuas Pengangkat Karena tuas pengangkat pada dump akan menerima tegangan tekan yang searah sumbu, maka tuas pengangkat akan menerima tegangan bucklingyang akan dihitung dengan menggunakan rumus berikut : σ bk = F bk A... (Lit. 2) σ bk = Tegangan Buckling(N/mm 2) F bk = Gaya Buckling (N) A = Luas Penampang (mm 2)

15 2.2.7 Perhitungan Dudukan Motor Servo Dalam membuat dudukan motor servo maka perlu dihitung tegangan bengkok yang terjadi pada dudukan motor dengan menggunakan rumus berikut : σ b = Mb... (Lit. 3) WB σ b = Tegangan Bengkok (N/mm 2 ) Mb = Momen Bengkok (N/mm) WB = Momen Tahanan Bengkok (mm 3) 2.2.8 Perhitungan Kesetimbangan Kesetimbangan adalah sebuah kondisi dimana resultan semua gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah nol. Dengan kata lain, semua benda berada dalam kesetimbangan jika semua gaya dan momen yang dikenakan padanya setimbang. Pernyataan ini dicantumkan dalam persamaan kesetimbangan, yaitu: ΣF x = 0 ΣF y = 0ΣM = 0... (Lit. 3) ΣF x = Jumlah gaya pada x (N) ΣF y = Jumlah gaya pada y (N) ΣM = Jumlah moment yang berkerja (Nm) 2.3 Maintanance 2.3.1 Pengertian Maintanance Maintenance atau perawatan adalah suatu usaha atau tindakan reparasi yang dilakukan agar kondisi dan performance dari mesin tetap terjaga, namun dengan biaya perawatan yang serendah - rendahnya atau suatu kegiatan servis untuk mencegah tidak normal sehingga umur alat dapat mencapai atau sesuai umur yang direkomendasikan oleh pabrik. Kegiatan servis meliputi pengontrolan, penggantian, penyetelan, perbaikan dan pengetesan.

16 2.3.2 Tujuan dari Maintanance Tujuan dari melakukan maintenance ialah: 1. Agar suatu alat selalu dalam keadaan siaga siap pakai (high availiability) 2. Memiliki kemampua nmekanis paling baik (best performance) 3. Agar biaya perbaikan alat menjadi hemat (reduce repair cost) 2.3.3 Klasifikasi dari Maintenance Maintenance terbagi menjadi dua bagian yaitu Preventive Maintenace dan juga Corrective Maintenance dapat lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.12 Klasifikasi Maintenance. Berikut penjelasan tentang kedua jenis maintenance tersebut. Maintenance Periodic Mintenance Schedule Overhaul Condition Based Maintenance Preventive Maintenance Corrective Maintenance Repair & Adjustment Breakdown Maintenance Gambar 2.12 Klasifikasi Maintenance Sumber: Lit 13 1. Preventive Maintenance Preventive Maintenance adalah perawatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan timbulnya gangguan atau kerusakan pada alat. Preventive Maintenance terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

17 A. Periodic Maintenance Periodic Maintenance ialah pelaksanaan service yang dilakukan setelah unit beroperasi dalam jumlah jam tertentu. B. Schedule Overhaul Schedule Overhaul adalah jenis perawatan yang dilakukanpada interval tertentu sesuai dengan standar overhaul masing-masing komponen yang ada. C. Conditioned Based Maintenance Conditioned Based Maintenance adalah jenis perawatan yangdilakukan berdasarkan kondisi unit yang diketahui melaluiprogram Analisa Pelumas (PAP), Program Pemeriksaan Mesin(PPM), Program Pemeliharaan Undercarriage (P2U) atau Program Pemeriksaan Harian (P2H).Conditioned Based Maintenance juga dapat dilakukan berdasarkan Part and Service News (PSN) atau Modification Program yang dikeluarkan pabrik. 2. Corrective Maintenance Corrective Maintenance adalah perawatan yang dilakukan untuk mengembalikan machine kekondisi standar melalui pekerjaan repair (perbaikan) atau adjustment (penyetelan). Corrective Maintenance terbagi menjadi dua bagian, yaitu: A. Breakdown Maintenance Breakdown Maintenance adalah perawatan yang dilaksanakan setelah machine breakdown (tidak bisa digunakan). B. Repair and Adjusment

18 Repair and Adjusment adalah perawatan yang sifatnya memperbaiki kerusakan yang belum parah atau machine belum brakedown (tidak bisa digunakan).