HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

EFEKTIVITAS POSISI TANGAN PENOLONG DALAM PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA KALA II PERSALINAN DI RSIA Bunda arif PURWOKERTO TAHUN 2013

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BPS NY. ALIMAH KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM NY. NATALIA KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

SIMONGAN SEMARANG BARAT TAHUN 2015 ARTIKEL

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

CUT ROSMAWAR¹ ¹Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR PADA PERSALINAN FISIOLOGIS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN ATIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

PERINEUM NORMAL TAHUN Disusun oleh : PROGRAM

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal

HUBUNGAN UMUR IBU DAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI BPS NY

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Jurnal Siklus Volume 6 No 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang kelima. Indonesia berada

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda di Surakarta

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PARITAS IBU DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN KEJADIAN ROBEKAN PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARATU KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015.

GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSI IBNU SINA BUKITTINGGI TAHUN 2014.

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

Frekuensi Kunjungan ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM DENGAN PROSES KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RSUD SIDOARJO. Abdul Muhith *) ABSTRAK

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIGRAVIDA DI RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIPARA DI PUSKESMAS TEGALREJO

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

PERBEDAAN BERAT BADAN LAHIR DAN NILAI APGAR BAYI PADA IBU PARITAS TINGGI DAN PARITAS RENDAH DI RSUD CILACAP TAHUN 2016

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

PENGARUH DERAJAT ROBEKAN PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN BERAT BAYI DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN FISIOLOGIS DI RB LILIK SIDOARJO

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN POST DATE DI RSUD BANGKINANG TAHUN 2012

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO TAHUN 2013

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010 Oleh: Lysa Destiati 1 dan Fitria Prabandari 2, 1,2 Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Telp 081326666703, email fitriaoptimisselalu@yahoo.co.id ABSTRACT Postpartum haemorrhage can happened by hurt of path delivery, that one of them can from rupture perineum. Rupture can happened at first delivery and not rarely at the next delivery. The causes of rupture perineum s insidense, one of it by a big of newborn baby weight and parities. This research purpose to know a relationship between a newborn baby weight and parities with rupture perineum at spontaneous delivery at RSIA Bunda Arif Purwokerto in 2010. This research was descriptive correlation research with approachment cross sectional. The population of this research was all of spontaneous delivery mother at RSIA Bunda Arif and the sample used was purposive sampling that amount 252 peoples. The method of data analyze used Chi Square test. The known research results: 1) The most baby who born with spontaneous delivery was a enough weight newborn baby (BBLC) as much as (77 %). 2) The most of spontaneous delivery mother was delivery mother who multipara as much as (55,20%). 3)Spontaneous delivery mother who delivered, the most of them experience rupture perineum that was as much as (67,1%). 4) The result of newborn baby weight and rupture perineum s statistic analyze obtained p-value as many as 0,000 < 0,05 that means Ho pushed away and Ha acceptance, while the result of parities and rupture perineum s analyze obtained p-value as many as 0,000 < 0,05 that means Ho pushed away and Ha acceptanced. There is a relationship between a newborn baby weight and parities with rupture perineum at spontaneous delivery. Keywords : Newborn baby weight, parities, and rupture perineum PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Angka kematian ibu dan perinatal akibat kehamilan yang terjadi setelah persalinan sebanyak 60% dan 50% kematian ibu pada

masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama post partum (Saifuddin, 2001). Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Peristiwa dalam bidang kebidanan yang dapat menimbulkan perdarahan adalah gangguan pelepasan plasenta, atonia uteri postpartum dan perlukaan jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri (Wiknjosastro, 2007). Perdarahan yang banyak dapat terjadi karena ruptur perineum yang dialami selama proses melahirkan baik yang normal maupun dengan tindakan (Oxorn, 2003). Ruptur merupakan robeknya kontinuitas suatu jaringan, sedangkan ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat persalinan. Penyebab terjadinya ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor maternal dan janin (Cunningham, 2000). Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya ruptur perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu, kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum hal ini disebabkan oleh karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar (Wiknjosastro, 2007 & Saifuddin, 2002). Penyebab dari faktor maternal yang paling utama adalah partus presipitatus, perineum kaku, arcus pubis yang sempit, paritas, dan perluasan dengan episiotomy, pada saat proses persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Perineum yang masih utuh pada primi maka akan mudah terjadi robekan (Henderson, 2006), biasanya perineum tidak mendapat tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Ibu yang pernah melahirkan anak lebih dari satu atau multipara memiliki resiko yang lebih kecil untuk mengalami ruptur perineum karena perineum yang lebih elastis daripada primipara (Wiknjosastro, 2007). Perineum meregang pada saat persalinan pada saat itulah dapat terjadi ruptur, terkadang selain terjadi ruptur perineum spontan dapat terjadi juga robekan karena tindakan untuk mempermudah kelahiran (Oxorn, 2003). Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga jangan

sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat (Sumarah, 2008). Ruptur perineum yang sering terjadi dalam persalinan terdiri dari berbagai tingkatan antara lain ruptur perineum derajat satu yaitu mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tingkat dua mengenai kulit perineum dan otot perineum, tingkat tiga mengenai sfingter ani dan tingkat 4 mengenai sampai mukosa rectum. Ruptur yang luas lebih sering terjadi pada primipara ( 4% ), berat badan lahir lebih 4 kg (2%), posisi oksipitoanterior (3%), kala dua yang lama (4%) dan kelahiran dengan forceps (7%) (Liu, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Persalinan spontan adalah apabila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 2001). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar melalui vagina secara spontan pada kehamilan cukup tanpa bantuan alat dan tidak terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan presentasi belakang kepala berlangsung dalam kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2000). Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran (Oxorn, 2003). Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan lahir pada saat masih berada dalam kandungan, terdiri dari tiga faktor yang mempengaruhi yaitu faktor maternal, fetal dan plasental. Dengan memperhatikan hal di atas ternyata keadaan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin banyak sekali dan sangat kompleks. Berat badan lahir pada janin yang berat badannya melebihi 4000 gram pada umumnya tidak akan menimbulkan kesukaran persalinan, akan tetapi apabila dijumpai pada kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada postmaturitas) dapat menyebabkan distosia sehingga seringkali akan menyebabkan ruptur perineum (Wiknjosastro, 2007). Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada

proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur (Saifuddin, 2002). Paritas adalah frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Salmah, dkk, 2006). Paritas adalah pengalaman wanita berkaitan dengan kehamilan, abortus, persalinan prematur, dan persalinan aterm serta anak yang hidup. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengalaman orang tersebut (Manuaba, 2002). Paritas dikatakan tinggi bila sering, ibu atau wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga orang anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman di tinjau dari kematian ibu. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian ibu yang lebih tinggi (Wiknjosastro, 2007). Pada persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Jaringan lunak jalan lahir dan struktur di sekitarnya akan mengalami kerusakan pada setiap persalinan. Kerusakan pada setiap persalinan lebih nyata terdapat pada wanita nulipara karena jaringan pada nulipara lebih padat dan lebih rapuh (resisten) dari pada wanita multipara (Bobak, 2005). Daerah perineum wanita ada yang bersifat elastis, tapi dapat juga ditemukan perineum yang kaku, terutama pada wanita yang baru mengalami kehamilan pertama (primigravida) (Henderson, 2006). Ruptur perineum spontan adalah perlukaan jalan lahir atau robekan perineum secara tidak sengaja karena persalinan dan terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2007). Ruptur perineum banyak terjadi pada setiap persalinan yang kemungkinan terjadi karena adanya banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ruptur perineum seperti partus presipitatus, paritas, varikosa pelvis, persalinan operatif pervaginam, janin besar, letak sungsang, distosia bahu dan posisi dan cara pimpinan persalinan yang salah oleh penolong dapat menjadikan faktor pencetus ruptur perineum saat persalinan pada semua ibu bersalin (Wiknjosastro, 2007 & Oxorn, 2003).

METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan sumber data sekunder yaitu dengan melihat catatan pada rekam medis yang berisi persalinan spontan, berat badan lahir, paritas dan ruptur perineum yang di peroleh dari rekam medis rumah sakit. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin spontan yang tercatat dalam catatan persalinan di RSIA Bunda Arif Purwokerto selama satu tahun yaitu tahun 2010 sebanyak 680 ibu bersalin spontan. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu dimana pengambilan kriteria hanya yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 252 ibu bersalin spontan. Data yang sudah terolah, akan dianalisis dalam berbagai bentuk analisis. Menentukan hasil penelitian menggunakan analisis univariat dan juga bivariat dengan menggunakan uji statistik SPSS Windows 17.0. Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses analis yang menggunakan analisis data Chi Square. Analisa dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat yaitu analisa dengan menggunakan distribusi frekuensi. Dengan distribusi frekuensi kita dapat mengetahui prosentase suatu kelompok terhadap seluruh pengamatan. Setelah data di dapatkan maka dilakukan perhitungan prosentase. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variable Independent dan variable dependent yaitu hubungan antara berat badan lahir bayi dan menggunakan uji chi square dengan cara komputerisasi melalui program SPSS (Santjaka, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Berat badan lahir Distribusi berat badan lahir di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010 adalah dibawah ini: BBLR 12,3% BBLSR 4,4% BAYI BESAR 6,30% Bayi Besar=16 orang BBLC 77% BBLC=194 orang BBLR=31 orang BBL BBLSR=11 orang Diagram 1 : Gambaran Berat Badan Lahir yang dilahirkan oleh Ibu Bersalin pada Persalinan Spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto 2010. Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa ibu bersalin yang paling banyak adalah ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan berat lahir cukup (BBLC) yaitu 194 orang (77,00%), sedangkan ibu bersalin yang paling sedikit adalah ibu bersalindengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah 11 orang (4,4%). Berat badan lahir bayi banyak di sebabkan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya pada saat janin masih berada dalam kandungan, hal tersebut dapat disebabkan oleh karena gizi ibu hamil, keadaan sosial ekonomi, paritas, keadaan plasenta dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan, sttus gizi, keadaan ekonomi dan lingkungan sangat berbengaruh terhadap berat badan janin pada saat ibu hamil sehingga mempengaruhi keadaan dan berat janin. Menurut teori yang disebutkan oleh Hassan, dkk (2007), salah satu hal yang mempengaruhi berat badan lahir dari faktor ibu adalah gizi ibu hamil, paritas, umur serta keadaan sosial ekonomi. Status gizi ibu hamil yang rendah sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi janin yang di kandung, akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan dengan berat badan lahir

