MATERI PPM PEMROGRAMAN CNC Mesin Bubut TU-2A Threading & Grooving (Fungsi G78, dan G86)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMROGRAMAN CNC Program Sub-Routine (Fungsi G25, dan G27)

Materi PPM PEMROGRAMAN CNC Mesin Bubut TU-2A Siklus Drilling (Fungsi G73, G81, G82. G83 dan G85)

MATERI PPM PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM CNC (Metode, Struktur, dan Eksekusi Program)

MATERI PPM APLIKASI FUNGSI G02 DAN G03 MESIN BUBUT CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI PPM PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM PADA MESIN MILLING CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAHASA, METODE DAN STRUKTUR PROGRAM CNC (Aplikasi untuk Mesin Bubut CNC)

MATERI PPM PEMROGRAMAN MESIN CNC INTERPOLASI MELINGKAR (FUNGSI G02)

PEMROGRAMAN CNC TU-2A Penggantian Alat Potong (M06) Oleh: Dr. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

SETTING TITIK-TITIK REFERENSI PADA MESIN CNC ET-242 (Titik Nol Benda, dan Titik Nol Pahat)

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MESIN CNC TU-3A

MATERI PPM PENGOPERASIAN MESIN CNC ET-242 (Sistem Persumbuan dan Tombol pengendali Mesin) Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN BUBUT CNC TU-2A

MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN BUBUT CNC TU-2A

MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN FRAIS CNC TU-3A

MATERI KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

MATERI KULIAH CAD-CAM PENGOPERASIAN CAD-CAM TURNING ( Fungsi G01, G84, G02 & G03 dan Proses Finishing)

DASAR-DASAR PEMROGRAMAN MESIN BUBUT CNC TU-2A

DASAR-DASAR PEMROGRAMAN MESIN FRAIS CNC TU-3A

MATERI PPM PRINSIP KERJA DAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA MESIN BUBUT CNC TU-2A Oleh: Dr. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

DAFTAR PUSTAKA. Emco (1988), Petunjuk Pemrograman dan Pelayanan EMCO VMC-100, Austria: EMCO MAIER & Co.

TEORI DASAR MESIN BUBUT CNC (Computer Numerical Control)

TEORI DASAR MESIN FRAIS CNC (Computer Numerical Control)

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MESIN MILLING CNC (EMCO CNC VMC- 100/200) Oleh: Dr. Dwi Rahdyanta FT-UNY

DAFTAR PUSTAKA. Anonim(2006). Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Struktur Sistem Kemas, Jakarta: Erlangga

LANGKAH-LANGKAH PENGOPERASIAN CAD/CAM (EMCOTRONIC-EDV754) Oleh: Dr. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

1. Langkah-langkah untuk menghidupkan mesin CNC, adalah? a. Tekan tombol R b. Tekan tombol U c. Tekan tombol I d. Tekan tombol JOG e.

KEGIATAN BELAJAR : Membuat Program di Mesin Bubut CNC

MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI. CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

PEMROGRAMAN CNC. Program adalah sejumlah perintah dalam bentuk kode yang dipakai untuk mengendalikan mesin.

Secara garis besar mesin Milling CNC dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Prinsip Kerja dan Pengoperasian

BAB 12 MEMAHAMI MESIN CNC DASAR

Dasar Pemrograman Mesin Bubut CNC Type GSK 928 TE

Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

MATERI KULIAH CNC Memasang Pahat. Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PERBEDAAN WAKTU PENGERJAAN PADA PEMOGRAMAN INCREMENTALDAN ABSOLUTE PADA MESIN CNC MILLING TU 3A. Aep Surahto 1)

MATERI KULIAH CNC Instruksi pengoperasian Mesin Frais CNC

Mesin frais CNC TU-3A

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

BAB II LANDASAN TEORI

CREATED BY: Fajri Ramadhan,Wanda Saputra dan Syahrul Rahmad

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2

BAB I. Pengenalan Perangkat Lunak CAD/CAM dan Mastercam versi 9

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

MESIN BUBUT CNC ET 242. A. BAGIAN BAGIAN UTAMA DAN KONTROL MESIN ET bagian utama

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

A. Mesin gergaji bolak-balik (Hacksaw-Machine) Mesin gergaji ini umumnya memiliki pisau gergaji dengan panjang antara 300 mm sampai 900 mm dengan

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

BAB II LANDASAN TEORI

Pengefraisan Roda Gigi Helik/Miring

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

MODUL PRAKTIKUM NC/CNC SEMESTER GANJIL 2017/2018

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING)

MENGOPERASIKAN MESIN CNC (DASAR)

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

MODUL PRAKTIKUM NC/CNC SEMESTER GANJIL JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOBSHEET CNC DASAR. No. JST/MES/MES322/ 07 Revisi : 02 Tgl : 16 Agustus

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Oleh: Fikri Yoga Pemana Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Moch. Rameli

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

MODUL PEMBELAJARAN BIDANG KEAHLIAN : TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK MESIN PERKAKAS PROGRAM DIKLAT : PEKERJAAN PERMESINAN TINGKAT : II ( DUA )

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

Mesin sekrap disebut pula mesin ketam atau serut. Mesin inidigunakan untuk mengerjakan bidang-bidang yang rata, cembung, cekung,beralur, dan

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal.

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB VI Mesin Shaping I

Materi 5. Mengoperasikan mesin bubut CNC untuk membuat benda kerja

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN MENGEDIT PROGRAM MESIN CNC

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

MATERI KULIAH CNC Memasang Cekam dan Benda kerja Mesin Frais CNC

Transkripsi:

A. Pendahuluan MATERI PPM PEMROGRAMAN CNC Mesin Bubut TU-2A Threading & Grooving (Fungsi G78, dan G86) Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Pengertian dari pemrograman adalah memasukkan data numerik ke memori mesin untuk membuat bentuk benda kerja. Sedangkan data yang berupa urutan perintah secara rinci setiap blok per blok untuk memberi tahu mesin CNC tentang apa yang harus dikerjakan disebut program CNC. Secara garis besar untuk dapat menyusun program pada mesin CNC diperlukan penguasaan dalam dua hal, yaitu: 1) metode pemrograman, dan 2) bahasa pemrograman. 1. Metode pemrograman Metode pemrograman yang digunakan untuk pengoperasian mesin CNC ada dua macam yaitu metode inkrimental dan absolut. a. Metode Inkrimental Adalah suatu metode pemrograman dimana titik referensinya selalu berubah, yaitu titik terakhir yang dituju menjadi titik referensi baru untuk ukuran berikutnya. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut ini : Gambar1. Skema metode Inkrimental 1

b. Metode Absolut Adalah suatu metode pemrograman dimana titik referensinya selalu tetap yaitu satu titik/tempat dijadikan referensi untuk semua ukuran berikutnya. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini. Gambar 2. Skema metode Absolut 2. Struktur pemrograman Suatu program CNC terdiri dari tiga bagian utama yaitu: persiapan, isi dan penutup. Bagian persiapan memuat kedudukan atau setting awal alat sayat, metoda pemrograman yang digunakan dan perintah memutar spindel (M03). Bagian isi memuat program proses pengerjaan benda kerja, dan pada bagian penutup memuat perintah spindel mesin berhenti (M05) dan perintah program selesai (M30). Pada mesin bubut TU-2A pemrograman dapat dilakukan dengan menggunakan satuan mm atau inchi. Sedangkan untuk jalannya gerakan diprogram tanpa titik desimal dalam 1/100 mm atau 1/1000 inchi. B. Siklus Penyayatan Ulir (G78) Fungsi G78 : Perintah siklus penyayatan ulir. Artinya mesin akan melaksanakan pemotongan ulir secara siklus sampai selesai. 1. Format Fungsi G78 Format : N... G78 X... Z... K... H... F... N : nomer blok G78 : perintah siklus pembuatan ulir X : Diameter yang dituju / gerak melintang (0,01 mm) Z : Gerak memanjang (0,01 mm) K : Kisar ulir (0,01mm) 2