rendah sedangkan pada ibu yang status gizinya baik, maka bayi yang akan dilahirkan mempunyai berat badan lahir dan gizi yang baik. B. Gambaran Paritas pada Ibu Bersalin spontan Gambaran paritas ibu bersalin spontan disajikan pada diagram tersebut: Paritas Primi 36.10% Multi 55.20% Grande 8.70% Primipara=91 orang Multipara=139 orang Grandemultipara=22 orang Diagram 2 : Gambaran Paritas pada Ibu Bersalin pada Persalinan Spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010. Diagram 2 menunjukkan bahwa pada paritas ibu bersalin paling banyak adalah ibu pada multipara yaitu 139 orang (55,2%), dan yang paling sedikit adalah persalinan pada ibu grandemultipara yaitu 22 orang (8,7%). Paritas ibu bersalin menurut data yang paling banyak adalah ibu bersalin multipara. Banyaknya ibu bersalin dalam melahirkan dapat dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman ibu bersalin tentang kehamilan, persalinan dan merawat anak sehingga ibu yang sudah pernah bersalin akan mempunyai pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman yang baik akan mempengaruhi jarak kehamilan, jumlah kelahiran ibu dalam kehamilan (Manuaba, 2002). Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman di tinjau dari kematian ibu. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka resiko kesehatan dan kematian ibu yang lebih tinggi (Prawirohardjo, 2007).

C. Gambaran Kejadian Ruptur Perineum Ibu Bersalin pada Persalinan Spontan. Diagram 3 : Gambaran Kejadian Ruptur Perineum Ibu Bersalin pada Persalinan Spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010. Berdasarkan diagram 3 menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin spontan yang mengalami ruptur perineum sebanyak 169 orang (67,1%) dan yang tidak mengalami ruptur perenium sebanyak 83 orang (32,9 %). Ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum dan mempunyai tingkat ruptur perineum paling banyak adalah ruptur perineum derajat I yaitu sebanyak 78 orang (31%), dan yang paling sedikit adalah ibu bersalin dengan ruptur perineum derajat IV yaitu sebanyak 3 orang (1,2%). Wiknjosastro (2007), menyatakan bahwa ruptur perineum spontan adalah luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur, ruptur perineum sering terjadi pada persalinan pertama tidak jarang pula untuk persalinan berikutnya. D. Hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto 2010 Berikut adalah tabel hubungan antara berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto tahun 2010:

Berat Ruptur Perineum Total Badan Lahir Ya % Tidak % f % Bayi Besar 14 87, 2 12,5 16 100 5 BBLC 143 73, 51 26,3 194 100 7 BBLR 12 28, 30 71,4 42 100 6 Total 169 67, 83 32,9 252 100 X² 35,079 - value 0,000 1 Tabel 4 : Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum pada persalinan spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010. Dari tabel 4 di atas menunjukan bahwa dari 252 ibu bersalin spontan di RSIA Bunda Arif terdapat 16 orang ibu yang melahirkan bayi dengan bayi besar dengan proposi 14 orang (87,5%) mengalami ruptur perineum dan 2 orang (12,5%) tidak mengalami ruptur perineum, ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir cukup (BBLC) sebanyak 194 orang terdapat 143 orang yang mengalami ruptur perineum (73,7%) dan 51 orang (26,3%) tidak mengalami ruptur perineum, dan sisanya sebanyak 42 orang ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 12 orang mengalami ruptur perineum (28,6%) dan 30 orang (71,4%) tidak mengalami ruptur perineum. Hasil analisis hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum dengan uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh X² dihitung sebesar 35,079 dan X² tabel dengan taraf kesalahan 5% sebesar 5,591, sehingga X² hitung >X² tabel, selain itu diperoleh nilai P sebesar 0,000 dibandingkan dengan 0,05, sehingga P < 0,05 (level of significant). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara berat badan lahir bayi dengan ruptur perineum. Hasil penelitian ini ada kesesuaian dengan teori menurut Saifuddin (2002), semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak

cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. E. Hubungan Paritas dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto 2010 Berikut adalah tabel hubungan paritas dengan ruptur perineum pada persalinan spontan: Ruptur ( Derajat) Tidak Derajat Derajat Tidak Total X² Paritas - III-IV I-II value F % f % F % f % Primi 19 20,9 59 64, 8 13 14, 3 91 100 Multi 15 9,3 76 47, 70 43, 161 100 24,177 2 5 0,000 Total 34 13,5 135 53, 6 83 32, 9 252 100 Tabel 5. Hubungan Paritas dengan ruptur perineum pada persalinan spontan pada persalinan spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010. Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 252 ibu bersalin spontan di RSIA Bunda Arif terdapat 91 orang ibu yang bersalin primipara sebagian besar mengalami ruptur perineum yaitu sebanyak 78 orang (85,7%) yang sebagian besar mengalami ruptur derajat I-II sebanyak 59 orang (64,8%) dan yang tidak mengalami ruptur 13 orang (14,3%), sedangkan jumlah ibu bersalin multipara sebanyak 161 orang terdapat 91 orang yang mengalami ruptur perineum (56,5%) yang sebagian besar juga mengalami ruptur derajat I-II sebanyak 70 orang (43,5%) dan yang tidak mengalami ruptur 70 orang (43,5%). Hasil analisis hubungan paritas dengan ruptur perineum dengan uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh X² dihitung sebesar 24,177 dan X² tabel dengan taraf kesalahan 5% sebesar 5,591, sehingga X² hitung >X² tabel, selain itu diperoleh nilai P sebesar 0,000 dibandingkan dengan 0,05, sehingga P < 0,05 (level of significant). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan ruptur perineum.

Paritas mempunyai hubungan dengan ruptur perineum dikaitkan karena pada primipara (paritas rendah) akan lebih besar terjadi ruptur perenium karena pada persalinan primipara jaringan perineumnya masih utuh dan padat dibandingkan dengan multipara. Hasil penelitian ini ada kesesuaian dengan teori yang dinyatakan oleh Bobak (2005), yang menyatakan bahwa pada persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Dengan perineum yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi robekan perineum, karena perineum pada sebagian wanita kurang mampu dalam menahan regangan saat persalinan. KESIMPULAN Pada penelitian yang berjudul Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Paritas dengan Ruptur Perineum pada Persalinan Spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010, diperoleh hasil Ibu bersalin paling banyak melahirkan bayi dengan berat badan lahir cukup (BBLC), paritas ibu bersalin paling banyak adalah ibu bersalin multipara, angka kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak mengalami ruptur perineum, ada hubungan yang significant antara berat badan lahir dengan ruptur perineum. Dibuktikan dengan hasil uji statistik X² hitung > X² tabel (35,079 > 5,591) dan P < 0,05 (0,000 < 0,05). Ada hubungan yang significant antara berat badan lahir dengan ruptur perineum. Dibuktikan dengan hasil uji statistik X² hitung > X² tabel (24,177 > 5,591) dan P < 0,05 (0,000 < 0,05). DAFTAR PUSTAKA Bobak, dkk (2005). Buku ajar keperawatan maternitas, edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Cunningham, G.F. (2000). Obstetri williams. Jakarta : EGC. Hassan, dkk. (2007). Ilmu kesehatan anak buku kuliah 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. Henderson, C dan Kathleen, J. (2006). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta : EGC.

Liu, David T.Y. (2008). Manual Persalinan, edisi III. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Manuaba, IBG. (2002). Konsep obstetri dan ginekologi sosial indonesia. Jakarta: EGC.. (2001). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Oxorn, H. (2003). Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta : Yayasan Esensial Medika. Riwidikdo. (2008). Statistik Kesehatan Belajar mudah teknik analisa data dalam penelitian kesehatan (Plus aplikasi software SPSS). Yogjakarta: Mitra Cendikia Press Yogyakarta. Salmah, dkk. (2006). Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta: EGC Saifuddin, A.B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo. Santjaka, A. (2009). Biostatistik untuk praktisi tentang kesehatan dan mahasiswa kedokteran, kesehatan lingkungan, keperawatan, kebidanan, gizi, kesehatan masyarakat. Purwokerto : Global Internusa. Sumarah, dkk. (2008). Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.. (2007). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.