H : Kedalaman pemakanan (0,01 mm) 2. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan sebelum penyayatan ulir : o Menghitung tinggi ulir yang akan disayat o Memasukkan nilai tinggi ulir pada pemrograman CNC o Menentukan hubungan kisar ulir dengan putaran spindel mesin. 3. Cara menghitung tinggi ulir Sebelum penyayatan ulir dilaksanakan terlebih dahulu harus menetukan tinggi ulir (h). Harga h ini nantinya dimasukkan keprogram sebagai harga x. Untuk menghitung besarnya h harus diketahui kisar ulir (Pitch) yang akan dibuat. Tinggi ulir dapat dihitung dengan ketentuan standart ISO : Tinggi ulir untuk ulir luar h = 0,6134x P ; P = Pitch = kisar ulir Tinggi ulir untuk ulir dalam h = 0,5413x P Untuk mencari tinggi ulir dapat juga dilakukan dengan cara membaca tabel hubungan kisar ulir dengan tinggi ulir. 3

4. Cara menggunakan tabel hubungan kisar ulir dengan tinggi ulir. a. Pilih kolom kisar ulir/ Pitch sesuai dengan kisar ulir yang akan dibuat, misal : M16 x 1; berarti besarnya kisar ulir = 1 mm. b. Pindah kekolom tinggi ulir (h) sesuai dengan kisar ulir 1 mm, maka akan diperoleh nilai h= 0,613, selanjutnya nilai h akan dimasukkan pada pemrograman ulir sebagai harga x. 5. Cara menggunakan tabel hubungan kisar ulir dengan putaran spindel mesin. a. Pilih kolom kisar ulir/ pitch sesuai nilai dengan kisar ulir yang akan dibuat, misal : M16 x 1 ; kisar ulir = 1mm. b. Pindahkan kekolom putaran spindel mesin sesuai dengan kisar ulir yang dibuat antara 0,5-1, maka diperoleh nilai putaran spindel mesin = 500 rpm, selanjutnya putaran spindel mesin diatur maksimum 500 rpm, karena kalau melebihi putaran tersebut program akan berhenti. 4

6. Contoh Program Penyayatan ulir : N G/M X Z F H 00 92 2200 100 01 M06 00 00 T00 02 M03 03 84 1600-1700 35 100 04 00 1400 100 05 01 1400 0 06 01 1600-100 35 07 01 1400-1100 35 08 01 1400-1200 35 09 01 1400-1700 35 10 01 2200-1700 35 11 00 3000 5000 12 M05 13 M06-172 -84 T02 14 M02 15 00 1700 100 16 78 1477-1300 K100 20 17 00 3000 5000 18 M05 19 M06 0 0 T04 20 00 2200 100 21 M30 5

C. Siklus pembuatan alur Alur celah (grooving) dapat dibuat dengan perintah fungsi G86. 1. Format Fungsi G 86. Format : N... G86 X... Z... F... H... N : nomer blok G78 : perintah siklus pembuatan alur X : Diameter yang dituju / gerak melintang (0,01 mm) Z : Gerak memanjang (0,01 mm) F : Feeding (Kecepatan asutan mm/menit) H : Lebar pahat alur (0,01 mm) 2. Proses siklus pengaluran dapat dilihat pada gambar samping. Urutan gerakan penyayatan : a. Gerakan penyayatan maju dengan G01 b. Gerakan mundur dengan G00 c. Gerakan kesamping kiri dengan G00 d. Gerakan dilanjutkan sampai Z yang dituju dan akan kembali ke posisi awal. N G X Z F H 00 92 2200 100 01 M06 0 0 T00 02 M03 03 84 2000-2600 35 100 04 00 3000 3000 5000 05 M05 6

06 M06-107 -389 T02 07 M03 08 00 2200-400 09 25 L20 10 00 2200-1200 11 25 L20 12 00 2200-2000 13 25 L20 14 00 3000 5000 15 M05 16 M06 0 0 T04 17 00 2200 100 18 M30 20 91 21 86-600 -400 35 300 22 90 23 M17 7

Sumber Bacaan: Emco (1988), Petunjuk Pemrograman dan Pelayanan EMCO TU-2A, Austria: EMCO MAIER & Co. Frommer, Hans G. (1985). Practical CNC-Training for Planning and Shop (part2 : Examples and exercise). Germany: Hanser Publishers. Hayes, John H. (1985). Practical CNC-Training for Planning and Shop (part1; Fundamental). Germany: Hanser Publishers. Love, George, (1983), The Theory and Practice of Metalwork (thord edition), Terjemahan (Harun A.R.), Longmand Group Limited. Pusztai, Joseph and Sava Michael, (1983). Computer Numerical Control. Virgina: Reston Publishing Company, Inc. 8